Love Affair Chapter 1 of 3

Judul : Love Affair | Author  : elship_L | Cast : Bae Suzy, Kim Myungsoo , Oh Sehun, Jung Soojung | Genre : Sad, Marriedlife, Romance | Type : Threesoots | Rating : 18+

Summary :

‘Pernikahan ? Sebuah hal yang suci harusnya dilakukan oleh dua insan yang saling mencintai. Bagaimana kalau pernikahan tersebut dilakukan oleh dua insan yang tak saling mencintai? Masihkah pernikahan itu di katakan suci?’

Part 1

 

Denting lonceng gereja berbunyi menyeruakkan berakhirnya sebuah pemberkatan atas janji suci yang baru saja diucapkan oleh sepasang pengantin baru tersebut.

 

Tangis haru pilu menggema dalam ruangan yang terbilang cukup luas tersebut, sebuah gereja katolik bernuansa putih tersebut menampung orang-orang yang hadir untuk menyaksikan acara pemberkatan yang baru saja dilaksanakan.

 

Dari dua sisi bangku paling depan terdapat dua pasang suami istri yang bisa diyakinkan adalah masing-masing orang tua dari sang pengantin pria maupun wanita. Sang ibu tak henti-hentinya mengeluarkan cairan bening mereka tak kala mendengar suara yang meresmikan ikatan suci yang terjalin antara kedua anak mereka.

 

Lambat laun suara gemuruh sorakan para undangan terhenti saat melihat sang pengantin hanya berdiri bebas di atas altar dengan pandangan yang kosong. Tak lama setelahnya sang pengantin pria menuntun pengantin wanitanya untuk segera keluar dari ruangan tersebut.

 

Tak sedikit yang mengagumi mereka, pasalnya sang pengantin pria yang memiliki struktur wajah sempurna dan tubuh tinggi tegap bersanding dengan wanita yang mempunyai wajah bak malaikat yang baru turun dari langit. Di tambah dengan senyum mereka yang merekah kala menyapa para undangan sepanjang perjalanan menuju pintu keluar menambah keanggunan dan keindahan postur mereka berdua.

 

Sekarang waktunya untuk berpisah dengan orang hidup bersama mereka 23 tahun terakhir ini. Sang pengantin wanita sedikit mengeluarkan tetesan bening dari matanya saat tubuh kecilnya dirangkul erat oleh sang ibu.

 

Sang pengantin pria membukakan pintu mobil untuk pengantin wanitanya setelah selesai berpamitan kepada kedua orang tua mereka masing-masing. Semua orang yang berada di sana menatap haru kepergian mobil hyundai putih berhiaskan beberapa renda di belakangnya pertanda pemiliknya baru saja melangsungkan pernikahan.

 

Namun, saat di lihat lebih teliti dan lebih jelas lagi, tak semua orang memandang haru bercampur bahagia kepergian mobil tersebut. Nyatanya dua insan yang berada di sudut pintu gereja tersebut malah menatap nanar mobil yang menjauh itu, mata yang memerah dengan degup jantung yang tak karuan menahan emosi menyaksikan kejadian hari ini membuat hati mereka seperti teriris benda tajam yang tak tanggung-tanggung mencabiknya.

 

Tetesan demi tetesan air mata mulai keluar dari mata indah kedua insan tersebut, tak peduli dengan pandangan aneh orang-orang disekitarnya, yang mereka pedulikan saat ini hanya bagaimana mengembalikan hati mereka yang sudah hancur berkeping-keping setelah hari ini.

 

…

 

Braak~ hantaman keras antara daun pintu dan dinding yang melindunginya itu bergema cukup kencang mewarnai rumah sederhana tersebut. Berbeda dari sebelumnya, wajah kedua pengantin yang baru saja menginjakan kaki ke dalam rumah yang akan mereka huni bersama ini berubah drastis. Memasang wajah palsu dengan senyuman yang mengembang cukup merekah itu membuat keduanya merasakan sedikit pegal di sekitar rahang bawah mereka.

 

Tak ada kata yang keluar, keduanya hanya sibuk mengurus dan mengatur kebutuhan mereka masing-masing. Kalau bisa dikatakan mungkin mereka sekarang ini sedang bertindak layaknya tak ada orang lain di sekitar mereka.

 

Sang wanita mengangkat koper besarnya menuju ke kamar utama tanpa terlihat kesusahan, sang pria pun mengikuti jejak istrinya untuk membawa kopernya ke dalam kamar. Tanpa suara, tanpa isyarat mereka terlihat kompak memasukkan baju mereka ke dalam lemari kosong yang berada dalam kamar tersebut.

 

Setelah membereskan semua pakaiannya sang yeoja bergegas masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa sepasang piyama yang akan di pakainya setelah mengganti gaun pengantin yang sedari tadi melekat di tubuhnya.

 

Braak~ bantingan pintu itu sempat membuat namja yang masih kelihatan fokus dengan isi kopernya itu terperanjat kaget. Dengan mata tajamnya bak elang yang siap menyantap mangsanya, dia menatap pintu kamar mandi yang baru saja mengagetkannya. Sedetik kemudian dia mengalihkan perhatiannya dari pintu itu dan kembali fokus pada kopernya.

