The Color Of Lovers CHAPTER 4

THE COLOR OF LOVERS

Author : elship_L

Cast : Bae Suzy, Kim Myungsoo, Jung Soojung, Oh Sehun

Other Cast : Kim Jiwon, Kang Minhyuk, Choi Minho

Genre : Romance, Friendship, Sad

Rating : PG-19

Type : Chapter

CHAPTER 4

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Sehun menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sebuah universitas, dia memandang ke samping melihat Suzy yang tengah menatap gedung universitas mereka beberapa tahun silam. Ekspresi sedihnya begitu terbaca, namun Sehun berusaha untuk mengabaikannya dan menanyakan keyakinan yeoja itu.

“kau yakin ingin ke sana?” Tanya Sehun lembut, Suzy meliriknya sebentar lalu menganggukan kepala.

“aku yakin Sehun-ah, Ahn saem menghubungiku beberapa hari yang lalu. Mau tak mau aku harus tetap ke sana, dia adalah pembimbingku” Jelas Suzy, Sehun menghela nafasnya kemudian menatap Suzy dengan menyesal.

“kalau saja aku tidak memiliki jadwal sekarang aku akan menemanimu ke dalam”

“gwenchana, pergilah..aku akan baik-baik saja, jangan khawatir” Ucap Suzy tersenyum pada Sehun.

“segera hubungi aku jika terjadi sesuatu” Pesan Sehun, Suzy menanggukan kepalanya lalu keluar dari mobil Sehun.

Suzy menatap kepergian mobil itu kemudian menghela nafasnya. Dia berbalik menatap gedung dibelakangnya, tak banyak berubah dari gedung itu sejak tahun terakhirnya berada di universitas ini. Dengan meyakinkan diri Suzy melangkah untuk masuk ke dalam gerbang.

Dia melihat ke arah parkiran yang masih sama seperti 4 tahun yang lalu membuat Suzy tersenyum kecil, saat dia menaiki tangga untuk masuk ke dalam gedung Suzy kembali tersenyum kecil mengingat kenanganya di sana.

Masih terekam dengan jelas bagaimana dia, Soojung dan Sehun menjadi bahan tontonan para mahasiswa lain saat mereka keluar dari gedung dan menuruni tangga tersebut.Dia terkekeh juga saat mengingat Sehun pernah terjatuh dari tangga akibat matanya tak pernah lepas dari seorang hoobae yang ditaksirnya waktu itu.

Suzy merasa dirinya kembali ke masa-masa kuliahnya dulu, berjalan menyusuri tiap-tiap ruangan yang pernah di masukinya. Dia memperhatikan para mahasiswa-mahasiswa yang masih sama seperti dulu, akan membuat kekacauan di dalam kelas jika tidak ada dosen yang mengajar. Di koridor juga banyak mahasiswa yang bercerita dan bercengkrama dengan akrab

Oh, sungguh dia merindukan saat-saat seperti ini. Momen paling berharga yang tidak akan pernah dia lupakan sama sekali seumur hidupnya.

xxx

Suzy menghentikan langkahnya saat sampai di depan ruangan yang selama 2 tahun berada di universitas itu menjadi tempat yang paling sering dia kunjungi. Menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya, dia membuka pintu dengan pelan dan mengintip ke dalam.

Suara alunan musik yang masih dikenalinya sampai sekarang menyeruak memecah gendang telinganya, membuatnya tersenyum kemudian melangkah masuk dengan pelan agar tak menganggu kegiatan dalam ruangan itu.

Ruangan itu cukup besar berbentuk kotak dengan cermin besar membungkus tiap sisi dindingnya dan terdapat beberapa besi penyangga yang melebar di sepanjang dinding.

Suzy melihat seorang wanita berumur pertengahan 30an mengajarkan gerakan-gerakan inti pada mahasiswa di depannya, dia menikmati pemandangan itu. Seolah kembali ke masa lalu.

“Suzy luruskan tanganmu”

 

“tarik kakimu lebih panjang”

 

“tidak, tidak seperti itu. Lengkungkan tubuhmu ke belakang”

 

“fokuskan pada ekspresi wajahmu, buat mereka menyatu dengan tarianmu”

“Suzy?” Suzy mengerjapkan matanya saat mendengar sahutan itu, dia mendongak menatap Ahn saem yang terkejut melihatnya.

“saem, oraenmaniya” Gumamnya membungkukan badan, Ahn saem tersenyum lebar lalu menarik Suzy ke dalam pelukannya yang erat.

“Suzy, sudah lama kita tidak bertemu nak” Ucapnya, Suzy membalas pelukan Ahn saem dan menganggukan kepalanya.

“bagaimana kabarmu sekarang?”

“aku baik-baik saja saem, kulihat kau semakin antusias mengajar anak-anak itu” Jawab Suzy, Ahn saem tersenyum dan menyuruh Suzy untuk masuk ke dalam.

“kau tau anak-anak jaman sekarang sangat liar, mereka memiliki cukup banyak energi jadi aku harus mengimbangi mereka” Ucapnya, Suzy terkekeh kecil lalu memperhatikan seluruh ruangan.

“ruangan ini tidak berubah sejak terakhir aku memakainya, kau merawatnya dengan baik saem” Ucap Suzy, dia menghampiri sebuah bar yang ada di salah satu sudut dan menyentuhnya dengan penuh kerinduan.

“apa yang kau lakukan saat ini?” Tanya Ahn saem membuat Suzy berhenti dan menolehkan kepalanya.

“aku membantu appaku diperusahaan, ternyata tidak terlalu buruk untuk menjadi seorang kantoran” Jawabnya tersenyum, Ahn saem tersenyum penuh pengertian lalu meraih Suzy.

“aku akan mengenalkanmu dengan muridku, kau akan sangat terkejut mengetahui bagaimana mereka mengidolakanmu”

“benarkah? aku tidak yakin dengan itu” Ucap Suzy sedikit terkejut, Ahn saem hanya memandangnya dengan pandangan-kau lihat saja-kemudian menyuruh para muridnya yang sedang beristirahat untuk berkumpul.

