MBA (Married By Accident) 8

MBA (Married By Accident)

Author : elship_L

Main Cast : Kim Myungsoo, Bae Suzy

Cast : Choi Minho, Park Jiyeon, Choi Sulli, etc

Genre : Romance, Married Life

Rating : 17/18+

Type : Chapter

 Sorry For Typo~

2013 – Seoul

 

“auchh! Appo!” Pekik Myungsoo saat merasakan pelipisnya perih akibat sentuhan alkohol.

 

“jangan rewel begitu! Siapa suruh kau sok sok memberitahu Minho oppa eoh” Dumel Suzy sembari menyeka noda darah dari pelipis Myungsoo.

 

“kau juga oppa! Kenapa bisa memukul Myungsoo sampai lebam begini eoh?” Kini Suzy beralih pada Minho yang ada di depannya.

 

“siapa suruh dia tidak menjagamu” Gerutu Minho dengan wajah kesalnya.

 

“tapikan aku tak apa-apa seharusnya kau tak perlu memukulnya seperti ini” Omel Suzy, Minho hanya mendesis sebal kepada Myungsoo yang tersenyum menang karena di bela Suzy.

 

“kau jangan senyum-senyum seperti itu! kau juga salah! Sudah kubilang tak perlu memberitahu Minho oppa mengenai kejadian di karaoke itu, tapi kau malah sok pahlawan memberitahunya…hasilnya kan seperti ini!” Pekik Suzy kepada Myungsoo yang tengah cengengesan itu, seketika Myungsoo menekuk wajahnya dan kini gantian Minho yang menjulurkan lidah padanya.

 

“mianhae” Gumam Myungsoo bersalah.

 

“ck…kalian memang tak berbeda! Membuatku pusing” Pekik Suzy, dia kemudian membereskan kotak p3k nya karena sudah selesai mengobati luka Myungsoo.

 

“ya…oppa, wajahmu kenapa?” Jiyeon yang tiba-tiba datang itu menyentuh perban yang ada di pelipis Myungsoo membuatnya meringis.

 

“appo! pabo!” Pekik Myungsoo memukul tangan Jiyeon.

 

“mian…memangnya itu kenapa?”

 

“Minho memukulnya” Jawab Suzy malas, Jiyeon seketika membulatkan matanya dan menatap tak percaya Minho.

 

“jinjja? kau memukulnya oppa? Geunde waeyo?” Pekik Jiyeon tertahan.

 

“ck…itu karena dia tidak becus menjaga Suzy, kalau aku tau tak mungkin aku membiarkan Suzy pergi bersamanya” Ucap Minho, Myungsoo hanya mendengus sebal mendengarnya sementara Suzy hanya bisa menghela nafas jengahnya.

 

“maksud oppa?” Tanya Jiyeon penasaran, langsung saja Minho memaparkan semua kejadian yang Myungsoo ceritakan padanya. Saat dia mendapati dua lelaki mesum berada di ruangan yang mereka tempati dan tengah berusaha untuk melecehkan Suzy.

 

“omo! Ya! nappeun, kenapa oppa tidak menjaga Suzy eoh?” Pekik Jiyeon memukul kepala Myungsoo berkali-kali.

 

“ya ya…kepalaku masih sakit! Hentikan!” Myungsoo menyilangkan tangannya di depan kepalanya guna menghalangi tangan Jiyeon yang menyergahnya.

 

“siapa suruh kau ceroboh begitu, Untung saja kau kembali tepat waktu, kalau tidak! Aigoo…uri Suzy” Dumel Jiyeon frustasi sembari memijat jidatnya.

 

“ya…kau itu sudah seperti Minho oppa saja, berlebihan…aku tidak apa-apa jadi jangan salahkan Myungsoo lagi” Ucap Suzy pada Jiyeon.

 

“ck…terus saja membelanya…heh, oppa lihatlah kekasihmu itu, dia bahkan lebih membela Myungsoo oppa daripada sahabatnya” Adu Jiyeon pada Minho, sementara Minho menganggukan kepalanya dengan wajah merengut.

 

“kau seperti tak tau Suzy saja…dia bahkan lebih sering membela Myungsoo daripada aku…” Balas Minho dengan ekspresi yang sama dengan Jiyeon.

 

Sementara Suzy dan Myungsoo hanya memandang dua orang di hadapan mereka sembari menggelengkan kepala.

 

xxxxxx

 

2014 – Seoul

 

“eomma! Appo!” Ny.Kim tak peduli dengan pekikan anak lelakinya itu, dia terus saja membersihkan noda darah dari wajah tampan anaknya.

 

“siapa yang menyuruhmu untuk berkelahi eoh? Kalau appamu tau kau pasti akan digantung!” Dumel Ny.Kim, Myungsoo hanya meringis kecil.

 

“aku tak berkelahi eomma…ini hanya sebuah kecelakaan kecil” Elak Myungsoo, Ny.Kim menekan kapas yang ada ditangannya tepat di sudut bibir Myungsoo.

 

“aarrgghh….eomma!” Pekik Myungsoo melepaskan tangan eommanya, “kenapa menekannya…sakit!”” Lanjut Myungsoo merengutkan wajahnya.

 

“kecelakaan kecil katamu? Wajahmu hampir rusak seperti ini kau bilang kecil? Ya! anak nakal, kau mau membodohi eommamu eoh” Omel Ny.Kim.

 

“sudahlah eomma, tak perlu membahasnya lagi…obati saja lukaku sebelum infeksi” Ucap Myungsoo menghentikan omelan eommanya yang dia yakin akan semakin panjang jika tak di hentikan.