 

Dua puluh menit? No, tiga puluh menit tepatnya yeoja itu berdiam diri dalam kamar mandi. Sebenaranya dirinya sudah selesai sejak lima belas menit yang lalu, namun entah apa yang membuat dirinya terdiam dan merenung di dalam kamar mandi.

 

Yeoja itu memandang dirinya yang kini sudah bersih dan memegang rambutnya yang sudah mulai mengering tersebut. Tatapan matanya yang datar menggambarkan betapa putus asaan dirinya berada di tempatnya sekarang.

 

Pikiran yeoja itu melayang pada kejadian siang tadi, di mana dirinya telah resmi menjadi istri dari seorang anak tunggal pengusaha terkenal seantero Korea. Bukankah menjadi istri seorang namja yang mempunyai latar belakang cerah dan memiliki wajah sempurna adalah dambaan setiap wanita? Jawabannya adalah ya, namun tidak dengan yeoja ini. Senang? Bahagia? Dia bahkan sudah melupakan dua kata tersebut, yang ada di kepalanya saat ini hanya satu kata yaitu sengsara.

 

Tuk tuk tuk~ ketukan pintu dari luar membuat yeoja yang tadinya melamun perlahan mengerjapkan matanya, dia menatap wajahnya kembali ke cermin kemudian berjalan pelan menuju pintu kamar mandi. Dia tau siapa yang mengetuk pintu itu, tak perlu bertanyapun dia tau apa yang diinginkan namja itu.

 

“apa kau berencana akan tidur di sini?” Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut namja itu setelah berjam-jam tak membuka suaranya, kalimat yang dia lontarkan dengan tatapan datarnya dan dengan suara dinginnya. Sang yeoja hanya menatap namja itu datar lalu berlalu melewatinya, berjalan menuju ranjang king size yang tertera di tengah-tengah kamar besar tersebut.

 

“kau harus melayaniku” Ucap namja itu mengikuti istrinya berbaring di atas tempat tidur. Yeoja itu yang tadinya menutup matanya berniat untuk tidur tiba-tiba saja membuka matanya dan mendudukan dirinya.

 

“dengan senang hati” Yeoja itu mengeluarkan suaranya yang terdengar santai, dia mulai membuka kancing piyama yang di pakainya dengan pelan. Tak ada tatapan takut di sana ataupun tangan yang bergetar, yang ada wajah tenang yeoja itu dengan tangannya yang bergerak lincah membuka satu-persatu piyamanya, namja yang berbaring di sampingnya menunjukkan smirk andalannya dan menarik tangan yeoja itu-skinship pertama yang mereka lakukan setelah pemberkatan siang tadi-.

 

“jangan menggunakan tubuhmu padaku, itu tidak akan mempan” Ucap namja itu dingin, dia menghentakkan tangan istrinya kemudian kembali berbaring dengan mata yang sudah menutup.

 

“kau sendiri yang memintanya…aku hanya menuruti perkataanmu” Balas yeoja itu kemudian membaringkan tubuhnya.

 

“aku hanya mengetes sampai sejauh mana keyakinanmu itu…dan ternyata…kau tidak ada bedanya dengan perempuan murahan di luar sana” Masih dengan mata yang terpejam namja itu menggumamkan kalimat yang mampu membuat yeoja di sampingnya teriris sakit.

 

Yeoja itu beranjak dari tidurnya dan keluar dari kamar tersebut, tak lama setelahnya sebuah isakan kecil terdengar dari arah luar, namja itu hanya tersenyum sinis mendengarnya.

 

…

 

Hiruk pikuk kota metropolitan tersebut membuat yeoja yang kini tengah menikmati secangkir cappucino hangatnya sedikit pening. Menatap mobil dan orang-orang yang berlalu lalang melalui kaca besar di hadapannya ini cukup membuat matanya lelah.

 

Helaan nafasnya keluar saat mendengar bunyi handphonenya, dia merogoh handphonenya dan melihat id caller yang menelponnya.

 

“yeoboseyo oppa…” Sahut yeoja itu.

 

“kau di mana?”

 

“aku sedang di cafe biasa…”

 

“geure…oppa ingin bertemu denganmu…oppa ke sana ne”

 

“arasseo, aku tunggu”

 

Pik~ yeoja tersebut mematikan handphonenya dan kembali menyimpannya pada tempatnya. Dia mengaduk pelan cappucino hangatnya, entah mengapa matanya terasa perih seperti akan mengeluarkan cairan beningnya. Menatap cangkir cappucinonya sekarang mengingatkannya dengan kejadian dua minggu yang lalu di tempat ini.

 

“oppa, kau datang…”

 

“ne…apa yang ingin kau bicarakan?”

 

“itu…hum…kau tau kan orang tuaku sudah menjodohkanku dengan rekan bisnisnya? kata eomma pernikahannya akan diadakan seminggu lagi”

 

“mwo? Ya…kau gila? Kenapa kau menerimanya? Apa kau tidak menganggapku?”