“anak-anak, suatu kehormatan untuk kalian. Karena hari ini, salah satu senior kalian yang kebetulan mengambil kelas balet seperti kalian sedang berkunjung”

Para yeoja itu terlihat antusias dan saling berbisik saat menatap Suzy yang berdiri di samping Ahn saem, Suzy tersenyum kecil melihat beberapa orang membisikinya lalu membungkuk di hadapan mereka.

“annyeonghaseyo, senang bertemu dengan kalian hari ini. Aku Bae Suzy” Ucapnya memperkenalkan diri, hening sesaat sampai sebuah pekikan tercipta di antara kerumunan gadis-gadis itu.

“omo Bae Suzy? benarkah kau Bae Suzy yang mendapatkan julukan sebagai Swan Lake?” Jeritnya, Suzy tersenyum lebar tanpa menjawab pertanyaan itu membuat seisi ruangan gaduh.

“sunbae, kau benar-benar cantik seperti yang dikatakan orang-orang” Seorang yeoja berambut pendek berjalan mendekati Suzy dan mengamatinya.

“ajari kami bagaimana bisa menari sepertimu sunbae, kau benar-benar yang terbaik”

Suara-suara pujian itu membuat Suzy tersenyum tulus, dia sudah lama tidak mendengar kalimat-kalimat yang memuji kemampuan menarinya. Meskipun dia masih memiliki kekurangan dalam menari tapi dia sangat senang bahwa orang-orang menikmati tariannya.

“Suzy sunbae, annyeonghaseyo..aku sudah lama ingin bertemu denganmu. Omo! aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu” Ucap salah seorang yeoja dengan malu.

“senang juga bertemu denganmu, apa kau berlatih dengan baik hari ini?” Sahut Suzy, yeoja itu menganggukan kepalanya dengan semangat.

“ya, aku berlatih dengan keras sunbae. Tadi aku melakukan sedikit kesalahan tapi Ahn saem melatihku dengan baik jadi aku bisa memperbaiki gerakanku” Jawabnya dengan antusias, Suzy tersenyum. Yeoja ini benar-benar mengingatkan dirinya di masa lalu, di mana dia selalu membuat kesalahan tapi sama sekali tidak pernah menyerah untuk kembali mencoba.

“anak baik. Jika kau kembali membuat kesalahan dalam gerakanmu, kau jangan cepat menyerah dan mengambil kesimpulan bahwa kau tidak dapat melakukannya. Teruslah berlatih dan yakinkan dirimu kau mampu, maka aku yakin kau akan bisa melakukan gerakan apapun” Mata yeoja itu terlihat berbinar saat memandang ke arah Suzy.

“sunbae, Ahn saem memperlihatkan kami video-videomu saat di atas panggung. Aku sangat menyukai videomu saat ulang tahun universitas 4 tahun yang lalu” Ucapnya, senyum Suzy perlahan hilang dari wajahnya saat mendengar itu.

“maukah kau melakukan satu gerakan untukku? Aku ingin melihatnya secara langsung sunbae” Pintanya dengan memohon, Suzy menatap yeoja itu gusar. Permintaan yang cukup riskan untuknya, dia mempunyai niat untuk menolak, tapi melihat kesungguhan dan penantian diwajah yeoja itu membuatnya tak tega untuk menolak.

“aku tidak yakin masih bisa melakukannya atau tidak” Gumam Suzy mundur selangkah dan menarik tangannya ke atas, mata yeoja itu tak pernah lepas darinya dan menatapnya dengan antusias. Suzy mengangkat satu kakinya ke atas dan berniat untuk berputar namun belum sempat dia menggerakan kakinya, dia sudah terjatuh.

“sunbae” Yeoja itu langsung menghampiri Suzy dan memegang lengannya, mata Suzy terlihat kabur dengan kepalanya yang pening. Dengan samar dia melihat wajah khawatir di depannya dan panggilan panik dari yeoja itu.

“sunbae, kau tidak apa-apa?” Suzy memejamkan matanya sebentar mencoba untuk menghilangkan rasa sakit dikepalanya, kemudian membuka matanya dan tersenyum.

“tidak apa-apa, sudah kukatakan aku tidak yakin bisa melakukannya. Maafkan aku” Ucapnya, yeoja itu tersenyum dan membantu Suzy untuk berdiri.

“gwenchana sunbae, seharusnya aku meminta maaf karena telah memaksamu” Suzy menggelengkan kepalanya lalu menepuk pundak gadis itu.

“siapa namamu?” Tanyanya, gadis itu terkejut sebentar lalu tersenyum girang.

“choneun Kim Jiwon imnida” Ucapnya dengan semangat, Suzy tersenyum lalu berbalik menoleh pada Ahn saem yang tengah mengajar murid lainnya.

“saem, apa tempat itu masih aman?” Tanyanya, Ahn saem menganggukan kepala mengerti maksud dari Suzy.

“itu selalu menjadi milikmu Suzy” Sahutnya, Suzy tersenyum dan kembali pada Jiwon.

“ikutlah denganku” Serunya lalu melangkah ke salah satu ruangan yang ada di dalam ruangan itu, tanpa banyak kata Jiwon mengikuti langkah Suzy dan dia mengerutkan keningnya saat melihat Suzy memasuki ruang ganti mereka.

Suzy berjalan terus melewati beberapa loker sehingga dia berhenti di salah satu loker paling ujung yang tidak pernah tersentuh oleh siapapun, Jiwon membulatkan matanya tak percaya.

“jangan katakan ini lokermu sunbae?” Tanyanya, Suzy hanya tersenyum membalas ucapannya, “oh astaga! Ahn saem bahkan melarang kita untuk mendekat, apa yang ada di dalamnya?” Tanya Jiwon penasaran. Suzy mengeluarkan sebuah kunci usang dari dalam tasnya kemudian memasangkannya di loker.