 

“ck…kenapa kau malah datang pada eomma eoh? Seharusnya kau menyuruh istrimu yang mengobatinya” Ucap Ny.Kim kembali memberikan alkohol pada wajah Myungsoo lebam.

 

“dia sibuk…” Jawab Myungsoo datar membuat Ny.Kim menaikkan alisnya.

 

“sibuk? Memangnya sibuk apa sampai tak punya waktu mengobati suaminya yang terluka tak jelas seperti ini?”

 

“keunyang….jangan bertanya lagi eomma, cepat selesaikan…aku mau pulang” Ucap Myungsoo merengek, eommanya hanya menganggukan kepalanya lagi dan memilih untuk tidak bertanya kemudian melanjutkan kerjaannya mengobati luka Myungsoo.

 

xxxxxx

 

Cklek~ Suzy langsung berlari ke arah pintu saat mendengar suara pintu terbuka, dia menatap khawatir Myungsoo yang kini tengah mengganti sepatunya dengan sendal rumah.

 

“Myungsoo-ya gwenchana?” Tanya Suzy, dia menghampiri Myungsoo dan melihat beberapa perban di wajahnya. Dia juga melihat perban yang terlilit di lengan kanan Myungsoo.

 

“appo?” Tanya Suzy lagi saat Myungsoo tak menjawabnya, Myungsoo hanya diam saja menatap Suzy lalu berlalu menuju kamar.

 

“Myungsoo…” Lirih Suzy dengan air mata yang sudah tergenang. Sedetik kemudian dia menyeka matanya dan menyusul Myungsoo ke kamar.

 

“mwohaneungeoya?” Tanya Suzy terkejut saat melihat Myungsoo saat ini tengah memasukan bajunya ke dalam koper besar miliknya.

 

“Myungsoo-ya…kenapa kau mengepack eoh?” Tanya Suzy lagi menahan tangan Myungsoo untuk berhenti.

 

“heh…aku akan menjelaskannya, lepaskan tanganku” Ucap Myungsoo menghela nafasnya pelan, Suzy menurut lalu mengikuti Myungsoo untuk keluar dari kamar dan berjalan menuju sofa.

 

“duduklah” Suzy langsung mendudukan dirinya di hadapan Myungsoo dan menatapnya penuh tanya.

 

“aku sudah memikirkannya, demi kebaikanmu…aku akan mengurus surat cerai kita” Ucap Myungsoo, Suzy tersentak kaget menatap Myungsoo tak percaya

 

“a…apa yang kau katakan eoh?” Tanya Suzy dengan suara bergetar.

 

“aku tidak mau melihat Minho membencimu, semua ini hanya berawal dari kesalahpahaman…aku akan berbicara pada ahbeoji dan kedua orang tuaku dan aku akan meyakinkan mereka, kau tak perlu khawatir” Suzy menundukan wajahnya menahan air matanya yang sudah tergenang itu, bukan ini yang diinginkannya.

 

“aku tak mau Myungsoo-ya…” Lirih Suzy masih dengan kepala menunduk.

 

“mianhae..mau tak mau kau harus mau, ini juga demi kebaikan kita termasuk dirimu…dan urusan Minho, aku yang akan menjelaskan padanya, kau tak perlu takut kalau dia marah padamu” Jawab Myungsoo sebelum bangkit dari tempatnya.

 

“selama proses perceraian kita di lakukan untuk sementara aku akan kembali ke rumah orang tuaku, kau juga bisa kembali ke rumah ahbeoji kalau mau…” Lanjutnya lalu berlalu menuju kamar meninggalkan Suzy yang sudah mulai terisak di tempatnya.

 

“Myungsoo…Myungsoo-ya…” Suzy melirihkan nama Myungsoo dalam isakannya, hatinya benar-benar sakit saat ini. Melihat Myungsoo berbicara tanpa menatap matanya dan dengan nada bicara yang berbeda.

 

Cklek~ Suzy menyeka kasar air matanya dan langsung mendongak saat Myungsoo membuka pintu kamar sembari membawa koper besarnya.

 

“Myungsoo-ya…apa kau harus melakukan ini?” Tanya Suzy menghampiri Myungsoo.

 

“mianhae…hanya ini satu-satunya cara agar semua kembali seperti semula” Jawab Myungsoo tanpa membalikan badannya.

 

“jaga dirimu…aku pergi” Suzy menatap lirih punggung Myungsoo yang perlahan keluar dari pintu dan menghilang seiring dengan pintu besi itu tertutup rapat.

 

Bruukkk~ Suzy menjatuhkan tubuhnya di atas lantai, bersimpuh sembari meluncurkan derasan air mata bening dari kedua mata indahnya.

 

“kajima…Myungsoo-ya…kajima, jebal…kajima…” Suzy terisak sembari memegang dada kirinya yang terasa sesak itu, seakan pasokan oksigennya berkurang saat Myungsoo menghilang dari pandangannya.

 

Sementara di luar apartemen Myungsoo tak langsung pergi, dia berhenti sejenak dan menyandarkan kepalanya di pintu.

 

Dari depan pintu dia dapat mendengar suara tangisan pilu Suzy yang menyerukan namanya, hatinya juga terasa sakit mendengar itu, dia seakan merasakan apa yang sedang Suzy rasakan saat ini. Ingin sekali Myungsoo masuk ke dalam dan mendekap tubuh Suzy erat seraya menenangkannya, membuatnya nyaman dan menyeka air matanya, namun keinginannya itu seakan terhalang oleh kenyataan di mana dirinya hanyalah seorang namja yang masuk ke dalam kehidupan dua orang yang saling mencintai.

