The Color Of Lovers CHAPTER 7

THE COLOR OF LOVERS

Author : elship_L

Cast : Bae Suzy, Kim Myungsoo, Jung Soojung, Oh Sehun

Other Cast : Kim Jiwon, Kang Minhyuk, Choi Minho

Genre : Romance, Friendship, Sad

Rating : PG-19

Type : Chapter

CHAPTER 7

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

WARNING : VERY VERY VERY LONG CHAPTER. BE READY TO BORED WITH IT

“suster” Seorang pemuda berpostur tubuh tinggi itu menghampiri suster yang tengah berbincang di meja resepsionis rumah sakit yang sudah sejak seminggu yang lalu rutin dia kunjungi. Wanita yang memakai pakaian serba putih tersebut menoleh padanya dan tersenyum ramah.

 

“ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya kepada namja itu.

 

“umm, aku ingin bertanya..masalah korban kecelakaan seminggu yang lalu” Ungkap namja itu dengan hati-hati, sang suster langsung mengerti arah pembicaraannya karena memang dia dan bahkan hampir semua rekan-rekan suster yang lain sudah mengetahui siapa namja itu dan mengenai kecelakaan yang dia sebutkan.

 

“oh itu..saya akan mencarikan data-datanya untuk anda. Mohon tunggu sebentar” Ucapnya, kemudian masuk ke dalam meja resepsionis dan mencari beberapa berkas. Namja itu terlihat gugup saat menunggu suster yang ditanyainya kembali.

 

“ini dia, data-data yang anda inginkan. Kalau boleh tau apa yang ingin anda lakukan dengan data ini?” Suster itu menyerahkan sebuah map yang berisi beberapa lembar kertas kepada namja tadi.

 

“pihak kami ingin memberikan tunjangan kepada para korban yang selamat maupun tidak” Ucapnya dengan bijaksana, meskipun tebilang muda tapi pemikiran namja di hadapannya ini sudah terlihat dewasa dan membuat suster itu tersenyum menyesal.

 

“mungkin anda akan terkejut saat membacanya. Silahkan” Ucapnya sebelum namja itu berlalu dan meninggalkan meja resepsionis.

 

xxx

 

Mata kecil namun tajam dari namja itu membaca dengan seksama tiap lembaran yang ada dipangkuannya, sesekali dia melirik dengan nanar ke arah satu-satunya ranjang yang berada diruangan itu.

 

“astaga” Gumamnya dengan suara tercekat, “oh tuhan, ini tidak mungkin terjadi” Tambahnya lagi, dia terus membaca data tersebut sampai lembar terakhir dan terlihat shock saat menyelesaikan semuanya. Dia meletakkan data-data itu di atas meja yang berada di hadapannya kemudian menyandarkan kepalanya ke sofa dengan mata yang terpejam.

 

Cklek~ mata namja itu perlahan terbuka saat mendapati salah seorang suster yang bertugas untuk mengecek keadaan pasien yang sejak tadi berbaring di atas ranjang itu masuk ke dalam. Perawat itu membungkukkan kepalanya sedikit kearahnya kemudian berjalan menuju ranjang.

 

“eum, jwesonghamnida..bolehkan aku bertanya sus?” Tanya Namja itu, sang suster mengecek kantong infus di sana dan menoleh kepadanya.

 

“silahakan” Sahutnya, namja itu menghela nafasnya dan melirik sekilas data-data yang baru dia baca tadi.

 

“apa data-data yang ada di sini benar? Mengenai keselamatan korban-korban kecelakaan itu?” Tanyanya sembari mengangkat map yang tadi diberikan kepadanya, perawat itu mengangkat alisnya sebentar kemudian mengangguk mengerti.

 

“ah, ya tuan. Maafkan saya harus memberitahu hal ini, tapi kecelakaan naas itu memang memakan korban jiwa dan hampir semua penumpang bis itu meninggal dunia” Jelasnya, namja itu menghela nafasnya dengan tercekat, “tapi, masih ada satu korban yang beruntung karena dapat terselamatkan. Dia seorang pemuda dan hari ini dia telah sadar dari koma” Tambah perawat itu membuat namja tadi menatapnya tidak percaya.

 

“be..benarkah? ada yang selamat?” Tanyanya tercekat, perawat itu terlihat menulis beberapa kalimat di papan kontrolnya kemudian mengangguk.

 

“beliau sudah dipindahkan dari ruang ICU malam tadi dan beliau sadar pagi ini. Saya bisa memberitahukan nomor kamarnya jika anda ingin melihat korban” Jelasnya.