 

“aniyo oppa…aku tidak mungkin menerimanya, aku bahkan mati-matian berusaha untuk menolaknya tapi kau tau sendiri appa orangnya sangat keras dan tak mau di bantah”

 

“jadi…kau benar-benar akan menikah? Kau akan meninggalkanku?”

 

“aku tidak mau meninggalkanmu oppa…aku mencintaimu, dan aku tidak mencintainya”

 

“haruskah aku membawamu kabur dari sini agar pernikahan ini tidak terjadi?”

 

“andwae…appa pasti tau kalau kau membawaku pergi…”

 

“jadi apa yang harus kita lakukan?”

 

“biarkan aku menikah…”

 

“mwo?”

 

“dengarkan aku dulu oppa.. aku yakin namja ini juga tak ingin menikah denganku, aku hanya menikah untuk menuruti kemauan appa…hanya statusku yang berubah oppa, tapi hatiku tidak akan berubah”

 

“jadi dengan kata lain kau mengatakan kalau kau akan tetap berhubungan denganku walaupun sudah menikah?”

 

“ne…biarkan aku menikah ne…kita tidak akan berpisah, aku jamin itu oppa…otthae?”

 

“arasseo, aku tidak peduli kau sudah menikah atau belum setidaknya hatimu masih menjadi milikku”

 

“gomawo oppa, saranghae…”

 

“nado saranghae”

 

“Suzy? Bae Suzy?” Suara lembut seorang namja yang terngiang ditelinga yeoja itu membuatnya terkesiap, dia mengerjapkan matanya lalu menatap namja yang kini sudah duduk di hadapannya.

 

“oppa…kau sudah datang?”

 

“sudah dari lima menit yang lalu aku sampai…kau melamunkan apa?” Tanya namja itu, Suzy hanya tersenyum lalu menggeleng pelan, “aniyo oppa…aku tidak melamunkan apa-apa” Jawabnya pelan.

 

“geure…aku pikir kau melamunkan suamimu itu” Gumam namja itu pelan, namun Suzy bisa mendengarnya.

 

“oppa…dengarkan aku…dihatiku tak ada namja lain selain dirimu jadi jangan pernah berpikiran yang macam-macam” Suzy menarik tangan namjanya kemudian menggenggamnya pelan seolah menyalurkan kepercayaannya.

 

“arasseo, mian sudah berpikir yang tidak-tidak” Ucap namja itu.

 

“gwenchana…ah iya oppa, bagaimana keadaan di kantormu? Aku tau akhir-akhir ini kau pasti lelah” Ucap Suzy, namja di depannya melempar senyum manisnya.

 

“kau benar Suzy-ah, oppa sangat lelah…heh…apalagi beberapa hari yang lalu eomma membawakan berita buruk padaku” Ucap namjanya, Suzy menatap penuh tanya namja di depannya, “berita buruk?”

 

“eoh…seperti yang kau alami…perjodohan…pernikahan…cih benar-benar konyol” Desis namja itu kesal, Suzy yang di depannya tersenyum lembut.

 

“jadi kau dijodohkan juga sepertiku? Terimalah oppa…nikahi dia seperti yang aku lakukan” Ucap Suzy.

 

“shireo…aku tidak ingin menikahi yeoja yang tidak kucintai…aku bahkan belum melihatnya, aku hanya ingin menikah denganmu”

 

“aniyo oppa…kau harus mematuhi perkataan orang tuamu…biar bagaimanapun juga mereka yang sudah merawatmu, sekarang waktunya untuk membalas budi mereka”

 

“tapi kau bagaimana?”

 

“bukannya sekarang kita impas? Aku sudah menikah dan kau juga akan menikah…suatu saat nanti aku yakin kita akan bersama, percayalah”

 

“kau yakin?”

 

“ne, percaya padaku oppa…”

 

“arasseo, aku akan mempercayaimu…goamawo, saranghae…”

 

“nado saranghae oppa…”

 

…

 

Tuk tuk tuk~ yeoja itu terus saja mengetukkan jarinya di atas meja bundar di depannya, sudah kurang lebih sepuluh menit dia menunggu di tempatnya itu namun namja yang ditunggunya tak muncul juga. Sampai ekor matanya menangkap sesosok namja yang tengah berjalan cepat menuju arahnya.

 

“Soojung-ah, mianhae…aku telat” Namja yang sedari tadi ditunggunya akhirnya datang dengan keadaan terengah-engah.

 

“sepuluh menit oppa…apa yang kau lakukan memangnya sampai telat begini?” Decak Soojung menatap tajam namja di hadapannya.

 

“mianhae, pekerjaanku benar-benar tak bisa di tinggalkan” Ucap namja itu menyesal, karena tatapan lembut yang dilemparkan namja itu Soojung yang tadinya berniat untuk marah malah luluh dan dengan begitu saja memaafkan namjanya.

 

“arasseo oppa…lain kali jangan membuatku menunggu” Ucapnya mengalah, “gomawo, kau memang yang terbaik Soojung-ah” Namja itu mencubit pelan pipi tirus Soojung sembari tersentum lembut padanya.