 

Seharusnya dia tidak sejauh ini, seharusnya dia tidak melakukan ini, seharusnya dia tidak memiliki perasaan ini, seharusnya dia bisa mengontrol hatinya, namun lagi-lagi dia tak dapat melakukan apa yang harus dilakukannya karena perasaannya terlalu kuat untuk di redam.

 

Tangan kanannya beralih naik ke atas dada kirinya dan meremasnya pelan, “kenapa rasanya begitu sakit?” Gumam Myungsoo menutup matanya dengan tangan kirinya. Perlahan tapi pasti sebutir buliran bening mengalir ke pelipis Myungsoo melewati jari-jemari yang menutupi kedua matanya itu.

 

“mianhae Suzy-ya…jeongmal mianhae” Lirih Myungsoo dengan linangan air mata yang tak kalah banyaknya dari air mata yang dikeluarkan oleh Suzy.

 

xxxxxx

 

Myungsoo membuka pintu rumahnya dengan wajah tidak semangat, dia mendorong kopernya masuk ke dalam dan segera menutup pintunya.

 

“eoh Myungsoo? kenapa kau kembali? Dan ini…kenapa membawa koper?” Ny.Kim yang tengah menonton acara siang itu menoleh ke arah Myungsoo yang baru masuk ke dalam rumah itu.

 

“apa salah aku kembali ke rumahku sendiri eomma?” Tanya Myungsoo, Ny.Kim mengerutkan keningnya tak mengerti.

 

“mwoya? bukannya kau sudah punya rumah sendiri…hoksi, kau sedang ada masalah sama istrimu eoh?” Eomma Myungsoo membulatkan matanya seketika saat melihat anaknya menganggukan kepalanya pelan atas pertanyaan yang dia lontarkan.

 

“kalian bertengkar? Ya…kau dan dia bahkan baru sebulan menikah tapi kenapa sudah bermasalah seperti ini? aigoo…pasti kau yang menimbulkan masalah eoh?” Dumel eomma Myungsoo.

 

“eomma….aku mau istirahat, sebentar saja marahnya eoh” Myungsoo menghela nafasnya pelan, dia tak tau apa yang harus dikatakan pada orang tuanya tentang masalah ini. mungkin tidur sedikit bisa membuat otaknya bekerja mendapatkan kata-kata yang pas.

 

“ya anak nakal! Kau masih bisa istirahat dalam keadaan seperti ini eoh? Seharusnya kau cari solusi agar kalian bisa berbaikan kembali” Pekik Ny.Kim melemparkan Myungsoo dengan bantal sofa.

 

“aiiisshh ini aku sedang mencarinya eomma! Jangan memarahiku” Balas Myungsoo tak kalah keras, setelah itu dia berjalan menuju kamarnya tanpa memperdulikan raut wajah eommanya yang sudah berubah itu.

 

Braaak! Myungsoo membanting keras pintu kamarnya sehingga membuat eommanya terkejut.

 

“astaga anak itu! tempramennya tinggi sekali…ckck, bertengkar dengan istrinya malah pulang ke rumah orang tuanya…seperti anak kecil saja” Gerutu Ny.Kim sembari menggelengkan kepalanya.

 

xxxxxx

 

Tiga hari sejak kejadian itu Suzy sama sekali tak bergerak dari apartemennya, kerjaannya hanya duduk diam memandangi pintu apartemennya berharap suatu waktu Myungsoo akan membuka pintu itu dan menghampirinya, memeluknya dan menciumnya…hanya itulah yang Suzy tunggu saat ini.

 

Ratusan panggilan masuk tak di gubrisnya dan ribuan pesan singkat yang masuk ke dalam handphonenya sama sekali tak membuat gadis ini berniat untuk menoleh pada beda persegi panjang tersebut. Telinga Suzy seakan tersumpal oleh sesuatu sehingga membuatnya tak bergeming setelah mendengar bunyi handphonenya.

 

“Myungsoo…” Suzy hanya melirih kecil menatap pintu apartemennya, sekarang dia sudah sangat merindukan sosok Myungsoo. Tiga hari merupakan waktu yang cukup lama untuk Suzy, dadanya semakin sesak mengingat kembali perkataan Myungsoo saat terakhir kali mereka bertemu.

 

Ting tong~ ting tong~

 

Suzy mengangkat kepalanya dan seulas senyum yang tak pernah terlihat sejak tiga hari yang lalu itu mengembang di wajahnya saat mendengar suara bel berbunyi.

 

“Myungsoo…” Gumam Suzy dengan wajah berbinar lalu beranjak ke pintu depan.

 

“Myung…soo…ya…” Wajah sumringah Suzy tadi perlahan berubah kembali sendu saat membuka pintunya dan tidak mendapati Myungsoo di sana.

 

“ya Bae Suzy? gwenchana?” Jiyeon terkejut melihat penampilan Suzy yang benar-benar tak terurus, rambut kusut, wajah kurus, mata panda…tubuh Suzy sekarang juga sudah tak terlihat berisi seperti biasanya.

 

“Jiyeon-ah wasseo…” Lirih Suzy pelan lalu masuk ke dalam, Jiyeon mengikuti Suzy dan mulutnya menganga seketika melihat keadaan apartemen Suzy.

 

“ya…tiga hari ini apa yang kau lakukan Suzy-ya?” Tanya Jiyeon mengikuti langkah Suzy ke sofa, dia menatap sekeliling apartemen milik Suzy benar-benar kacau.

 

“aku menunggu Myungsoo” Jawab Suzy, Jiyeon menggelengkan kepalanya. Dia duduk di samping Suzy dan merapikan anak rambut Suzy yang berantakan.

 

“aigoo…aku sudah tak mengenal yeoja dihadapanku ini, kenapa dia berubah menjadi monster seperti ini” Gumam Jiyeon, dia mengusap pelan pipi Suzy dan menatapnya sendu.