 

“aku ingin melihatnya”

 

“dia berada di ruang VIP nomor 005 yang berada di lantai dua” Jawab perawat itu, setelah memberitahu kamar sang korban yang masih selamat dia kemudian keluar meninggalkan namja tadi dalam keheningan.

 

“aku akan bertemu dengan pria itu, aku berharap dia bisa memaafkanmu. Dan..kau tidak perlu khawatir, kami akan memberi tunjangan kepada keluarga korban sehingga kesalahanmu bisa termaafkan meskipun hanya sedikit” Gumamnya menatap sosok yang tertidur pulas di atas ranjang itu, dia menarik tangan sosok itu yang terbebas dari infus dan mencium punggung tangannya.

 

“cepatlah sadar Bae Suzy”

 

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

 

Namja itu menatap langit-langit kamar rawatnya dengan pandangan kosong, setelah meracau tidak jelas selama beberapa jam yang lalu akhirnya dia merasa kelelahan dan menjadi patung di atas tempat tidurnya. Kedua orang tuanya menatap anak sulung mereka dengan tatapan iba, melihat namja yang dulunya terlihat sangat ceria kini terbaring lemah di atas tempat tidur dengan wajah yang tidak bersemangat.

 

“Myungsoo…” Namja itu melirik ke arah seorang wanita yang duduk dikursi yang berada disamping kiri ranjangnya.

 

“maafkan eomma karena tidak bisa membantu, kau harus tabah nak” Ucapnya lagi, namja itu masih tetap diam menatap kosong ke atas.

 

“aku cacat” Cicit namja itu dengan suara yang terdengar kesakitan, eommanya tidak dapat berbuat apa-apa selain menangis seunggukan sementara ayahnya memilih untuk keluar ruangan tidak ingin menumpahkan emosinya dihadapan anaknya itu.

 

“tidak nak, kau tidak cacat…kau masih bisa melakukan semuanya dengan tanganmu”

 

“tidak, aku tidak bisa” Lirihnya, “aku tidak bisa..tidak bisa bermain lagi, eomma” Kini setetes butiran bening keluar dari sudut mata tajam namja itu membuat ibunya semakin terisak dan mengelus lengan anaknnya.

 

“Myungsoo, mianhae..mianhae” Gumam eommanya, Myungsoo tidak mendengar itu. Dia sibuk memikirkan nasib tangan kanannya. Sesaat setelah sadar dari komanya tadi dia menyadari ada yang aneh dengan tangan kanannya dan saat melihat dia mendapati tangannya itu dibalut dengan gips membuanya susah menggerakan tangannya itu.

 

Setelah dokter datang memeriksa keadaannya, dia memaksa dokter itu beserta orang tuanya memberitahu kepadanya tentang keadaannya yang sebenarnya. Dan saat itu juga Myungsoo menyesal telah bertanya hal itu karena jawaban yang didapatkannya adalah jawaban yang paling tidak ingin dia dengar seumur hidupnya.

 

“maafkan kami Myungsoo-ssi, kami sudah berusaha sekuat tenaga di meja operasi untuk menyelamatkan tanganmu. Tapi, kami tidak dapat mengembalikan fungsi tanganmu dengan 100% seperti semula. Salah satu saraf tangan kananmu terputus, dan meskipun kami dapat menyambungnya kembali tapi kami tidak yakin kau dapat menggunakan tanganmu untuk bermain biola lagi”

 

Penjelasan panjang lebar itu membuat Myungsoo tertohok di dadanya, dan seketika itu juga dia menjerit histeris meratapi keadaan tangannya yang sudah tidak sempurna lagi. Meratapi dirinya yang terpaksa harus menghentikan mimpinya yang sebentar lagi akan segera tercapai. Air matanya mengalir dengan deras mengetahui keadaannya saat ini. Dia benar-benar terluka, fisik maupun mental.

 

Tanpa sadar, dari arah pintu ruangan itu seorang namja lain mengamati kejadian itu dan memperhatikan wajah kesakitan Myungsoo. Seketika dia membalik badannya dan memegang dadanya yang terasa tersayat.

 

xxx

 

Myungsoo masih betah berada di atas ranjangnya dan tidak melakukan pergerakan apapun, sekarang diluar sudah mulai gelap dan kedua orang tuanya tadi pamit untuk pulang berganti pakaian dan setelah makan malam mereka akan kembali lagi.

 

Namja itu mengelus tangannya yang berbalutkan dengan gips kemudian tersenyum miris, impiannya benar-benar sudah hancur saat ini.