 

“hem…oppa, bagaimana rasanya menikah? Apa menyenangkan eoh?” Tanya Soojung, sedikit dia selipkan nada ejekan di sela kalimatnya membuat namja dihadapannya tersenyum simpul.

 

“sama seperti sebelumnya tak ada yang berubah…di sini juga tak berubah” Jawab namja itu sambil menunjuk dada bagian kirinya, Soojung yang melihatnya hanya tersenyum malu.

 

“kau jangan menggombaliku oppa…kalau istrimu tau dia akan marah besar” Ucap Soojung memukul pelan lengan namjanya.

 

“kau tak usah khawatir…dia tak punya hak untuk marah…aku bebas untuk merayumu…” Namja itu mengusap pelan dagu Soojung membuat yeoja itu semakin merona.

 

“oppa…sudahlah…ah aku lupa…aku ingin memberitahumu sesuatu” Ucap Soojung mengingat tujuan utamanya mengajak namjanya bertemu.

 

“apa?”

 

“appa dan eommaku…mereka benar-benar jahat” Adu Soojung, namja di depannya menatapnya terkejut, “waeyo? mereka memukulmu eoh?” Tanyanya panik.

 

“aniyo oppa…hanya mereka…heh, mereka melakukan hal yang sama yang orang tuamu lakukan padamu”

 

“mwo? Maksudmu menjodohkanmu?” Pekik namja itu histeris, “eoh…dan aku tidak tau mereka menjodohkanku dengan siapa…ottokhae oppa? Aku tidak ingin menikah selain denganmu” Rengek Soojung dengan mata yang sudah berair.

 

“ya uljima…apa kau sudah berbicara pada orang tuamu? Apa kau sudah menolaknya?”

 

“ne, aku menolaknya dengan tegas, tapi mereka tak mendengarkanku dan tetap melaksanakan rencana ini”

 

“heh…apa yang harus oppa lakukan Soojung-ah? tidak mungkin oppa membawamu lari dari sini…itu perbuatan yang tidak benar”

 

“tapi aku tidak mau berpisah darimu”

 

“kau menikahlah dengannya…kau tau, mungkin saja kasusmu ini sama dengan kasusku…menikah dengan yeoja yang juga tidak menyukaiku..jadi setelah kau menikah kau masih bisa bebas sepertiku”

 

“geure? tapi bagaimana kalau tidak seperti yang kau pikirkan?”

 

“tidak mungkin…99% anak yang menikah karena dijodohkan untuk keperluan bisnis itu semuanya dilakukan secara terpaksa…dan aku yakin namja yang dijodohkan denganmu juga pasti terpaksa melakukannya”

 

“baiklah…kalau kau sudah berkata begitu aku akan menurutimu…yang penting kau tidak menjauhiku dan kita masih tetap berhubungan…”

 

“ne…kau jangan khawatir…kau tetap menjadi yeoja satu-satunya dihatiku…”

 

“aku tenang kalau begitu”

 

…

 

Matahari kini terbangun dari tidurnya menyapa sang dunia yang masih terlelap bersama mimpi mereka. Sama halnya dengan yeoja ini, walaupun tertidur di sebuah sofa yang berukuran sedang dia tampak terlihat nyenyak dengan tidurnya tersebut, tanpa bantal dan tanpa selimut tak menganggu kegiatannya bergelut dalam mimpinya yang indah.

 

Samar-samar yeoja itu mencium bau kopi khas yang menusuk hidungnya, bau yang selama ini tak disukainya. Setaunya dia tak pernah mengizinkan orang rumahnya untuk membuat kopi di pagi hari saat dia masih berada dalam rumah, namun sepertinya mulai hari ini peraturannya itu sudah tidak akan berlaku lagi mengingat bahwa dia sekarang tidak tinggal di istana besarnya lagi, melainkan tinggal di sebuah neraka kecil bersama dengan sang malaikat maut yang mungkin bisa saja mencabut nyawanya kapanpun.

 

“kau sudah bangun putri tidur?” Suara berat itu, suara yang terdengar dingin dan terkesan mengejek itu memasuki gendang telinga yeoja yang kini sedang berusaha menyadarkan dirinya.

 

“errgghhh….” Erangan kecil bersamaan dengan bunyi beberapa tulang belakang yang diregangkannya menggema di sudut ruang tengah. Yeoja itu mengucek matanya pelan dan membukanya dengan lebar.

 

Nafas beratnya keluar begitu saja saat pemandangan pertama kali yang dilihatnya adalah siluet seorang namja yang kini tengah berdiri di hadapannya sembari memegang secangkir kopi hangat.

 

“tuan putri yang terhormat…kau berada di sini bukan hanya untuk tidur dan bermalas-malasan saja…bangunlah dan kerjakan semua yang harus kau kerjakan” Namja itu kembali mengeluarkan suaranya yang dingin kepada yeoja di hadapannya.

 

“arasseo” Jawab yeoja itu datar, dia sungguh tidak ingin menghabiskan tenaganya untuk membalas ucapan namja di hadapannya itu. Suaranya terlalu berharga untuknya.