 

“jangan buat dirimu sakit Suzy-ya…kau tau dengan duduk diam seperti ini Myungsoo tak akan kembali padamu” Ucap Jiyeon, Suzy masih tak bergeming ditempatnya menatap kosong meja yang ada di depannya.

 

“kau tau? aku bertemu Myungsoo tadi” Ucap Jiyeon yang sukses membuat alam sadar Suzy kembali dan segera menoleh padanya.

 

“geure? apa dia baik-baik saja? dia tidak sakitkan? Apa dia mencariku?” Tanya Suzy, Jiyeon menggelengkan kepalanya pelan.

 

“dia sama sepertimu…berantakan, selama tiga hari ini aku melihatnya di kampus hanya duduk diam dengan tatapan kosongnya…kalau dari luar dia memang tak kelihatan sakit tapi aku yakin di dalam dia juga sakit sepertimu” Jelas Jiyeon.

 

“benarkah?” Tanya Suzy meyakinkan.

 

“eoh…aku sudah mengenal Myungsoo oppa selama kau mengenalnya, jadi aku tau di mana saat Myungsoo oppa baik-baik saja dan di mana saat dia tidak baik-baik saja…” Suzy menyinggungkan senyum kecilnya saat mengetahui bahwa Myungsoo juga memiliki rasa sakit yang sama dengannya, itu berarti Myungsoo juga tak rela untuk berpisah dengannya kan?

 

“tapi dia tidak mencarimu…” Seketika wajah Suzy berubah nanar saat mendengar pernyataan Suzy.

 

“sama sekali tak mencariku?” Tanya Suzy lagi, Jiyeon menganggukan kepalanya.

 

“kau mau tau bagaimana caranya agar Myungsoo bisa mencarimu dan kembali padamu eoh?” Tanya Jiyeon, Suzy menoleh dengan wajah bingung lalu menganggukan kepalanya yakin.

 

“Myungsoo oppa tak akan pernah kembali padamu sebelum kau menyelesaikan urusanmu dengan Minho oppa…” Suzy menatap penuh tanya Jiyeon di sampingnya.

 

“tadi saat bertemu dengan Myungsoo oppa…dia mengatakan sesuatu yang mungkin bisa membuatmu lebih baik” Ucap Jiyeon.

 

“Myungsoo oppa…” Seru Jiyeon menghampiri Myungsoo yang duduk sendiri di meja yang berada di sudut kantin.

 

“ya oppa! Aku memanggilmu kenapa tak menyahut?” Dumel Jiyeon duduk di hadapan Myungsoo, namja itu hanya diam tak merespon ucapan Jiyeon.

 

“ck…dasar namja…oh ya, oppa kenapa Suzy tak pernah masuk? Ini sudah tiga hari dia absen” Myungsoo mendongak menatap datar Jiyeon.

 

“kenapa bertanya padaku?” Tanya Myungsoo.

 

“tentu saja aku bertanya denganmu…kalian kan tinggal bersama”

 

“tidak lagi…jadi jangan tanyakan padaku tentangnya” Sahut Myungsoo kembali sibuk menatap isi gelas di hadapannya dengan kosong.

 

“mwo? Kalian tidak tinggal bersama? Kenapa bisa?” Tanya Jiyeon, Myungsoo mendesis pelan lalu melempar tatapan jengahnya pada Jiyeon.

 

“apa Suzy tak memberitahumu? Apa aku harus menjelaskan lagi padamu masalahnya?” Jiyeon menutup mulutnya, dia baru ingat…kejadian tiga hari yang lalu di mana Suzy datang keapadanya dan menangis tersedu-sedu. Dia juga baru ingat ternyata mulai saat itu Myungsoo dan Minho sudah jarang terlihat lagi.

 

“jadi apa karena itu kau meninggalkannya?”

 

“aku tidak meninggalkannya, lebih tepatnya aku kembali ke tempat di mana seharusnya aku berada”

 

“oppa…selama ini, apa kau tidak memiliki perasaan apapun terhadap Suzy? hanya sebatas teman?” Jiyeon mengingat di mana saat dia menyadari bahwa perasaan Suzy ternyata sudah berlabuh pada Myungsoo dan sudah tak ada pada Minho lagi. Kali ini, demi sahabatnya dia harus meyakinkan apa dan bagaimana perasaan Myungsoo terhadap Suzy.

 

“teman? Bukankah dari awal aku dan Suzy ditakdirkan hanya untuk menjadi teman?” Jawab Myungsoo tersenyum kecut.

 

“setelah kau melewati semuanya, setelah pernikahan kalian…dan setelah masalah ini apa kau masih memegang kuat takdirmu itu? kau yakin takdirmu tak berubah eoh?”

 

“berubah? Berubah seperti apa maksudmu? kalaupun aku memiliki perasaan lebih terhadap Suzy aku rasa semuanya hanya akan sia-sia…karena perasaan itu adalah sebuah kesalahan”

 

“jadi kau mengatakan bahwa memiliki perasaan terhadap Suzy adalah sebuah kesalahan? Apa kau menyesal karena sudah menyukai Suzy?” Tanya Jiyeon, Myungsoo mendongak merengutkan wajahnya menatap Jiyeon.

 

“aku tak pernah bilang bahwa aku menyukai Suzy”

 

“kau memang tak mengatakan kalau kau menyukainya tapi sikapmu itu yang mengatakannya, kalau kau tak memiliki perasaan apapun pada Suzy tak mungkin kau berantakan seperti ini, kalau kau tidak menyukainya tidak mungkin selama tiga hari ini kau berubah menjadi mayat hidup” Tegas Jiyeon menunjuk rambut Myungsoo yang acak-acakan dan menyentuh wajahnya yang terlihat pucat dengan lingkaran hitam di bawah matanya.