Terdengar bunyi klik sekali dan dia menarik pintu loker tersebut, Suzy mengernyit saat melihat isi lokernya benar-benar tidak berubah. Dia tersenyum pada isi lokernya dan menoleh pada Jiwon.

“kemarilah” Panggilnya, dengan ragu Jiwon menghampiri Suzy dan melihat isi loker Suzy, matanya melebar tak percaya melihat isi loker tersebut.

Sebuah tutu-baju balet-dan sepatu balet yang dipakai Suzy untuk panggung terakhirnya masih tergantung dengan indah di dalam sana, Jiwon melirik ke Suzy yang memandang bajunya dengan sendu.

“sunbae, apa kau ingin mengambil barangmu?” Tanya Jiwon hati-hati, Suzy menggelengkan kepalanya meraih tutu dan sepatu baletnya untuk keluar dari loker tersebut.

“ini..” Suzy menyerahkannya pada Jiwon membuat gadis itu menatapnya bingung, “aku sangat senang bertemu denganmu hari ini, melihat semangat dan kerja kerasmu membuatku berpikir untuk memberikan hadiah padamu dan aku sama sekali tidak memiliki sesuatu selain ini” Ucapnya, Jiwon menganga melihat Suzy menyerahkan perlengkapan balet kepadanya.

“sunbae, ini..ini milikmu” Gumam Jiwon terharu.

“tidak, sekarang ini akan menjadi milikmu. Baju ini adalah favoritku, kau bisa memilikinya Jiwon-ah” Ucap Suzy membuat Jiwon berkaca-kaca.

“kau serius? Ini benar-benar indah sunbae, aku tidak pantas memakainya”

“ya, aku sangat serius. Kau akan sangat cantik jika memakai ini” Suzy mengangkat tangan Jiwon dan memindahkan tutu itu dari tangannya.

“aku menantikan penampilanmu di ulang tahun universitas tahun ini” Ucap Suzy pasti.

“Kau benar-benar baik memberiku pakaianmu ini, aku akan memakainya dengan baik” Ucap Jiwon membungkukan badannya membuat Suzy tersenyum.

“aku akan mendoakan agar kau menjadi seorang ballerina yang sukses, setelah penampilanmu di panggung untuk ulang tahun universitas nanti kau akan menjadi yang terbaik”

“gomawo sunbae, sekali lagi gomawo” Suzy tersenyum dan menepuk punggung Jiwon dengan sayang.

“sama-sama, kau pantas mendapatkannya”

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Suzy menghela nafasnya, hanya beberapa menit di berkunjung keruang latihannya waktu dulu membuat dia sedikit kelelahan, bukan lelah fisik tapi lebih mengarah kepada lelah mental. Dia tidak menyangka bahwa keinginannya untuk kembali menari masih sangat besar, apalagi setelah melihat binar semangat di mata murid-murid tadi. Dia cukup bangga bisa menjadi salah satu panutan dari mereka, meskipun sekarang keadaannya sudah sangat berbeda tapi dia tetap senang.

Jiwon, yeoja kecil itu benar-benar mengingatkan akan dirinya di masa lalu. Mereka memiliki sifat dan semangat yang sama. Jiwon selalu bersemangat dan berpikiran positif tentang bakatnya. Tadi mereka sempat bercerita beberapa lama dan dia sekarang tau bahwa Jiwon tidak memiliki seorang teman, teman yang benar-benar bisa dianggap sebagai teman.

Jiwon jarang bergaul dengan orang-orang disekitarnya, kebanyakan bukan karena dia tidak ingin melainkan dia tidak bisa. Karena mereka banyak yang terkesan menjauhinya, entah karena dia menjadi salah satu murid yang disukai Ahn saem ataupun karena masalah lainnya.

Tapi bukan karena tidak memiliki teman membuat Jiwon patah semangat, justru karena dia hanya sendirilah dia bisa mampu untuk terus berjuang. Dia akan membuktikan pada semua orang yang tidak menyukainya bahwa dia memiliki bakat dan mampu berdiri sendiri tanpa bantuan dari mereka.

“apa yang sedang kepalamu pikirkan di siang hari seperti ini?” Suzy mengerjapkan matanya saat sebuah suara membuyarkan lamunannya, dia menoleh ke samping dan menemukan Myungsoo telah duduk di sana.

“Myungsoo? apa yang kau lakukan di sini?” Tanyanya bingung, Myungsoo memesan sebuah minuman pada salah satu pelayan lalu menoleh menatap Suzy.

“aku akan menjemput adikku dan memilih singgah untuk menmbasahi tenggorokanku di sini sebelum menemuinya. Aku tidak menduga akan bertemu denganmu” Jawab Myungsoo, dia melirik cangkir-cangkir yang ada di depan Suzy.

“cangkir ketigamu, apa kau tidak kembung meminumnya?” Tanya Myungsoo menunjuk cangkir ketiga Suzy yang masih terisi setengah.

“tidak, teh ini terasa begitu menenangkan. Aku bahkan bisa menghabiskan satu teko sendirian” Jawabnya, Myungsoo mengangguk mengerti lalu menerima pesanannya. Mata Suzy melebar melihat minuman Myungsoo.

“hei, minuman ini tidak akan cocok untuk sekarang di cafe ini” Sahut Suzy memandang dengan aneh kepada Myungsoo.

“kau tau, terkadang setiap orang memiliki selera yang berbeda. Sama halnya saat kau mengatakan kau dapat menghabiskan satu teko teh sendirian, aku juga dapat meminum sebotol wine dimanapun dan kapanpun itu” Ucap Myungsoo menyesap winenya.

Suzy masih melebarkan matanya, satu lagi dia temukan seseorang yang memiliki kecanduan pada satu minuman yang mungkin itu adalah minuman yang terus dia komsumsi selama hidupnya.

“kau sama seperti kami. Hanya mengkomsumsi satu jenis minuman” Sahut Suzy membuat Myungsoo menaikkan alisnya bingung.