 

“buatkan sarapan untukku sebelum kau membersihkan rumah ini” Sahut namja itu lagi, yeoja itu hanya menganggukan kepalanya lalu berjalan menuju ke arah dapur.

 

Suzy pov

 

Aku tak tau apa yang ada dipikiran kedua orang tuaku sampai memberikan anak satu-satunya mereka pada namja yang tak punya hati seperti dia.

 

Perjodohan? Huh…kata itu benar-benar memuakkan untukku, untuk apa aku harus terlahir di keluarga berada kalau ujung-ujungnya hidupku tetap diatur seperti ini?

 

Dia, namja yang sudah seminggu lebih menjadi suami sahku itu tak pernah sekalipun bersikap layaknya seorang suami, dia bahkan menganggapku adalah seorang pembantu. Ya, bukan hanya dia yang tak suka dijodohkan di sini, aku juga tak suka. Bukan hanya dia yang harus meninggalkan kekasihnya karena pernikahan ini, aku juga harus meninggalkan kekasihku. Kenapa dia bersikap seolah-olah yang menderita hanya dirinya sementara aku tidak?

 

“makanannya mana?” Suara berat itu, suara yang sangat ku benci. Dia membuyarkan lamunanku begitu saja. Oh tuhan sampai kapan aku bisa tahan mendengar suaranya itu.

 

“ya…apa kau tuli…aku akan ke kantor, apa kau mau menghambatku?” Pekiknya, aku dengan segera membawa mangkuk sup ini ke meja tempatnya sekarang duduk.

 

“supnya baru matang…” Ucapku berniat untuk membela diri, namun kurasa ucapanku ini sia-sia karena dia sama sekali tak memperdulikannya dan sibuk menyantap makanan di depannya.

 

“aku selesai…” Ucapnya setelah menghabiskan makanan itu, setelahnya tak ada kata lagi keluar dari mulutnya dan begitu saja dia keluar dari rumah.

 

Huh, apa aku sebegitu transparannya sampai berpamitan untuk keluarpun tidak? Sopan santun namja itu ke mana? Bukannya dia juga dari keturunan keluarga berada? Kenapa perilaku yang dimilikinya tak beda jauh dengan para gelandangan diluar sana.

 

…

 

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 6 malam, tapi namja itu masih juga belum pulang dari kantor. Seharusnya dia sudah pulang dari sejam yang lalu, apa dia lembur? Kalau dia lembur seharusnya kan memberitahuku agar tak memasak makan malam untuknya. Kalau sudah begini siapa yang akan memakan makanan ini?

 

Heh…lebih baik aku menunggu sejam lagi, kalau sampai dia belum pulang juga…aku akan membuangnya!

 

“pukul 7 tepat!” Aku melihat jarum pendek jam yang bergantung di dinding ruang tengah berhenti tepat di angka tujuh, sesuai yang aku katakan tadi. Aku akan membuang semua makanan ini kalau sampai dia belum pulang.

 

“mianhae…kau akan sia-sia kalau tak dibuang sekarang juga” Aku membuang satu-persatu makanan yang sudah kusiapkan untuk namja itu.

 

Sebenarnya sangat sayang kalau harus membuang semua ini, namun makanan ini lebih pantas dibuang daripada harus masuk ke dalam mulut namja itu.

 

Secepatnya…aku harus bercerai dengannya, aku tak mau membuat diriku tersiksa tinggal dengannya.

 

…

 

Author pov

 

“oppa…apa kau kemari tak mengatakan apapun pada istrimu itu eoh?” Tanya Soojung sambil mengaduk kuah supnya yang mendidih itu.

 

“tak perlu memberitahu…apa urusannya?” Jawab namja yang kini tengah duduk menunggu di depan meja makan.

 

“tapi dia istrimu oppa…seharusnya kau memberitahunya, jangan sampai dia menunggumu” Ucap Soojung, dia membawa panci sup yang dimasaknya ke meja makan.

 

“tak perlu mengkhawatirkannya Soojung-ah…kajja kita makan, oppa sudah lapar” Namja itu langsung menyambar sumpit dan sendok di hadapannya kemudian melahap makanan yang tersaji untuknya.

 

“baiklah…aigoo…makanmu pelan-pelan saja oppa, ini tidak akan lari” Ucap Soojung tersenyum melihat namjanya lahap memakan masakan buatannya sendiri.

 

“siapa suruh masakanmu seenak ini…siapapun yang memakannya pasti juga akan melakukan hal yang sama sepertiku…kau memang calon istri yang baik!” Ucap namjanya dengan mulut yang penuh makanan, Soojung hanya tersenyum malu mendengarnya.

 

“ne…makan yang banyak oppa…” Seru Soojung yang juga memulai memakan makanannya.

 

“aigoo…kenyangnya…setiap hari aku harus ke sini untuk makan malam…”

 

“andwaeyo oppa…kalau eommamu tau bagaimana? Jangan setiap hari…sekali-kali saja eoh?” Tolak Soojung, namjanya hanya mengangguk patuh.

 

Kriiing Kriiing~ Suara telepon apartemen Soojung tiba-tiba saja berbunyi membuat yeoja itu mau tak mau berdiri dari sofa tempatnya duduk sekarang dan mengangkat teleponnya.