 

“geure? jadi aku seperti ini karena menyukai Suzy eoh? Aku tak bisa tidur tenang selama tiga hari ini karena menyukainya? Aku tak pernah makan dengan enak di rumah karena aku menyukainya? Aku tak pernah mengurus diriku dengan benar karena aku menyukainya? Aku duduk di sini sembari memikirkan apa yang sedang dilakukannya karena aku menyukainya?” Myungsoo menghela nafasnya pelan lalu menatap sendu Jiyeon.

 

“aku menyukainya…tapi apa yang bisa aku lakukan? Tak ada!” Lanjutnya, Jiyeon menatap prihatin keadaan Myungsoo saat ini. dia yakin bahwa sahabatnya, Suzy pasti keadaannya lebih parah darinya.

 

“kenapa tak berusaha untuk memperjuangkannya? Kau juga memiliki hak untuk mempertahankannya oppa, kau adalah suaminya yang sah di mata hukum dan tuhan”

 

“aku tak mungkin merebut milik sahabatku…Minho yang lebih dulu menyukainya, dia yang lebih dulu mendapatkan hati Suzy, aku tak mungkin seenaknya masuk di antara mereka dan merebut Suzy…”

 

“meskipun kau sakit? Kau tetap mengalah eoh?”

 

“hanya ini yang bisa aku lakukan…aku tak mau menjadi sahabat yang tidak baik untuk Minho, dia sudah seperti saudaraku…aku tidak mau menyakitinya” Jiyeon menghela nafas kasarnya, Myungsoo terlalu memikirkan perasaan orang lain sehingga perasaannya sendiri dia abaikan.

 

“terus bagaimana denganmu? Apa  dengan begini kau tak merasa tersakiti? Melepaskan yeoja yang kau sukai…bagaimana dengan Suzy? kau yakin Suzy tidak tersakiti dengan tindakanmu ini? apa kau yakin Suzy bahagia setelah kau melepasnya dan kembali ke Minho oppa?”

 

“Suzy mencintai Minho…dia tak mungkin tak bahagia” Lirih Myungsoo, Jiyeon memutar bola matanya kesal. Namja di hadapannya benar-benar tak peka.

 

“berpikirlah Kim Myungsoo! kau benar-benar bodoh!” Pekik Jiyeon kesal membuat Myungsoo tersentak kaget.

 

“ya kenapa memekik eoh? Semua orang melihatmu” Ucap Myungsoo berusaha untuk membuat Jiyeon kembali duduk di tempatnya karena sekarang dia sudah beranjak dan menatapnya tajam.

 

“pabo! Sebelum mengurus surat perceraian kalian aku harap kau bisa memikirkan lebih panjang semuanya…jangan sampai kau menyesalinya” Ucap Jiyeon tegas, Myungsoo menautkan alisnya bingung.

 

“aku pergi oppa! Ingat perkataanku pikirkan sebelum kau bertindak” Ucap Jiyeon lagi sebelum meninggalkan Myungsoo yang masih menatapnya dengan bingung.

 

xxxxxx

 

Langkah kaki yeoja ini terlihat terburu-buru, dia berjalan menyusuri kompleks rumah yang sudah biasa dia kunjungi. Di depan pagar berwarna cokelat terang yeoja itu menghembuskan nafasnya pelan dan kemudian menekan bel yang berada di pinggir pagar tersebut.

 

Ting Tong~ Ting Tong~

 

Sekali dua kali yeoja tu menekan bel, masih tak ada jawaban yang di dengarnya. Hingga saat dia menekan bel yang ketiga kalinya dia mendengar suara berat seorang namja yang sudah berhari-hari ini tak didengarnya.

 

“nuguseyo?”

 

“op…oppa…naya, Su..Suzy” Suzy meremas jarinya dengan gugup saat menyahuti suara berat tersebut. Beberapa detik hening sejenak tak ada balasan dari namja itu.

 

“Mi…Minho oppa…kau masih di sana?” Tanya Suzy lagi, namun tak ada jawaban dari dalam.

 

Sementara di dalam rumah Minho menatap nanar intercom yang menampilkan wajah Suzy di sana, dia bisa melihat wajah chubby Suzy kini sudah tak ada lagi, dia juga melihat tubuh yeoja itu sudah kurus.

 

“oppa…aku ingin bicara…” Minho merasakan sesak di dadanya kali ini, dia tau apa yang ingin dibicarakan oleh Suzy. Mungkinkah Suzy akan meminta maaf padanya? Bagaimana dengan hubungannya dengan Myungsoo? apa Suzy juga akan menjelaskannya?

 

Sebenarnya selama beberapa hari ini Minho terus saja berpikir keras sejak kapan perselingkuhan ini terjadi, sesering apa Myungsoo dan Suzy bertemu di belakangnya sehingga membuat hubungan mereka semakin dekat seperti ini. Minho sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, namun rasa sakitnya menahan semua pemikiran tersebut dan membuatnya menutup diri dan tak berniat untuk menemui Suzy.

 

“oppa jebal…sekali saja dengarkan aku” Minho menghela nafasnya pelan, dia menatap wajah memohon Suzy. Dia tau kali ini Suzy datang padanya dengan keberanian yang cukup tinggi, namun sekali lagi rasa sakitnya terlampau besar sehingga menahannya untuk menemui Suzy.

 

“pulanglah” Satu kata itu yang dikeluarkan Minho dengan tegas berhasil membuat Suzy yang berada di luar tersentak kaget.