 

Cklek~ alis Myungsoo mengerut saat mendengar pintu ruangannya terbuka, baru 10 menit yang lalu orang tuanya pergi tapi mengapa mereka kembali lagi.

 

“oh maafkan aku” Mendengar itu, Myungsoo langsung menoleh ke arah pintu dan mendapati seorang pemuda yang mungkin sebaya dengannya berdiri di ambang pintu.

 

“kau siapa?” Tanya Myungsoo heran.

 

“maaf, aku salah ruangan..kupikir ini ruangan temanku” Jawabnya sembari tersenyum lebar, Myungsoo menatap wajah namja itu kemudian mengangkat bahunya. Setelah itu dia mendengar suara pintu tertutup yang menandakan namja itu sudah keluar dari kamarnya.

 

Beberapa hari berlalu dan kondisi Myungsoo masih tetap sama, dia masih menampakan ekspresi kosongnya dan sering kali terlihat melamun, entah apa yang dipikirkannya. Dia hanya beranjak dari tidurnya saat dia harus makan dan pergi ke kamar mandi, selebihnya dia hanya berdiam diri, tidak peduli kepada ibu ataupun adiknya yang berusaha membuatnya untuk bergerak.

 

Hingga malam itu, rasanya sudah tidak tertahankan lagi. Selama seminggu terakhir setelah dia terbangun dari koma Myungsoo berusaha menahan rasa ingin meledak karena mengetahui dia sudah tidak punya tujuan lagi untuk hidup. Bermain biola adalah hasratnya dan itulah satu-satunya yang membuat dia bisa hidup di dunia, tapi mengetahui bahwa dia tidak akan bisa bermain lagi segala pikiran berkecamuk di kepalanya.

 

Sudah setengah jam yang lalu orang tuanya meninggalkan kamarnya dan pulang kerumah, untuk pertama kalinya selain makan dan ke kamar kecil Myungsoo mengangkat badannya untuk duduk diranjang dan menatap menerawang ke tangan kanannya. Tidak dapat bermain lagi jadi tidak ada harapan untuknya, tidak ada guna untuknya hidup lagi. Pikir Myungsoo, dia melirik nakas di samping ranjangnya dan menemukan piring buah yang ditinggalkan adiknya tadi siang.

 

Benda mengkilap itu begitu menggugah hati Myungsoo dengan ragu tangan kirinya yang masih tersambung selang infus itu meraih ke sana dan dalam sekejap benda seukuran 7 cm itu telah berada di tangannya. Myungsoo menarik nafasnya tajam, apakah ini keinginannya? Matanya terpejam dan membayangkan dirinya berada di atas panggung sedang memegang biola kesayangannya. Hatinya, teriris mengingat dia tidak akan bisa berada di atas panggung lagi.

 

“eomma, appa, Jiwon-ah..mianhae” Gumamnya tangan kirinya sudah bergerak tepat di atas dada kirinya dan sudah bersiap untuk menyentak ke dalam dadanya kalau saja suara itu tidak menghentikannya.

 

“oh, hei..maafkan aku lagi” Myungsoo menurunkan tangannya dan melirik ke arah pintu, dia mendapati namja yang seminggu lalu salah masuk ke dalam ruangannya.

 

“kau salah ruangan lagi huh?” Tanya Myungsoo sarkastik membuat namja itu tersenyum lebar, tanpa disuruh namja itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Myungsoo dan berdiri tepat di samping ranjang. Dia meraih tangan kiri Myungsoo dan melepaskan genggaman Myungsoo dari pisau buah yang ada di sana.

 

“apa yang akan kau lakukan?” Tanyanya masih tersenyum pada Myungsoo membuat Myungsoo mendengus, dia membuang mukanya tidak mau menatap namja yang sudah memergokinya ingin mengakhiri hidupnya dengan cara yang konyol.

 

“hei, semua ini bukan akhir dari segalanya. Mungkin tanganmu itu sudah tidak bisa berfungsi sebagaimana kau menghendakinya tapi pasti tuhan memberikan hal lain untuk kau jalani di dunia ini” Ucap namja itu menceramahi, Myungsoo hanya diam tidak menanggapi.

 

“kau seharusnya bersyukur masih diberikan kehidupan sampai sekarang ini, coba pikir bagaimana dengan nasib orang-orang yang sudah tidak sempat lagi melihat dunia? Jangan menyia-nyiakan hidupmu hanya karena tanganmu yang terluka ini” Ucapnya lagi, Myungsoo menoleh dengan sinis kepadanya.