“kami?” Suzy mengangguk meminum tehnya dan melirik Myungsoo melalui bulu mata lentiknya.

“kau jelas sudah mengenal Soojung, dia kecanduan dengan hot chocolate. Minuman itu akan dia minum dalam keadaan apapun, dan aku memiliki seorang pria yang sangat mencintai kopinya dalam bentuk apapun”

“aku tau tentang Soojung, kami pernah sekali makan bersama. Dan wow, priamu sungguh menakjubkan. Dia pengkomsumsi kafein yang berat kurasa” Ucap Myungsoo, Suzy mengangkat bahunya dan memandang Myungsoo.

“kau tidak akan pernah bisa melepaskan sesuatu jika sudah kecanduan padanya, tidak..itu sungguh sulit. Bahkan untuk memikirkannya sekalipun” Ucap Suzy dan Myungsoo mengangguk setuju.

“benar, kau memang benar..sangat sulit untuk menghilangkan rasa kecanduan itu”

“oh hei, bagaimana keadaanmu? Apa sekarang kau sudah baik-baik saja?” Tanya Myungsoo lagi mengingat terakhir kali mereka bertemu Suzy jatuh pingsan di lahan proyek mereka.

“aku sudah baik-baik saja..terima kasih, kudengar dari Minho kau yang membawaku ke rumah sakit” Jawab Suzy tersenyum kecil.

“ya, kau tidak tau bagaimana paniknya aku saat itu. Kau benar-benar terlihat pucat dan kesakitan, apa kau yakin tidak memiliki penyakit apapun?” Ucap Myungsoo dengan hati-hati, Suzy terdiam sejenak wajahnya terlihat murung. Saat menoleh pada Myungsoo dia tersenyum dan menggeleng.

“bukankah kau harus menjemput adikmu?” Myungsoo melirik jamnya, matanya membulat. Jiwon akan murka jika dia sampai telat. Meneguk habis winenya dan menepuk pundak Suzy seraya bangkit dari kurisnya.

“aku harus segera pergi. Kau masih ingin tinggal di sini?” Ucap Myungsoo, Suzy mendongak ke samping dan mengangguk.

“masih ingin menikmati waktu sendiri” Jawab Suzy.

“baiklah, aku yang akan membayar tagihanmu..sampai bertemu lagi” Myungsoo meninggalkan beberapa lembar uang disamping gelasnya lalu melesat pergi. Suzy mengamati Myungsoo lalu tersenyum kecil padanya.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

 

Myungsoo melangkah masuk ke dalam rumah orang tuanya dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan adiknya.

“oppa!” Namja itu tersentak kaget saat mendengar teriakan adiknya, dengan panik dia segera berlari menuju tangga dan menuju ke kamar Jiwon.

“Jiwon-ah ada apa?” Pekiknya, dia membuka pintu kamar Jiwon selebar mungkin dan matanya membulat melihat adiknya berdiri di tengah kamarnya di sana.

“wow” Gumamnya takjub, Jiwon berbalik dan tersenyum lebar menatap Myungsoo.

“otthae? Apa kau terlihat bagus dengan tutu ini?” Tanya Jiwon, Myungsoo mengerjapkan matanya dan melangkah ke depan perlahan menghampiri Jiwon. Melihat Jiwon memakai sebuah baju balet yang berwarna hitam dengan beberapa motif bunga berwarna peach di sekeliling roknya, serta beberapa ornamen mutiara kecil mengelilingi sepanjang garis dada baju tersebut. Sepatu baletnya yang senada dengan corak warna motif bunga diroknya itu terpasang dengan sempurna dikakinya yang kecil.

Jiwon memutar badannya dan memasang senyuman lebar kepada Myungsoo, “oppa, bicaralah..katakan bagaimana menurutmu?” Tanya Jiwon lagi dengan semangat, Myungsoo menahan nafasnya sebentar menatap Jiwon kemudian tersenyum lebar.

“sempurna..kau sangat cantik Jiwon-ah” Ucap Myungsoo memuji Jiwon, matanya sama sekali tidak lepas dari apa yang dikenakan oleh Jiwon, mereka terlihat sangat indah dan lebih indah lagi karena pakaian itu melekat ditubuh adiknya yang sempurna.

“aku sudah menduganya! Aku sangat senang mendapatkan baju ini dari dia” Myungsoo memiringkan kepalanya mencerna ucapan Jiwon yang tidak dimengertinya.

“mendapatkan dari dia? Siapa maksudmu?” Tanya Myungsoo, Jiwon langsung berbinar saat Myungsoo menanyakan hal itu kepadanya.

“oh oppa! aku lupa memberitahukanmu. Kau ingat saat beberapa hari yang lalu kau menjemputku di kampus?” Myungsoo mengangguk masih diam untuk menunggu kelanjutan ucapan Jiwon.

“aku bertemu dengan salah satu sunbaeku. Dia berada di jurusan yang sama denganku, dia juga seorang ballerina. Apa kau pernah mendengar legenda Swan Lake? Aku berpikir kalian mungkin berada di tahun yang sama” Jelas Jiwon dengan antusias, Myungsoo mengerutkan keningnya sebentar berpikir tentang tahun-tahunnya saat di universitas dulu.

“aku rasa aku pernah mendengarnya, tapi tidak mengetahuinya dengan jelas. Kau tau saat itu oppa terlalu fokus dengan apa yang oppa lakukan” Jawab Myungsoo datar, Jiwon mengangguk mengerti.

“dia yeoja yang sangat cantik oppa. Aku menyukainya, aku berharap kau bisa bertemu dengannya. Aku akan sangat senang jika kalian bisa berkenalan” Jiwon meloncat sedikit karena terlalu bahagia membuat Myungsoo menggelengkan kepalanya.

“apa kau sedang berusaha untuk menjodohkan kakakmu yang tampan ini eoh?”