 

“oppa…sekali saja eoh, jebal…aku akan menjelaskan semuanya…oppa!” Minho menggelengkan kepalanya, pendiriannya sudah tetap. Dia tak akan menemui Suzy. Dengan ragu dia menekan tombol intercomnya dan membuat layarnya menjadi hitam.

 

“mian Suzy…” Lirih Minho lalu beranjak masuk ke dalam kamarnya.

 

xxxxxx

 

Sudah sekitar 5 jam Suzy terus berdiri di depan pagar besi berwarna cokelat itu, meskipun kini wajahnya sudah terlihat pucat sepertinya tekadnya untuk bertemu dengan Minho terlalu kuat sehingga membuatnya tetap bertahan menunggu agar Minho membukakan pintu untuknya.

 

“oppa…aku akan tetap di sini sampai kau keluar menemuiku” Lirih Suzy pelan, tenaganya kini sudah terkuras habis. Karena sejak sore tadi dia terus berada di tempat itu. Dia bahkan melewati makan malam yang lewat beberapa jam yang lalu.

 

Suzy tau di mana letak kamar Minho, jadi dia sengaja berdiri di tempat di mana jendela kamar Minho bisa terlihat. Dia berharap Minho bisa melihatnya melalui jendela kamar miliknya.

 

“oppa…jebal, sekali saja” Gumam Suzy pelan, kepalanya sudah terasa pusing. Perutnya juga sudah berbunyi, sepertinya maagnya kambuh lagi.

 

“oppa aku sakit…” Lirih Suzy sebelum tubuhnya terjatuh tepat di depan gerbang Minho.

 

Di dalam kediaman Minho, namja yang sedari tadi ditunggu-tunggu oleh Suzy sama sekali tak tau menau keadaan yeoja itu diluar sana.

 

Dia tau bahwa Suzy masih ada di luar karena tadi Han ahjumma yang memberitahukannya, dan dia tidak peduli dengan itu. Dia berpikir mungkin Suzy akan segera pergi apabila yeoja itu sudah bosan menunggu.

 

“tuan…tuan muda…” Minho mengalihkan perhatiannya dari arah tv ke arah Han ahjumma yang berlari kecil menghampirinya.

 

“ada apa ahjumma?” Tanya Minho.

 

“Suzy…nona Suzy pingsan” Mata Minho membulat seketika mendengar Suzy pingsan, dia tak habis pikir bahwa Suzy akan tetap berada di depan rumahnya sampai tak sadarkan diri seperti itu.

 

“dia masih di depan?” Tanya Minho, Han ahjumma menganggukan kepalanya.

 

“eisshh jinjja!” Geram Minho kemudian berlari keluar dari rumahnya untuk menghampiri Suzy.

 

“ya! Bae Suzy…ireona…Suzy-ya…” Mata Minho mencelos melihat Suzy sudah terkapar tak sadarkan diri di hadapannya. Dia segera menghampiri Suzy dan membopong tubuhnya untuk masuk ke dalam rumah.

 

“saya sudah mengompresnya tuan…sepertinya dia demam” Ucap Han ahjumma setelah keluar dari kamar Minho.

 

“gomawo ahjumma, kau buatkan bubur untuknya ne…dia harus minum obat” Ucap Minho, Han ahjumma mengangguk.

 

“arasseo tuan saya ke belakang dulu”

 

Minho menghela nafasnya pelan lalu masuk ke dalam kamarnya. Saat menatap wajah Suzy yang tengah terbaring lemas di atas tempat tidurnya itu dia masih bisa merasakan sesak di dadanya. Kejadian beberapa hari lalu itu masih terpampang jelas di depannya, bagaimana Suzy dan Myungsoo…berciuman…

 

Minho berdiri di ujung tempat tidurnya menatap lurus ke arah Suzy dengan wajah yang tak dapat diartikan.

 

“waeyo? kenapa kau melakukannya padaku Suzy-ya?” Gumam Minho pelan. Perlahan dia berjalan mendekati Suzy dan duduk di tepi ranjangnya.

 

“apa salahku eoh? Apa karena aku jarang memperhatikanmu?” Tanya Minho lagi, kali ini tangannya bergerak ke arah dahi Suzy dan mengambil kain kecil di sana. Dia merendam kain kecil itu di dalam baskom air yang ada di dekat tempat tidurnya dan kembali mengompres dahi Suzy.

 

“bangunlah, bukankah kau ingin menjelaskan padaku eoh? Bagaimana bisa aku mendengar penjelasanmu kalau kau tertidur seperti ini?” Gumam Minho lagi, dalam hatinya dia benar-benar menyesal sudah mengabaikan Suzy tadi.

 

Walaupun dia masih merasakan sakit karena dihianati oleh Suzy tapi dia tak bisa memungkiri bahwa perasaan khawatirnya jauh lebih besar dibandingkan perasaan sakitnya saat melihat kondisi Suzy saat ini.

 

“eungg…” Minho menepuk pipi Suzy pelan saat melihatnya menggeliat.

 

“Suzy-ya…kau sudah sadar?” Tanya Minho, perlahan Suzy membuka matanya. Dia menatap langit-langit kamar Minho dengan tatapan kosong, kemudian suara Minho membuatnya mengerjapkan matanya.

 

“kau sudah sadar rupanya…” Suzy menoleh ke samping mendapati Minho tengah menghela nafas leganya, dia terkejut…setaunya tadi dia masih berada di depan rumah Minho, tapi kenapa sekarang dia malah berada di dalam kamar Minho.

 

“op…oppa…” Dengan segera Suzy beranjak dari tidurnya, walaupun badannya masih terasa lemas tapi sepertinya dia benar-benar harus bertahan agar dia bisa menjelaskan kepada Minho.