 

“kau tidak tau apapun tentangku, jadi berhenti bicara”

 

“aku memang tidak tau tentangmu tapi setidaknya aku mengetahui seseorang yang juga bernasib sama denganmu. Karena kakinya dia tidak dapat melanjutkan mimpinya menjadi seorang ballerina dan mengetahui itu tidak membuatnya berniat untuk mengakhiri hidupnya seperti menancapkan pisau buah ke jantungnya. Itu benar-benar konyol” Sahutnya lagi.

 

“dia tidak berniat mengakhiri hidupnya karena memikirkan orang-orang yang akan ditinggalinya saat dia pergi..bagaimana perasaan orang-orang yang disayanginya jika dia bunuh diri. Seperti orang tuanya, sahabatnya, atau kekasihnya mungkin?” Sambung namja itu lagi tidak memberi Myungsoo kesempatan untuk berbicara.

 

“hei, seberapa besarnya tekanan menatalmu..jangan pernah kau berniat untuk mengakhiri hidupmu lagi. Kuharap ini yang terakhir, kau tidak tau seberapa berharga sebuah nyawa untuk orang-orang yang menghargainya”

 

“kau ini siapa sebenarnya?” Myungsoo berkata ketus tidak mengerti dengan namja itu, mengapa dia susah payah datang kepadanya yang bernotabene sebagai orang yang tidak dia kenal dan mengocehinya tentang hidup.

 

“aku? Haha…baiklah kenalkan aku Oh Sehun, panggil aku Sehun saja. dan kau siapa?” Myungsoo memutar bola matanya, bukan nama namja itu yang ditanyakannya ckck, tapi biar begitu Myungsoo menyambut uluran tangan Sehun.

 

“Kim Myungsoo” Jawabnya acuh.

 

“baiklah Myungsoo, jadi..apa yang kau lakukan sebenarnya, humm sebelum tanganmu bermasalah?” Tanya Sehun, Myungsoo menghela nafasnya panjang.

 

“aku bemain biola, dan dengan tangan seperti ini aku tidak akan bisa bermain lagi” Jawabnya, Sehun tersenyum dan menepuk pundak Myungsoo.

 

“hei, jangan khawatir..sudah kukatakan ini bukan akhir dari segalanya. Kalau kau tidak bisa menjadi violinist kau bisa menjadi idol” Sehun berkata dengan menyelipkan nada candaan di sana membuat Myungsoo untuk pertama kalinya setelah terbangun dari komanya itu tersenyum kecil.

 

“ck, idol? Aku tidak tertarik”

 

“haha, sayang sekali padahal wajahmu benar-benar mendukung” Seru Sehun sedikit kecewa, Myungsoo menatapnya kemudian tertawa kecil. Setelah itu mereka melanjutkan percakapan mereka dan Sehun lebih banyak membuat lelucon sehingga Myungsoo tertawa karenanya.

 

Sejak saat itulah, Sehun hampir setiap hari mengunjungi Myungsoo dan selalu menghabiskan waktu di kamar namja itu. Tapi saat orang tua Myungsoo atau adiknya datang ke rumah sakit dengan segera Sehun beranjak dari sana tidak ingin bertemu dengan mereka. Dia ingin menjaga pertemanannya dengan Myungsoo untuk mereka berdua saja, tidak dengan orang lain.

 

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Namja itu menundukan wajahnya sembari menyangga kedua siku di atas lututnya, dia mengusap rambutnya yang sudah berantakan itu.

“hei, minumlah dulu..ada apa pagi-pagi kemari?” Soojung menghampiri Sehun di meja pantri dapurnya dan menyodorkan segela kopi padanya.

“tidak ada, aku hanya ingin menenangkan pikiranku” Ucap Sehun, Soojung berdiri disamping namja itu kemudian mengelus punggungnya.

“kau ada masalah apa? ceritakan padaku” Sehun menggelengkan kepalanya, dia menegakkan badannya kemudian menyeruput kopi buatan Soojung.

“hanya masalah pekerjaan, tidak perlu khawatir” Sahut Sehun.

“kau tidak mungkin sekacau ini kalau hanya masalah pekerjaanmu, yang aku tau kau bahkan tidak pernah mendapat kendala selama kau menjadi idol..jadi ada apa sebenarnya hm?” Soojung kini sudah menarik kursi disamping Sehun dan duduk menghadap ke namja itu.

“please Soojung-ah, biarkan aku dulu. Aku ingin menenangkan pikiranku” Ucap Sehun lagi, Soojung menghela nafasnya pelan lalu mengangguk mengerti.