 

“yobeoseyo?”

 

“…”

 

“eomma? Waeyo?”

 

“…”

 

“besok? Ya…kenapa secepat itu eoh?”

 

“…”

 

“arasseo…keuno”

 

Soojung menghempaskan tubuhnya kasar ke atas sofa sembari menekuk wajahnya, “waeyo hum?” Namja yang berada di samping Soojung itu menatap penuh tanya yeojanya.

 

“besok eomma menyuruhku untuk segera fitting baju pengantin” Gumam Soojung sembari menutup matanya lelah.

 

“geure? sepertinya orang tuamu benar-benar sudah menyiapkannya dengan matang ne”

 

“hmm…nan museowo oppa…aku tak ingin menikah dengan orang lain” Lirih Soojung, namjanya menangkup wajah Soojung dan menghadapkan kepadanya.

 

“jangan takut…oppa akan selalu disisimu…selamanya” Soojung membuka matanya perlahan saat merasakan sesuatu yang lembut menekan bibirnya, dia tersenyum tipis menatap kedua manik mata yang tajam milik namjanya. Begitu menenangkan, batinnya.

 

…

 

Namja itu memasuki rumahnya dengan keadaan yang cukup lelah, akhir-akhir ini pekerjaan di kantornya begitu menumpuk. Apalagi sekarang tanggal pernikahan Soojung sudah dekat jadi dia tak bisa selalu bertemu dengannya walaupun hanya sekedar untuk melepaskan penat.

 

Namja itu membuka dengan kasar dasinya lalu melemparnya ke sembarang arah, dengan langkah cepat dia memasuki kamarnya dan segera naik ke atas tempat tidur tanpa berniat untuk membersihkan badannya.

 

Suzy merasakan pergerakan di atas tempat tidurnya itu langsung saja membuka matanya dan mendapati suaminya yang baru saja pulang kerja sudah terbaring di sampingnya.

 

“aish…ya…ya…kau harus mengganti bajumu dulu tuan baru tidur” Suzy mendorong lengan namja itu, namun sepertinya namja itu sudah terlelap tidur. Dengan dengusan kasarnya Suzy terpaksa turun dari tempat tidur dan segera melepaskan sepatu namja itu.

 

“dasar menyusahkan” Dumel Suzy membawa sepatu yang di pegangnya keluar dari kamar, setelah kembali ke kamar dia melihat tak ada pergerakan dari namja itu.

 

“ckck, dia sudah benar-benar terlelap” Gumam Suzy lalu kembali naik ke atas tempat tidurnya. Baru saja akan berbaring kembali handphone miliknya berbunyi.

 

“yobeoseyo?” Sahut Suzy saat mengangkat teleponnya.

 

“eoh Suzy-ah, mianhae apa oppa mengganggumu?”

 

“ah aniyo oppa, waegeure?”

 

“oppa hanya ingin mengatakan padamu berita buruk”

 

“ne? Berita apa memangnya?”

 

“pernikahan oppa akan dipercepat mejadi lusa”

 

“m..mworagu? lusa? Apa tidak kecepatan oppa?”

 

“oppa juga merasa terlalu cepat Suzy-ah, tapi empat hari lagi oppa harus menghadiri rapat direksi di Amerika jadi orang tuaku mempercepatnya”

 

“uhm…ge…geure…baiklah oppa, aku pasti akan datang”

 

“tak perlu datang Suzy-ah…oppa tak ingin membuatmu melihatnya”

 

“gwenchana oppa, bukankah saat pernikahanku dulu kau juga datang…jadi supaya adil aku juga akan datang”

 

“baiklah…tapi apa kau bersama suamimu?”

 

“tentu saja tidak..dia tidak mengenalmu oppa, jadi tak mungkin kepernikahanmu”

 

“eoh, arasseo…kau tidurlah ini sudah malam”

 

“ah ne…jalja oppa”

 

“ne jaljayo”

 

Suzy mematikan handphonenya dengan tangan bergetar, matanya sudah memerah. Air mata yang tadi susah payah dibendungnya akhirnya perlahan-lahan jatuh dari sarangnya.

 

“tidak bisakah kau diam? Aku sedang tidur” Suzy tersentak saat namja itu bersuara, dia menyeka air matanya dengan seunggukan.

 

“mi…mianhae” Lirih Suzy lalu berjalan menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

 

“apa itu dari kekasihmu? Dia ingin menikah juga?” Sahut namja itu, Suzy yang berada dalam kamar mandi sangat tak berniat membalasnya.

 

Cklek~ saat Suzy keluar tubuhnya tersentak mendapati namja itu kini sudah berdiri di hadapannya dengan tangan yang dilipat di depan dada.

 

“saat suamimu bertanya kau harus menjawabnya”

 

“apa itu penting? Siapapun yang menelponku aku rasa tak ada urusannya denganmu” Ucap Suzy memandang datar namja itu kemudian berjalan melewatinya yang sedang tercengang akibat ucapan Suzy barusan.

 

“bersihkanlah dirimu sebelum kau tidur” Lanjut Suzy sebelum menarik selimut hingga menutupi tubuhnya.