 

“kau jangan bangun dulu…badanmu masih demam” Ucap Minho menahan pundak Suzy dan kembali membaringkannya”

 

“oppa aku…”

 

“kau sedang sakit Suzy-ya…jangan memikirkan hal yang lain dulu…istirahatlah” Sela Minho.

 

“tapi aku harus menjelaskan padamu…aku…”

 

“Han ahjumma membuatkan bubur untukmu, kau harus memakannya…aku akan segera mengambilnya, tunggu di sini dan jangan bergerak” Minho beranjak dari tempatnya dan segera keluar dari kamar, Suzy memandang punggung Minho dengan nanar.

 

“jangan menghindar oppa…” Lirih Suzy pelan.

 

Beberapa menit kemudian Minho kembali ke kamarnya sembari membawa nampan yang berisi mangkuk bubur beserta air mineral untuk Suzy.

 

“setelah makan kau harus minum obat penurun panas” Ucap Minho kembali duduk di tempatnya.

 

“bangunlah” Minho membantu Suzy untuk duduk, dia mengaduk perlahan bubur yang ada di pangkuannya.

 

“oppa…”

 

“kau harus makan dulu” Ucap Minho menyodorkan sesuap bubur kepada Suzy yang mau tak mau harus memakannya.

 

Sepuluh menit berlalu, mangkuk bubur Suzy bersih tak tersisa, “minum obatmu” Minho menyerahkan satu butir obat pada Suzy.

 

“setelah ini kau harus tidur…besok aku akan mengantarmu pulang” Ucap Minho membereskan tempat makan Suzy.

 

“hiks….” Tangan Minho berhenti sejenak saat mendengar isakan kecil keluar dari bibir Suzy.

 

“kau menangis?” Minho menunduk sedikit dan memperhatikan wajah Suzy yang tertunduk.

 

“hiks….oppa…mianhae…jeongmal mianhae…hikss….” Isakan Suzy semakin keras saat merasakan Minho memengang pundaknya.

 

“uljima Suzy-ya…” Gumam Minho pelan.

 

“mianhae…disaat seperti ini kau masih mau merawatku…aku benar-benar jahat…aku…aku akan menjelaskan padamu oppa…” Lirih Suzy, Minho menghela nafasnya pelan dia kemudian mengangkat wajah Suzy dan menyeka air matanya.

 

“geure…kalau begitu berhentilah menangis dan jelaskan padaku…” Ucap Minho, Suzy seketika menghentikan tangisannya dan menatap Minho dengan mata yang masih berair.

 

“kau mau mendengarkanku?”

 

“hentikan air matamu…aku akan mendengarmu” Senyum kecil terukir dia wajah Suzy saat mendengar ucapan Minho. Dengan cepat dia menyeka air mata yang masih membasahi pipinya dan tersneyum simpul kepada Minho.

 

“gomawo oppa…” Gumam Suzy pelan.

 

xxxxxx

 

Ny. Kim menghela nafasnya pelan saat melihat anaknya sama sekali tak menyentuh makanan yang sudah dia siapkan.

 

“Myungsoo-ya, kenapa tak di makan?” Tanya Ny. Kim sembari mendorong mangkuk nasi ke depannya.

 

“kau harus makan, akhir-akhir ini kau terlihat pucat nak” Ny. Kim sekali lagi menghela nafasnya pelan saat Myungsoo tak meresponnya dan hanya menatap makanannya dengan tatapan kosong.

 

“aigoo…kenapa kau jadi seperti ini eoh? Mana Myungsoo eomma yang dulu? Eomma rindu omelanmu Myungsoo-ya, makanlah…kenapa kau jadi pendiam seperti ini” Lenguh Ny. Kim sembari menepuk punggung tangan Myungsoo yang ada di atas meja.

 

“temuilah dia kalau itu bisa membuatmu lebih baik…tak perlu menahannya seperti ini nak” Lanjutnya lagi, Myungsoo menggerakkan kepalanya menatap eommanya intens.

 

“eomma yakin Suzy juga pasti ingin bertemu denganmu, apa kau tidak merindukannya?” Myungsoo kembali menundukkan kepalanya dengan wajah lesu.

 

“aku tak mungkin bisa menemuinya eomma” Lirih Myungsoo membuka suaranya.

 

“eomma tak mau melihatmu menjadi mayat hidup seperti ini, temuilah dia dan selesaikan masalah kalian”

 

“masalah kami akan selesai kalau aku tak pernah memunculkan diriku di hadapannya”

 

“aniyo…masalah kalian malah akan bertambah banyak kalau kau tidak menemuinya, berbicaralah dengan kepala yang dingin…putuskan semuanya setelah kau memikirkannya dengan matang, dari ceritamu eomma bisa menyimpulkan bahwa Suzy juga tak rela untuk berpisah darimu…eomma bisa merasakan dari ucapannya” Ucap Ny. Kim, dia memang sudah tau masalah yang di hadapi anaknya saat ini. Myungsoo sudah menceritakan semua dari awal kepada eommanya, dia memang sempat shock mendengar kebenaran yang ada namun sudah itulah kenyataannya.

 

“aniyo eomma, kau salah…dia mencintai Minho bukan aku…” Ny. Kim menepuk pundak anaknya yang terasa bergetar itu. Sudah banyak kali Myungsoo menangis di hadapan eommanya karena Suzy, dan sekarang adalah yang kesekian kalinya dia menangis di depan eommanya, melepaskan semua kesedihan yang melanda di hatinya.

 

“uljima…kau adalah namja, jadi tak boleh menangis…” Gumam Ny. Kim sembari merengkuh tubuh Myungsoo agar jauh lebih tenang.