“heh, baiklah. Tapi kau berutang satu penjelasan padaku dan aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja” Ucapnya, Sehun tersenyum kecil dan mengangguk, “jadi kau tidak ke tempat Suzy hari ini?” Tanya Soojung membuat Sehun menghela nafasnya panjang.

“apa ini berhubungan dengan Suzy?”

“Soojung..jangan bertanya padaku lagi, kumohon. Kepalaku sudah akan pecah saat ini” Lirih Sehun, Soojung menatap namja itu sebentar kemudian dia berdiri dari tempatnya dan menarik kepala Sehun untuk berada didalam pelukannya.

“sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan Oh Sehun?” Gumam Soojung sembari mengelus kepala Sehun dengan lembut, Sehun tidak menjawab dia hanya melingkarkan tangannya dipinggang Soojung dan memejamkan matanya berusaha mendapatkan ketenangan dari pelukan hangat sahabatnya itu.

“nanti..aku akan memberitahumu nanti, tidak sekarang” Balas Sehun bergumam kecil, Soojung akhirnya menutup mulutnya rapat-rapat tidak ingin membuka suara lagi dan terus menggerakan tangannya naik turun di punggung Sehun.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Suzy menekuk wajahnya saat keluar dari penthouse miliknya, tadi dia mendapatkan pesan bahwa Sehun tidak bisa ke tempatnya karena ada sedikit kendala. Memangnya kendala apa yang didapatkan namja itu sampai-sampai tidak bisa menjemputnya?

Untung saja namja itu memberitahu padanya 20 menit sebelum dia berangkat jadi dia bisa menghubungi supir kantor untuk menjemputnya dan disinilah dia sekarang sedang berdiri di depan lobi apartemennya dan menunggu supir kantornya tiba.

Hanya 5 menit dia menunggu sampai sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di depannya, “tidak perlu..aku akan masuk sendiri” Ucap Suzy saat melihat sang supir hendak keluar ingin membukakan pintu mobil untuknya.

Supir itu menurut, dan kemudian menjalankan mobilnya menuju Jinan Group.

Selama perjalanan Suzy terus memikirkan Sehun, ada apa dengan pria itu? tidak biasanya dia tidak menjemput hanya karena mendapat satu masalah kecil. Kalaupun bukan masalah kecil namja itu pasti memberitahunya apa, tapi nyatanya setelah bertanya berkali-kali dia tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya itu, sehingga dia menyerah untuk bertanya dan membiarkan Sehun sendiri.

Sehun tidak banyak bicara sejak dari pameran itu, ah tidak lebih tepatnya saat mereka bertemu dengan Myungsoo. Suzy sangat bisa merasakan perubahan dari Sehun, sebelumnya namja itu bersikap seperti biasa namun sejak mereka bertemu Myungsoo di sana Sehun jadi berubah diam dan sering sekali kikuk jika berbicara padanya, ada apa? mengapa tiba-tiba mood namja itu berubah? Apa karena Myungsoo? tapi kenapa?

“nona, kita sudah sampai” Suara itu membuat Suzy membuyarkan lamunannya, dia tersentak karena sudah berada di depan lobi kantornya. Apa selama itu dia melamun?

“ok, terima kasih” Setelah mengucapkan itu Suzy segera keluar dari mobilnya dan melesat masuk ke dalam.

Di depan ruangannya, Minho berdiri sembari memegang beberapa berkas. Melihat itu Suzy mengerutkan keningnya.

“apa itu?” Tanyanya langsung, Minho menoleh padanya lalu tersenyum lebar.

“pagi sajangnim” Sapanya mengacuhkan pertanyaan Suzy.

“hei Choi Minho, aku bertanya padamu..itu apa?” Tanya Suzy lagi, Minho melirik berkas ditangannya dengan mata bulatnya.

“oh ini..laporan dari pengerjaan hotel kita, meskipun baru beberapa hari tapi presdir ingin segera mendapatkan laporannya” Jelas Minho, Suzy mengangguk mengerti.

“oh begitu..apa kau yang akan memberikan laporan itu pada appa?”

“ya, aku baru saja menyelesaikannya dan akan memberikan padanya siang ini”

“hmm, baiklah..kau memang sekertaris yang bisa diandalkan” Suzy menepuk pundak Minho dan tersenyum lebar.

“ckck, giliran beginian saja senyummu selebar itu” Decak Minho memutar bola matanya, Suzy hanya tertawa kecil melihatnya kemudian masuk ke dalam ruangan. Hari ini sepertinya hari yang sibuk untuknya karena dia harus memeriksa laporan akhir bulan tiap cabang hotel yang mereka miliki.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

“sajangnim” Myungsoo yang baru saja kembali dari ruang meetingnya berhenti di depan meja sekertarisnya dan memandang sekertarisnya dengan bingung.