 

…

 

Semua mata para undangan tertuju pada seorang yeoja yang kini tengah berbalut gaun pengantin berwarna putih tulang sembari membawa buket bunga di tangannya. Dia berjalan memasuki gereja menuju altar di dampingi oleh seorang pria paruh baya yang diyakini adalah appanya.

 

Sang namja yang kini tengah menunggu pengantin wanitanya hanya menatap datar yeoja itu sampai akhirnya dia berada di depan altar.

 

“ne aku bersedia”

 

Semua orang memandang haru pengucapan janji suci kedua mempelai tersebut, namun tidak dengan yeoja ini. matanya bahkan sudah berkaca-kaca sejak awal melihat yeoja itu memasuki gereja. Dia duduk dibangku paling belakang dan menatap lurus pemandangan di hadapannya, di mana sang pria sedang memasangkan cincin di jari manis pengantinnya.

 

Pemandangan yang tak jauh berbeda juga terjadi di bagian yang berlawanan dengan bangku yeoja itu, seorang namja yang lengkap dengan tuxedo hitamnya menatap nanar kedua pengantin di depan. Matanya sudah seperti akan mengeluarkan cairan bening sama yang terjadi pada yeoja tadi namun dia berusaha keras untuk menahannya.

 

Sampai akhirnya, saat sang pengantin pria itu perlahan mendekati wajah pengantinnya. Yeoja maupun namja tadi yang duduk di bangku paling belakang berhasil meloloskan setitik buliran bening di pipi mereka. Dan tepat saat bibir kedua  insan itu bersentuhan, kepala mereka beralih ke samping dan dengan segera mereka beranjak meninggalkan tempat itu.

 

Dan di saat yang bersamaan saat mereka saling bertemu pandang hendak ingin keluar tubuh mereka seakan mematung bersamaan. Mereka saling menatap selama beberapa detik meneliti penampilan masing-masing dan kemudian beralih pada sepasang pengantin di depannya, wajah mereka terlihat terkejut saat menyadari suatu hal.

 

“neo…” Pekik keduanya tertahan.

 

…

 

Hiruk pikuk orang-orang yang berlalu lalang itu tak mengganggu ketenangan kedua insan ini, mereka tengah duduk dalam diam di salah satu bangku taman yang cukup ramai. Tak sedikit yang memperhatikan mereka, melihat dengan alis berkerut dan berpikir mengapa seorang namja tampan dan yeoja cantik dengan pakaian formal itu bisa berada di sini.

 

Setelah beberapa jam merasakan semilir angin yang lumayan sejuk di taman itu, sang namja kini akhirnya menegakkan tubuhnya dan berdeham pelan.

 

“apa dia kekasihmu?” Tanya namja itu membuka suaranya, sang yeoja menganggukkan kepalanya pelan.

 

“aku bisa tebak bahwa pengantin wanitanya adalah kekasihmu” Sahut yeoja itu, namja di sampingnya tersenyum lirih kemudian menyandarkan punggungnya di bangku.

 

“aku tidak menyangka bahwa dunia akan sesempit ini” Ucapnya dengan sarkastik, yeoja itu mengikuti jejak namja disampingnya dengan menyandarkan punggungnya dan menerawang jauh ke atas langit.

 

“aku juga tidak menyangka bahwa hubungan kita akan serumit ini” Lirihnya, perlahan tapi pasti derasan cairan bening itu kembali terjun bebas dari mata indahnya. Namja itu mendengar isakan dari yeoja di sampingnya. Kalau sebelumnya saat mendengar yeoja itu terisak dia tak merasakan apapun, tapi saat mendengar isakan yeoja itu saat ini entah mengapa dia seakan merasakan kepiluan yang disampaikan oleh yeoja itu melalui tangisannya.

 

“kau membutuhkan sandaran?” Tanya namja itu, dia menggeser tubuhnya ke samping dan menaruh kepala yeoja itu di atas bahunya.

 

“aku akan meminjamkanmu bahuku karena kita dalam posisi yang sama dan aku mengerti itu” Jelas namja itu sebelum sebuah kalimat protes keluar dari bibir mungil yeoja disampingnya.

 

“gomawo Myungsoo-ssi”

 

…

 

Matahari pagi menyinari seluruh ruang kamar tersebut, gerutuan kesal tercipta dari bibir tipis namja yang kini sedang tertidur pulas di atas ranjangnya yang empuk itu.

 

“aissh, siapa yang membuka jendelanya” Pekik namja itu kesal, dengan sangat terpaksa dia membuka matanya yang terasa berat.

 

Dia memandang pakaian yang dipakainya sekarang, dan beralih pada yeoja yang tertidur di sampingnya. Mereka berdua masih memakai baju lengkap yang sama mereka gunakan saat menghadiri pernikahan kemarin.

 

Namja itu menghela nafasnya, raut wajah bingungnya perlahan menghilang saat mengingat dirinya dan yeoja itu semalam menghabiskan waktu untuk menghilangkan rasa sakit hati mereka akibat menyaksikan pernikahan langsung dari kekasih mereka masing-masing.