 

xxxxxx

 

Myungsoo membasuh wajahnya dengan air, dia menatap matanya yang agak sembab akibat menangis tadi.

 

“heh…pengecut!” Lirih Myungsoo pelan, dia memejamkan matanya sembari kembali mengingat hari di mana terakhir dia bertemu dengan Suzy.

 

Saat itu dia hanya melihat wajah sedih Suzy, dia bahkan mendengar tangisan kesakitan yang Suzy keluarkan untuknya.

 

“mian…”

 

Kriiinggg~ Kriiinggg~

 

Myungsoo keluar dari kamar mandi saat mendengar handphonenya berbunyi, alisnya mengerut saat melihat caller id yang tertera di layar ponselnya.

 

“yo…yobeoseyo…” Dengan ragu Myungsoo mengangkat teleponnya dan menyahut.

 

“kau punya waktu? Temui aku di taman dekat rumahmu sekarang”

 

“ne?”

 

“aku tunggu…keuno”

 

Myungsoo semakin mengerutkan keningnya bingung, mengapa orang itu tiba-tiba menelponnya dan mengajak dia untuk bertemu?

 

Myungsoo memasang wajah berpikirnya sejenak, haruskah dia bertemu dengannya atau tidak?

 

“perasaanku tak enak” Gumam Myungsoo pelan, sempat terlintas dipikirannya untuk tidak mengindahkannya tapi jika kali ini dia menghindar lagi mungkin selamanya dia akan hidup sebagai seorang pengecut.

 

Myungsoo menarik jaket yang tergantung di pintu kamarnya dan segera bergegas keluar dari rumah, “Myungsoo-ya kau mau ke mana?” Tanya Ny. Kim melihat Myungsoo terburu-buru untuk keluar.

 

“keluar sebentar eomma…aku pergi” Sahut Myungsoo sebelum menghilang di balik pintu depan.

 

Hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk Myungsoo sampai di tempat tujuannya, Myungsoo melangkahkan kakinya masuk ke area taman yang sudah kelihatan sepi itu.

 

Myungsoo mengedarkan pandangannya mencari sosok yang tadi menyuruhnya untuk datang dan bertemu dengannya, kakinya berhenti melangkah saat melihat siluet seorang namja bertubuh tinggi yang sudah sangat di hapalnya.

 

Perlahan kakinya berjalan menghampiri namja yang kini tengah membelakanginya itu, seperti tau kehadiran Myungsoo namja itu membalikan badannya tepat saat posisi Myungsoo tiga langkah berada di belakangnya.

 

“Minho…” Myungsoo berhenti melangkah menatap penuh tanya Minho yang kini di hadapannya berdiri dengan raut wajah yang sulit di artikan.

 

“apa ya…”

 

Bugh~ dengan sekali pukulan keras, Myungsoo tersungkur jatuh ke belakang.

 

“ya mwohaneungoya!” Pekik Myungsoo sembari menyeka noda darah yang muncul dari sudut bibirnya.

 

“itu untuk membayar semua kebohongan yang kau lakukan padaku” Ucap Minho, dia menarik kerah baju Myungsoo untuk berdiri dari tempatnya.

 

Bugh~ sekali lagi Minho mendaratkan pukulannya ke wajah Myungsoo membuatnya meringis kesakitan karena di pukul di tempat yang sama dua kali berturut turut.

 

“kali ini untuk apa eoh?” Tanya Myungsoo.

 

“untuk air mata yang Suzy keluarkan untukmu”

 

Bugh~ pukulan dengan sekuat tenaganya Minho keluarkan untuk perut Myungsoo, “aarrgghhh….” Myungsoo meringis kesakitan sembari memegang perutnya yang berdenyut hebat akibat pukulan Minho barusan.

 

“dan itu…” Minho menggantung ucapannya, dia menghampiri Myungsoo yang sudah terduduk lemah di atas rerumputan taman.

 

“itu untuk kelancanganmu merebut kekasihku” Gumam Minho sembari menepuk pundak Myungsoo.

 

Myungsoo mendongak dan menatap Minho merasa bersalah, sementara Minho menatapnya penuh penyesalan.

 

“mian sudah membuatmu seperti ini” Ucap Minho sebelum beranjak dari tempatnya.

 

“Mi…Minho…” Myungsoo tersentak mendengar ucapan Minho barusan, entah apa maksud dari perkataannya tapi yang pasti sekarang pikirannya sedang tak berada pada tempatnya.

 

Minho berbalik membelakangi Myungsoo yang masih menatapnya terkejut, sebelum benar-benar pergi dari tempat itu dia sempat mengucapkan satu kalimat yang mampu membuat Myungsoo tercengang hebat karenanya.

 

“jangan membuatnya menangis lagi, aku akan membunuhmu kalau air matanya terjatuh bahkan setetespun”

 

TBC

 

Sorry, ceritanya semakin absurd. Anti klimaksnya sudah muncul, semoga gak awkward yah. Mungkin masih banyak yang bingung dengan cerita di atas, sorry kalau author buatnya berbelit-belit. Semoga part selanjutnya bisa membuat kebingungan kalian terobati.

Mungkin ada yang merasa alurnya kecepatan? Gak tau, tapi author merasa alurnya pas kok, kalau ada yang merasa kecepatan yah author minta maaf saja karena tidak sesuai dengan harapan kalian.

Respon part kemarin author puas banget J hehe, semuanya pada suka sama klimaknya…syukur deh kalau ternyata feelnya dapat…yah meski ada satu dua orang yang katanya belum ngefeel, tapi it’s ok lah….author kan gak bisa buat cerita yang sempurna…

Nextnya silahkan ditunggu yah J tapi gak bisa janji bisa cepat.

Ok…commentnya di tunggu ^^ gomawo….