“tapi dia memang benar-benar cantik oppa! aku sudah lelah melihatmu terus sendirian, apa kau tidak tau banyak wanita diluar sana rela melakukan apapun agar bisa menjadi kekasihmu? Tapi kau terlalu dingin dan sama sekali tidak pernah menghiraukan mereka” Omel Jiwon, Myungsoo menutup matanya dengan malas. Topik inilah yang paling dia tidak sukai saat berbicara dengan Jiwon, gadis itu akan memarahinya habis-habisan mengenai kekasih yang tidak pernah dia punya semenjak…Myungsoo menggelengkan kepalanya dengan frustasi dan menatap Jiwon sebal.

“ok, kita hentikan topik ini di sini. Oppa bisa menentukan siapa yang akan menjadi kekasih dan siapa yang tidak. Tidak perlu mengurusi urusan asmaraku, cukup fokus dengan latihanmu, oppa akan menontonmu nanti” Ucap Myungsoo dengan tegas.

“kau akan menontonku? Kau meninggalkan pekerjaanmu untuk menontonku? Benarkah?” Jiwon memekik senang dan saat Myungsoo mengangguk dia langsung menabrak tubuh Myungsoo dan memeluknya senang.

“aku senang kau akan menontonku” Gumamnya.

“oh ya, aku juga akan senang menontonmu. Tapi, Jiwon..bajumu akan kusut jika kau memelukku lebih lama lagi” Balas Myungsoo, Jiwon segera melepaskan diri dari Myungsoo dan tersenyum lebar.

“aku tidak boleh merusaknya, ini terlalu indah” Ucap Jiwon membuat Myungsoo tersenyum pada adiknya itu.

 

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

“Minho, bisakah kau ke ruanganku sekarang?”

“baiklah”

Suzy menutup telepon di atas mejanya setelah mendengar jawaban dari Minho, beberapa saat kemudian pintu ruangannya terbuka dan mendapatkan Minho berdiri di sana dengan alis yang terangkat.

“kau membutuhkan bantuanku lagi?” Tanyanya, Suzy tersenyum dan mengangguk.

“aku perlu beberapa rincian dana dari proyek yang sedang aku tangani. Dan tolong beritahu apa yang harus aku katakan pada ayahku saat bertemu dengannya siang ini” Sahutnya, Minho mengangkat tangannya di udara sejenak lalu berbalik keluar dari ruangan Suzy, Suzy hanya duduk menunggu dan 5 menit kemudian Minho kembali masuk ke dalam ruangannya.

“aku sudah merincikannya dengan sangat jelas. Pihak J-Ko mengatakan bahwa rincian dana yang kita buat sudah lebih dari cukup” Jelas Minho menyerahkan beberapa berkas pada Suzy, “meskipun dananya masih setengah yang cair tapi itu tidak mengganggu proses pembangunan kita saat ini, dan aku bisa pastikan dalam waktu dekat sisanya bisa kita dapatkan agar membuat pembangunannya lebih cepat” Tambah Minho, Suzy menganggukan kepalanya mengerti mempelajari rincian dana tersebut.

“lalu, apa yang harus aku katakan pada appa?”

“katakan padanya seperti apa yang kukatakan padamu, presdir akan mengerti jika kau tidak dapat menjelaskan hasil dari pekerjaanmu secara rinci. Beliau tau kau masih dalam proses belajar” Ucap Minho. Suzy berfikir sebentar, dia membuka mulutnya hendak berbicara namun terdiam lagi dan akhirnya memutuskan untuk bertanya pada Minho.

“bisakah kau menggantikanku?” Tanya Suzy was-was, Minho menaikkan alisnya menatap Suzy bingung.

“kau sedari tadi menyuruhku untuk menjelaskan padamu apa yang harus kau lakukan tapi ujung-ujungnya kau malah memintaku untuk menggantikanmu? Hei, bukankah kau terlalu kejam padaku sajangnim?” Seru Minho tak terima, Suzy hanya tersenyum lebar dan memasang wajah memohon pada Minho.

“heh, baiklah…apa kau punya sesuatu yang tidak dapat di tinggalkan?” Minho menghela nafas menyerah pada permohonan Suzy.

“ya, kau tau..umm, hari ini aku harus menghadiri acara ulang tahun universitasku. Sudah sangat lama aku tidak menghadirinya” Jelas Suzy.

“apakah kau harus menghadirinya? Apa yang akan kukatakan pada presdir saat bukan kau yang melaporkan hasil proyek ini padanya?”

“aku harus menghadirinya. Ku mohon, bantulah aku…bukankah kau sekertarisku? Sudah seharusnya kau menggantikanku saat aku berhalangan. Aku yang akan berbicara pada appa mengenai maslaah ini” Ucap Suzy dengan tegas, Minho menghela nafasnya lagi lalu mengangguk mengerti.

“baiklah jika kau sudah mengatakan seperti itu. Aku tidak punya pilihan untuk menolak kan? serahkan semuanya padaku, dan nikmati waktumu” Ucapan Minho membuat Suzy tersenyum puas. Namja itu mengambil berkas dari tangan Suzy lalu melangkah keluar dari ruangannya.

Setelah kepergian Minho, Suzy meraih handphonenya dan menghubungi seseorang.

“Suzy, kau di mana?”

 

“aku masih dikantor, apa kau akan menjemputku?”

“kau bisa meninggalkan pekerjaanmu? Aku tidak yakin itu keputusan yang benar”

“hei, kau yang memaksaku untuk datang bersama kalian hari ini. Kalau kau berubah pikiran aku bisa memberitahu sekertarisku bahwa aku akan tetap tinggal di kantor”

“oh, slow down dear, aku hanya bercanda. 10 menit aku akan di sana”

“baik. Aku menunggumu”

Suzy menutup sambungan teleponnya, dia meraih tasnya membersihkan mejanya dan bersiap untuk segera keluar menunggu jemputannya akan datang.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Yeoja itu berdecak sebal saat dirinya ditarik secara paksa untuk masuk ke dalam range rover sport milik namja yang sudah hampir seumur hidupnya ini dia kenal. Dia melirik ke samping melihat namja itu dengan santainya mengemudikan mobilnya membelah jalanan Seoul.