“ada apa?”

“laporan yang akan kita berikan ke Jinan Group telah aku selesaikan, kau hanya perlu membacanya setelah itu aku akan mengirimnya ke Jinan” Jelas Jiyeon, Myungsoo menganggukan kepalanya lalu mengambil laporan yang ada pada Jiyeon.

“bisakah aku saja yang memberikan laporan ini ke mereka?” Tawar Myungsoo, Jiyeon menaikkan alisnya tidak mengerti, “ah, kebetulan siang ini aku akan keluar jadi tidak ada salahnya jika aku ke sana untuk membawa laporan ini. Lagipula pekerjaanmu masih banyak, tidak perlu meninggalkan kantor” Jelas Myungsoo dengan tersenyum lebar pada Jiyeon.

“baiklah..aku tidak mungkin menolak perintah atasanku” Ucap Jiyeon memutar bola matanya membuat Myungsoo tersenyum puas.

“ah, sajangnim” Seru Jiyeon saat Myungsoo baru saja akan meninggalkan mejanya.

“apa lagi?”

“di dalam adikmu menunggu” Ucapnya, Myungsoo menghela nafasnya kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan.

xxx

Sudah lebih dari 20 menit Jiwon menunggu kedatangan kakaknya itu tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa Myungsoo akan datang. Setelah kejadian pagi itu Myungsoo tidak lagi pulang ke rumah dan menetap di apartemennya. Dia juga sudah berusaha menghubungi Myungsoo untuk meminta maaf tapi namja itu tidak mengangkat telepon ataupun membalas pesannya.

“heh, sepertinya oppa marah besar padaku” Gumam Jiwon lesu.

“aku tidak marah” Badan Jiwon tersentak mendengar suara Myungsoo dari belakang, dia berbalik dan tersenyum melihat Myungsoo.

“oppa…mianhae, mianhae, jeongmal” Jiwon langsung beranjak dan memeluk Myungsoo dengan erat, matanya sudah berkaca-kaca. Berapa hari dia tidak bertemu dengan kakaknya ini? dia merindukan Myungsoo.

“Jiwon lepaskan..kau membuatku tidak bisa bernafas” Ucap Myungsoo berusaha melepaskan tangan Jiwon dari lehernya.

“oppa, kau memaafkanku kan? sungguh, aku tidak bermaksud mengataimu. Maafkan aku” Jiwon masih meracaukan kata maafnya pada Myungsoo dan menatap namja itu dengan penuh penyesalan.

Myungsoo menghela nafasnya panjang lalu mengelus lembut rambut hitam adiknya, “oppa tidak marah Jiwon-ah..maaf karena mengabaikanmu beberapa hari ini” Gumam Myungsoo lembut.

“oppa hanya perlu waktu..kau tau, kata-katamu menyakitiku” Lanjutnya, Jiwon terisak saat mendengar Myungsoo mengatakan bahwa dia menyakiti kakaknya itu, tangannya menutup kedua wajahnya yang sudah memerah.

“mianhae, aku tidak ingin menyakitimu oppa” Lirih Jiwon.

“hei, jangan menangis..oppa tidak marah padamu” Myungsoo menarik tangan Jiwon dan mengusap lembut pipi adiknya itu, “sekarang aku yang menyakitimu..jadi berhentilah menangis Jiwon-ah” Myungsoo menyeka air mata Jiwon dan menatap adiknya dengan tajam.

“tapi aku..aku sudah menyakiti perasaanmu, aku..aku salah oppa”

“ya, kau salah. Dan oppa sudah memaafkanmu. Ok, sekarang berhenti menangis” Ucap Myungsoo dengan tegas, Jiwon masih seunggukan karena tangisannya. Dengan lembut dia menyeka wajahnya yang berair kemudian tersenyum pada Myungsoo.

“jadi kau memaafkanku?”

“aku memaafkanmu” Jiwon tersenyum dan sekali lagi memeluk Myungsoo.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Kriing Kriing~

Suzy yang masih sibuk dengan komputernya itu tersentak saat mendengar telepon di atas mejanya berdering, dia meninggalkan komputernya dan bergeser ke ujung meja untuk mengangkat telepon.

“Bae Suzy”

“sajangnim, perwakilan dari J-Ko berada di sini dan ingin bertemu dengan anda” Jawab seorang yeoja yang berada di seberang, Suzy mengerutkan keningnya. Kenapa resepsionis menelpon langsung dirinya bukannya memberitahu sekertarisnya lebih dulu?