 

Senyum tipis terlampir di wajah namja itu, dia sama sekali tak menyangka bahwa kekasihnya menikah dengan kekasih istrinya saat ini. Dunia terlalu kejam menurutnya, harus melibatkan orang yang sama di lingkaran hidupnya.

 

“Bae Suzy! ireona!” Pekik namja itu membangunkan yeoja di sampingnya, perlahan Suzy mengerang lalu membuka matanya

 

“eoh…sudah pagi” Gumam Suzy dengan suara serak, “menurutmu? Cepat bangun dan siapkan aku sarapan…aku tak ingin terlambat ke kantor” Titah namja itu kemudian berjalan menuju ke kamar mandi.

 

Suzy mendudukan dirinya sembari merapikan rambutnya yang terlihat berantakan, dia berjalan menuju ke meja rias. Matanya melotot seketika melihat wajanya yang sangat berantakan itu.

 

Wajah kusut, mata sembab dan kantong hitam di bawah matanya begitu terlihat dengan jelas. Sepertinya efek sakit hatinya begitu berdampak pada wajahnya.

 

…

 

Suzy meletakkan sepiring roti bakar dan secangkir kopi hitam di atas meja, yah walaupun dia sangat membenci bau kopi pekat di pagi hari namun dia harus menahannya karena hanya minuman inilah yang suaminya mau minum di saat pagi hari.

 

“duduklah sarapanmu sudah siap” Ucap Suzy pada namja yang baru saja keluar dari kamarnya. Namja itu kemudian menghampiri meja makan dan segera duduk di tempatnya

 

“malam ini aku akan lembur jadi jangan menyiapakan makan malam untukku” Ucap namja itu, Suzy menganggukan kepalanya, entah mengapa setelah kejadian kemarin dia merasa namja itu kelihatan berubah kepadanya. Bicaranya sudah tidak seketus dulu dan dia juga tak menemukan adanya nada dingin dari ucapan namja itu.

 

Suzy tersenyum kecil merasakan perubahan yang di lakukan oleh suaminya, walaupun bukan perubahan yang berarti tapi setidaknya dia sudah tidak harus mendengar ocehan dingin dari suaminya itu tiap pagi. Mungkin seterusnya dia akan mendengar suara lembut namja itu seperti sekarang ini.

 

“hari ini kau tidak ke mana-mana?” Tanya namja itu membuyarkan lamunan Suzy, Suzy yang duduk di hadapannya menggelengkan kepalanya pelan.

 

“aku sedang tidak enak badan jadi tak ingin ke butik” Ucap Suzy, yah semenjak dia menikah eommanya mengizinkan dirinya untuk membuka butik sendiri dan mengelolanya bersama beberapa pegawai yang di pekerjakannya.

 

Ini juga salah satu alasan mengapa Suzy mau menerima perjodohan ini, walaupun dia memang harus menerimanya meski tanpa persyaratan apapun, tapi dengan dengan senang hati eommanya malah memberikan sebuah tawaran yang cukup menarik bagi Suzy jadi tak tanggung-tanggung dia menerimanya.

 

“aku selesai…” Lamunan Suzy lagi-lagi menghilang akibat suara namja itu, dia ikut beranjak berdiri mengikuti suaminya.

 

“josimhae” Ucap Suzy saat di depan pintu. Setelah menutup pintu rumah dengan rapat dan memastikan namja itu sudah pergi dari rumah, Suzy memasang wajah berpikirnya.

 

“apa yang aku lakukan barusan?” Gumam Suzy pada dirinya sendiri, pasalnya ini baru pertama kalinya semenjak menikah dia mengantarkan suaminya ke depan pintu saat berangkat kerja dan mengingatkannya untuk hati-hati. Kepala Suzy seolah mencari alasan mengapa dirinya melakukan hal itu namun dicari sampai ke sudut otaknya pun dia tak menemukan jawabannya yang tepat.

 

Dia hanya menemukan satu jawaban yang menurutnya bergitu tidak masuk akal dan sungguh kekanak-kanakan.

 

“karena aku istrinya?”

 

TBC

 

Annyeong~ author bawa FF baru, selingan sambil nunggu ending MBA…hehe, ini mungkin bakal jadi threeshot kalau sesuai perkiraan yah J

FF kali ini aku bawa dengan genre yang sad…hum, super sad sepertinya tapi konfliknya gak akan berlarut-larut kok ^^ karena author udah merencanakan alurnya sesingkat mungkin.

Mungkin pada bingung yah sama ceritanya? Mian kalau author membuat kalian pusing tujuh keliling membaca part 1 ini. Semoga part 2nya kalian gak bingung deh 😀

FF ini sebenarnya udah lama author buat, kalau gak salah waktu masih jaman-jamannya VIL author buat part 1nya. Tapi karena tiba-tiba author mati akal buat lanjutinnya jadi deh author simpan dan baru dikelarin sekarang.

Dikomen yah semoga kalian tertarik dengan ceritanya….

 

NB : MBA author bakal post secepatnya…udah setengah jadi tapi ide untuk endingnya masih stuck jadi sabar dikit lagi yah J