“aku sangat sibuk Oh Sehun! Apa yang sebenarnya kau lakukan eoh?” Soojung masih menekuk wajahnya dengan kesal.

“kau tidak tau ini hari apa? berpikirlah Jung Soojung” Sahut Sehun, Soojung mengerutkan keningnya berusaha mengingat. Ini bukanlah hari ulang tahunnya, bukan pula ulang tahun Sehun maupun Suzy. Dia mengingat tanggal dan bulan serta tahun tapi masih belum menemukan clue, ini bukan hari jadi mereka bertiga yang biasa mereka lakukan tiap tahun. Hari ini bukanlah hari di mana sesuatu harus dirayakan.

“aku tidak tau” Ucap Soojung tak tau, Sehun menggelengkan kepalanya tak percaya dengan ingatan Soojung.

“oh sayang, kau benar-benar pelupa. 13 Agustus, kau benar-benar tidak memiliki petunjuk tentang itu? Hari ini hari ulang tahun universitas kita” Seru Sehun, Soojung memasang wajah datar sebentar kemudian melebarkan matanya terkejut.

“sesange! Bagaimana aku bisa melupakannya” Pekik Soojung terkejut, Sehun tertawa sebentar melihat Soojung kemudian berdehem pelan.

“Suzy ingin menonton hari ini” Sahut Sehun dengan nada yang lebih serius membuat Soojung langsung menoleh padanya.

“kau serius?”

“ya, sangat serius. Sekarang kita sedang dalam perjalanan menuju kantornya sayang. Setidaknya kita tidak akan menghabiskan waktu tahun ini di tempat itu lagi” Jawab Sehun. Soojung hanya bisa terdiam mengetahui Suzy akan menonton acara ulang tahun universitas mereka tahun ini.

Ya, semenjak kecelakaan naas itu terjadi Suzy menjadi seorang yang berbeda. Dia jadi pemurung dan tidak suka bergaul dengan siapapun, dia bahkan tidak bisa menyelesaikan kuliahnya di universitas yang sama dengan Soojung dan Sehun akibat kecelakaan tersebut.

Untuk beberapa tahun belakangan Soojung dan Sehun selalu rutin untuk menghadiri acara ulang tahun universitas mereka karena mendapatkan undangan khusus dari pihak kampus, Suzy juga mendapatkan undangan khusus tapi dia sama sekali tidak berniat untuk menghadirinya. Menurutnya itu hanya akan membuat lukanya kembali menganga dan membuatnya sakit jika hadir dalam acara itu.

Jadi Soojung dan Sehun memutuskan untuk menghargai keputusan Suzy, mereka hanya akan datang ke acara itu dengan menyapa beberapa pembimbing serta dosen mereka kemudian kembali. Mereka berdua akan menemani Suzy untuk pergi ke pemakaman ibunya dan mereka bertiga menetap di sana sampai matahari terbenam. Menemani Suzy yang akan terus menangis di depan makam ibunya dan mengatakan ucapan penyesalan kepadanya.

“tapi kita tetap harus ke tempat itu, biar bagaimanapun juga hari ini hari peringatan omonim” Ucap Soojung membuat Sehun mengangguk setuju.

Namja itu menghentikan mobilnya tepat di depan lobi perusahaan milik ayah Suzy, dia membuka kacanya sedikit memanggil Suzy yang berdiri di samping pintu masuk. Saat Suzy melihatnya yeoja itu mendesah lega dan segera berjalan ke mobil dan membuka pintu belakang.

“apa yang menahanmu selama ini?” Tanya Suzy kesal, Sehun menyalakan mesin mobilnya dan tersenyum bersalah pada Suzy.

“sangat susah untuk menyeret dia untuk duduk di sini” Sahut Sehun melirik ke arah Soojung.

“kau tidak mengatakan padaku apa tujuanmu sebenarnya makanya aku bertahan karena kerjaanku banyak” Seru Soojung membela diri.

“aku tau..seharusnya kau tidak melupakan hari ini”

“aku juga manusia Oh Sehun! Aku bisa jadi seorang pelupa”

“oh astaga! bisakah kalian hentikan ini guys? Baiklah, aku tidak akan menuntut apa-apa karena kalian sudah terlambat menjemputku dan membiarkanku menunggu” Pekik Suzy dari kursi belakang membuat Soojung dan Sehun mengatupkan bibirnya rapat secara bersamaan.

“nah begini lebih baik” Desah Suzy lega tidak lagi mendengar suara dari kursi depan.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

“Kim Myungsoo” Namja itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang menemukan seorang namja yang sudah beberapa tahun ini tidak ditemuinya, senyumnya mengembang melihat namja itu menghampirinya.

“John, kau di sini” Sapa Myungsoo, namja blasteran Korea-Inggris itu tersenyum dan mengangguk dia melihat ke sekitar Myungsoo seolah mencari seseorang. John adalah salah satu pelatih Myungsoo saat masa kuliahnya dulu, meskipun jarak usia mereka terpaut sangat jauh tapi hubungan mereka sama seperti hubungan pertemanan biasanya.

“sudah lama kau tidak datang mengunjungiku, aku rasa kau hidup dengan baik” Balasnya, Myungsoo meringis kemudian menggelengkan kepalanya.

“aku kemari beberapa hari yang lalu, tapi kau tidak ada”

“ah, aku baru saja kembali dari London kemarin pagi, kau tau..di sana sangat kacau” Jawabnya membuat Myungsoo tersenyum pahit dan menghela nafasnya. Namja tua itu menepuk pundak Myungsoo dan tersenyum lebar.

“hei, bagaimana kabarmu?” Tanyanya, Myungsoo mendongak dan mengangkat kedua bahunya.

“seperti yang kau lihat. Membosankan” Gumamnya.

“tidak ada yang membosankan dalam hidupmu kalau kau menikmatinya Kim Myungsoo”

“dan aku tidak menikmatinya” Ucap Myungsoo mengangkat alisnya, John mengangkat kedua tangannya seolah mengatakn dia menyerah untuk berbicara dengan anak itu.

“kau kemari untuk menonton adikmu..bagaimana kabarnya?” Myungsoo langsung merubah raut wajahnya dan tersenyum cerah.

“dia baik, sangat baik. Aku senang melihatnya bahagia dengan apa yang dilakukannya, dia sangat cantik” Jawab Myungsoo dengan senang.

“aku senang mendengarnya. Aku yakin dia akan sangat gugup untuk hari ini” Myungsoo mengangguk setuju mengingat bagaimana Jiwon tadi terus saja menggenggam tangannya dan matanya memandang tak fokus.

“kau benar, dia luar biasa gugup. Tapi aku yakin dia akan bisa melakukannya, dia sudah berlatih keras untuk ini” Gumam Myungsoo, namja tua itu menepuk pundak Myungsoo dan menatapnya penuh harap.

“kau tidak datang hanya untuk menonton adikmu kan? hari ini hari besar, kau tau maksudku” Ucapnya, Myungsoo menatap namja itu dengan sendu.

“aku hanya akan menonton Jiwon, John. Tidak yang lain” Jawabnya dengan pasti.

“hei, kau harus melihatnya..bagaimana mereka bermain dengan luar biasa. Aku yakin kau ingin menontonnya. Ayolah, dengan melihat satu anak tidak akan membuatmu melewatkan penampilan adikmu, kau sudah melewatkannya 3 tahun berturut-turut” Ucapnya dengan nada meminta, Myungsoo tetap menggelengkan kepalanya.

“mereka selalu berlatih keras untuk penampilan hari ini, datanglah..mereka akan sangat senang mengetahui kau menonton penampilan mereka” Alis Myungsoo berkerut menimbang apakan akan menyetujui ajakannya atau malah tetap menolaknya.

“heh, hanya satu penampilan saja” Ucapnya dengan helaan nafas, John tersenyum dan mengangguk.

“kau tidak akan menyesal untuk melihatnya nak. Ayolah” Serunya lalu mengiring Myungsoo untuk masuk ke dalam salah satu ballroom bagian timur universitas tersebut.

Di dalamnya sudah dipenuhi oleh para penonton yang duduk tenang menunggu pertunjukan akan dimulai. Myungsoo dan John mengambil tempat duduk paling belakang yang masih kosong, mereka berdua duduk dengan pandangan lurus ke arah depan panggung.

“dia akan bermain solo sebagai pembuka?” Tanya Myungsoo tak percaya melihat seorang namja muda berdiri di tengah panggung.

“ya, aku yakin ini mengingatkanmu dengan sesuatu, karena aku juga begitu” Jawab namja disampingnya, Myungsoo masih diam tidak menjawab, “semenjak kau berhenti kami tidak pernah menemukan seseorang yang sanggup bermain solo di atas panggung sebesar itu. Sampai anak itu datang dan menunjukan kemampuannya, dia begitu mirip denganmu. Sempurna” Lanjutnya, Myungsoo menoleh ke John dengan mata yang memandangnya tidak percaya.

“aku tidak percaya” Ucap Myungsoo.

“dengarlah permainannya, kau akan tau setelah mendengarnya” Myungsoo kembali menegakkan badannya dan menghadap ke depan, “pejamkan matamu dan serapi setiap nada yang keluar” Myungsoo mengikuti perintahnya, dia memejamkan matanya saat melihat namja di atas panggung itu meletakkan biolanya di atas bahu.

Nada pembuka dari permainan biola namja itu membuat Myungsoo tersentak kaget, dia membuka matanya seketika dan melebar saat menatap namja itu menggesek senarnya, dia menoleh ke samping menatap John.

“tidak mungkin! Dia..dia memainkan…” Myungsoo tidak bisa melengkapkan kata-katanya akibat rasa terkejutnya yang luar biasa.

“Caprice No. 24 in E major ‘L’Arpeggio’ milik Niccolò Paganini, lagu terakhir yang kau mainkan di atas panggung yang sama 4 tahun yang lalu” Sahutnya melengkapi kalimat Myungsoo. Myungsoo terhenyak lalu kembali menatap kepanggung.

“kau yang melatihnya” Sahut Myungsoo.

“tidak, aku sama sekali tidak pernah menjadi pembimbingnya seperti yang kulakukan padamu. Dia datang ke universitas ini tidak dengan tangan kosong. Dia membawa bakat alaminya ke dalam sini”

“dia luar biasa”

“aku tau, itu alasan mengapa aku mengajakmu melihat ini. Ikutlah aku akan memperkenalkannya padamu” Setelah namja itu menyelesaikan permainannya, Myungsoo mengikuti langkah John keluar dari ballroom dan mengunjungi backstage untuk bertemu dengan pemain tadi.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Ruang ganti itu cukup heboh karena para yeoja kini tengah bergumul dan bergosip di atas sofa. Jiwon yang tengah memakai make-upnya hanya melirik ke arah mereka sejenak kemudian memusatkan perhatiannya pada wajahnya yang ada di cermin.

“ya! coba tebak siapa yang datang hari ini” Salah seorang yeoja berlari kecil masuk ke dalam ruangan itu dan menghampiri kumpulan yeoja lainnya, mereka semua menatapnya dengan bingung.

“siapa maksudmu?” Tanya salah satu dari mereka, yeoja itu tersenyum lebar dan menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

“Oh Sehun..” Bisiknya pelan, Jiwon mengerutkan keningnya karena sempat mendengar nama Sehun, dia melirik melalu ujung matanya dan mencoba untuk mendengar pembicaraan mereka dengan jelas.

“Oh..Oh Sehun? Kau serius?”

“ya! aku serius..ayo kita melihatnya, diluar sana sudah sangat heboh dengan kehadirannya!” Ucapnya, kemudian yeoja-yeoja itu tanpa bicara segera beranjak dari tempatnya dan melesat keluar dari ruangan.

Jiwon memiringkan kepalanya dengan bingung, “apa oppa menyuruh Sehun untuk menonton pertunjukanku lagi?” Gumamnya bertanya pada diri sendiri.

Dia tidak percaya dengan apa yang gadis tadi katakan bahwa Sehun ada di sini, tapi melihat kesungguhan diwajahnya mau tak mau dia sedikit ragu denga keyakinannya kali ini.

“aku harus memastikannya sendiri” Jiwon segera beranjak dari tempatnya duduk, dia meraih jaket hitam miliknya dan memakainya. Celana legging cokelat kini membungkus kakinya bersamaan sepatu balet kecil yang telah dikenakannya.

Dia berjalan keluar dari ruangan, mengedarkan pandangan mencari di mana Sehun berada. Saat berjalan menyusuri koridor, Jiwon menghentikan langkahnya saat mendapati kerumunan yeoja yang berada tak jauh di depannya. Matanya menyipit dan menemukan namja yang sedari tadi dicarinya.

“heh, lihatlah Kim Jiwon di sana” Seorang yeoja berwajah sinis menyenggol salah satu temannya yang sedang berusaha untuk berbicara dengan Sehun dengan mengedikkan dagunya ke arah di mana Jiwon berdiri.

“Jiwon? Apa yang dilakukan anak itu di sini” Yeoja yang disenggol itu meringis kesal menatap Jiwon kemudian kembali menatap Sehun dengan tersenyum lebar.

Sehun mengerutkan keningnya mendengar percakapan dua yeoja di hadapannya, dia menoleh ke belakang dan menemukan Jiwon berdiri di sana sembari menatapnya dengan mata yang melebar. Sehun tersenyum kecil kemudian melepaskan tangannya yang sedari tadi di sentuh oleh yeoja-yeoja itu.

“maafkan aku, aku harus pergi” Ucap Sehun membalikan badannya dan meninggalkan kerumunan yeoja itu, dia tersenyum miring saat mendengar desahan kecewa dari mereka. Kakinya terus melangkah ke arah Jiwon tanpa mengalihkan pandangannya.

“hai” Sapa Sehun setelah sampai di depan Jiwon, yeoja itu mengerjapkan matanya dan mendongak menatap wajah Sehun.

“apa, apa yang kau lakukan di sini?” Tanyanya tanpa sadar dengan suara yang cukup nyaring, Sehun melirik ke arah yeoja-yeoja yang masih berada di tempatnya itu dan berani bertaruh bahwa mereka mendengarkan pertanyaan konyol Jiwon itu.

Dia tersenyum lebar sembari menundukan kepalanya dan mengecup pipi Jiwon membuat Jiwon menegang sementara kerumunan di belakangnya memekik tertahan.

“apa lagi yang akan kulakukan di sini selain menemuimu sayang?” Ucapnya mengedipkan satu mata ke Jiwon. Jiwon tersadar melihat itu, dia mengintip melalu bahu Sehun melihat yeoja-yeoja itu meringis dan menekuk wajah mereka dengan cemberut, seketika dia tersenyum ceria.

“oh, maafkan aku..ikutlah denganku, kita cari tempat yang lebih nyaman dari sini” Ucapnya menarik lengan Sehun dan membawanya untuk masuk ke dalam ruang ganti.

Jiwon menghela nafasnya saat pintu ruang gantinya tertutup dan melepaskan tangannya dari Sehun. “apa Myungsoo oppa menyuruhmu untuk datang ke sini lagi?” Tanya Jiwon segera, Sehun mengerutkan keningnya tidak mengerti.

“apa maksudmu?”

“itu..bukankah kau kemari untuk menonton penampilanku?” Jiwon sedikit merona karena malu atas pertanyaannya itu, Sehun mengamati wajah Jiwon dan terkekeh pelan.

“oh, apa kau berpikir seperti itu?” Jiwon mengangkat kepalanya dan menatap Sehun tidak mengerti, “hei, apa kau tidak tau bahwa aku juga pernah belajar di tempat ini? aku bahkan memiliki undangan khusus tiap tahun untuk menghadiri acara ini” Sambung Sehun menjelaskan pada Jiwon.

Seketika Jiwon menutup wajahnya yang kini sudah memerah dan memekik histeris, “oh tidak! Aku..maafkan aku, aku sungguh memalukan” Pekiknya, Sehun tertawa melihat reaksi Jiwon kemudian menarik tangan yeoja itu.

“hei tidak perlu malu..aku mengerti” Ucap Sehun dengan tenang, “oh ya, bagaimana aktingku tadi? Aku berani bertaruh bahwa teman-temanmu itu akan sangat iri padamu saat ini” Jiwon tersentak kemudian melengkungkan sudut bibirnya ke atas.

“kau yang terbaik!” Seru Jiwon mengacungkan jempolnya di depan Sehun, “maafkan aku, karena aktingmu tadi jadinya aku pikir kau kemari memang karena aku” Sambungnya dengan wajah penuh penyesalan.

“tidak, awalnya aku kemari memang hanya karena undangan sialan itu. Tapi setelah bertemu denganmu, kupikir tujuanku bertambah” Ucap Sehun membuat Jiwon menatapnya dengan berbinar.

“aku tidak sabar melihat penampilanmu hari ini. Lakukanlah yang terbaik” Jiwon menganggukan kepalanya dengan semangat. Sehun menepuk kepalanya beberapa kali dan tersenyum pada Jiwon.

“kau terlihat cantik hari ini, semangat” Ucapnya sebelum berbalik untuk meninggalkan Jiwon di ruang gantinya sendiri. Jiwon memegang dadanya dengan wajah yang merona, perlahan senyumnya melebar dan dia meloncat-loncat kecil sembari bersenandung.

“aku cantik!” Serunya.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

-TO BE CONTINUED-