“kami sudah menghubungi meja sekertaris anda tapi beliau sedang bertemu dengan presdir jadi kami langsung menghubungi anda. Anda ingin bertemu dengan perwakilan J-Ko sekarang atau menyuruhnya menunggu?” Suzy tersadar saat mendengar penjelasan dari seberang, tanpa bertanya yeoja itu sudah memberikan jawaban yang Suzy inginkan.

“suruh ke ruanganku sekarang” Jawab Suzy singkat kemudian meletakkan gagang telepon ke tempatnya.

Suzy kembali lagi ke komputernya, laporan akhir bulan yang dia periksa masih banyak. Belum lagi cabang hotel yang berada di luar kota, dia tidak boleh menyia-nyiakan waktu barang sedetikpun.

Tok tok~ Mendengar suara ketukan dipintunya membuat Suzy beralih lagi dari komputernya, sepertinya perwakilan J-Ko sudah tiba, “masuklah” Seru Suzy. Kepalanya terangkat saat mendengar suara pintunya yang didorong.

“oh!” Suzy memekik tertahan melihat namja di hadapannya, sama sekali tidak menyangka bahwa Myungsoo sendiri yang akan datang ke kantornya hari ini. Setaunya ini adalah tugas sekertarisnya, jadi apa yang Myungsoo lakukan di sini.

“maaf, membuatmu terkejut” Ucap Myungsoo dengan pelan, Suzy mengerjapkan matanya dua kali kemudian menggeleng.

“ah, tidak..aku hanya tidak berpikir bahwa kau yang akan membawa laporan itu bukannya sekertarismu?” Jawab Suzy, dia mengarahkan tangannya menyuruh Myungsoo untuk duduk di kursi yang bersebrangan dengannya.

“sekertarisku sedang banyak pekerjaan jadi aku yang ke sini” Jawab Myungsoo setelah mengambil tempat untuk duduk membuat Suzy mengangkat alisnya mendengar itu. Sekertarisnya banyak pekerjaan? Bukankah yang posisinya sebagai atasan itu dia? Tapi mengapa seolah dia lebih memiliki banyak waktu kosong dibandingkan bawahannya? Itu membingungkan.

Melihat wajah bingung Suzy, Myungsoo tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya “maaf aku bohong..sebenarnya aku sendiri yang menawarkan diri untuk ke sini dan membiarkan sekertarisku melakukan pekerjaannya yang lain” Jelas Myungsoo dengan jujur. Suzy menatapnya tidak percaya, mengapa pria ini bisa mengatakan dua hal yang saling bertolak belakang dalam jarak waktu hanya 2 menit.

“oh, tidak apa-apa..jadi laporannya?” Suzy akhirnya bisa kembali ke alam sadarnya akibat aksi terkejutnya tadi dan melempar senyum pada Myungsoo. Namja itu menyerahkan laporan yang Suzy maksud kepadanya.

“aku sudah memeriksa laporan ini dengan teliti, dan tidak ada kesalahan dalamnya” Jelas Myungsoo, Suzy menganggukan kepalanya kemudian meletakkan laporan itu di atas meja tanpa membukanya membuat Myungsoo mengerutkan keningnya.

“kau tidak ingin melihatnya?”

“aku masih belum mengerti dengan laporan proyek sebesar ini. Aku akan menyerahkan pada sekertarisku dan melaporkannya pada presdir” Jelas Suzy, Myungsoo mengangguk mengerti.

Kemudian keheningan menerpa mereka, sekarang sudah tidak ada lagi alasan Myungsoo berada di sini tapi sepertinya namja itu seakan enggan beranjak dari sana. Begitupula Suzy, dia tidak kembali mengerjakan laporan bulanan hotel-hotel milik Jinan Group, mungkin alasan kesopanan karena Myungsoo masih ada di sini dan dia juga tidak tau harus melakukan apa. Merasa canggung berada di ruangan yang sama dan hanya berdua dengan Myungsoo.

Entahlah, pikirannya kini berlari kemana-mana, di mulai dari pertemuannya saat di pameran Soojung itu sampai dia juga mengingat kejadian malam itu saat Myungsoo dengan tiba-tiba mengecup pipinya tanpa alasan dan meninggalkannya tanpa penjelasan.

“aku…”

“kau..”

Suzy dan Myungsoo berseru bersamaan membuat mereka kembali terdiam, Suzy melirik Myungsoo kemudian menghela nafasnya pelan.

“apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Suzy akhirnya, dia tau bahwa Myungsoo kemari bukan hanya untuk mengantarkan laporan dari perusahaannya, tapi juga mempunyai tujuan lain.

“ehm, itu..” Myungsoo merasa suaranya menghilang. Bukankah tadi sebelum sampai di sini dia sudah merangkai kata-katanya untuk Suzy? tapi kenapa sekarang dia seperti seorang bayi yang sama sekali tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

“apa?” Sahut Suzy, dia sedikit merasa tidak tenang melihat Myungsoo yang membuatnya penasaran itu. Apa memangnya tujuan namja ini? apa ingin membicarakan tentang kejadian malam itu? oh tidak! Dia belum siap membicarakannya.

“tentang malam itu…” Suzy memejamkan matanya, ya…Myungsoo membahas tentang malam itu dan mau tidak mau dia harus menyiapkan dirinya, lagipula dia juga penasaran ingin tau mengapa Myungsoo menciumnya?

“malam itu? malam yang mana?” Tanya Suzy berpura-pura untuk tidak tau, padahal saat ini sudah sudah sangat tidak tenang duduk ditempatnya mengingat hal itu.

“kau ingat, waktu kau sakit..umm, di penthousemu” Ucap Myungsoo yang kemudian suaranya mengecil di akhir kalimat.

“ah, saat itu? ya aku ingat..bubur buatanmu sangat enak dan itu menolongku” Ucap Suzy tertawa kikuk, Myungsoo menghela nafasnya lalu mengangkat kepalanya yang sedari tadi hanya menunduk kemudian menatap Suzy.

“maaf, saat itu aku sudah lancang karena menciummu” Ucap Myungsoo akhirnya, dia merasakan kelegaan di dadanya setelah mengatakan maaf pada Suzy. Reaksi yeoja itu benar-benar tidak tergambarkan, Suzy hanya terdiam menatap Myungsoo tanpa ekspresi.

“oh, itu..ya, gwen..gwenchana” Seru Suzy dia tersenyum kecil pada Myungsoo lalu menggaruk dahinya, “geunde..kenapa kau melakukannya?” Tanyanya dengan matanya yang menatap Myungsoo polos, namja itu meringis kemudian menggelengkan kepalanya.

“maaf lagi, itu diluar kendaliku. Aku benar-benar tidak mengerti dengan tindakanku saat itu, mianhae” Tutur Myungsoo, terbesit rasa kecewa dari diri Suzy saat mengetahui tindakan itu bukanlah apa yang dikehendaki Myungsoo melainkan tindakan yang berada di luar akal sehatnya. Bukankah berarti Myungsoo tidak menginginkan hal itu terjadi? Tapi karena kendalinya yang tidak terkontrol makanya hal tersebut terjadi.

“ah begitu? Ya sudah..aku juga tidak terlalu mempermasalahkannya, Sehun sering menciumku dipipi juga. Bukankah kita sudah menjadi teman? Jadi itu tidak masalah” Ucap Suzy mengibaskan tangannya, dia mencoba untuk melupakan kejadian itu kalau memang itu keinginan Myungsoo.

Myungsoo menatap Suzy sebentar, pikirannya melayang tentang malam pameran itu. Bagaimana Sehun mengenalkan mereka berdua, dan bagaimana dia melihat Suzy sangat akrab dengan Sehun. Apakah mereka sepasang kekasih? mereka terlihat sangat cocok malam itu dan itu membuat ada perasaan aneh yang menghantam perutnya.

“umm, masalah Sehun, aku tidak tau bahwa kalian saling mengenal. Selama 4 tahun aku tidak pernah mendengar ataupun melihat Sehun dekat dengan seorang yeoja” Ucap Myungsoo berusaha untuk mengalihkan pembicaraan mengenai ciumannya saat itu

“aku juga tidak pernah mendengarnya memiliki seorang teman, apalagi temannya itu adalah kau. Kami sudah bersama sejak lama bahkan sebelum kau mengenalnya tapi dia tidak pernah bercerita tentangmu” Balas Suzy, Myungsoo tersentak. Mereka bersama sejak lama? Bahkan sebelum Myungsoo mengenal Sehun? Wow! jadi mereka adalah sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan selama bertahun-tahun?

Myungsoo menghela nafasnya, mengapa perasaan anehnya semakin membesar setelah mendengar pengakuan Suzy, “begitu ya? mungkin saja Sehun lupa memberitahumu” Jawab Myungsoo asal, Suzy tidak menjawab pertanyaannya dan tenggelam kepikirannya. Sehun tidak mungkin lupa, selama 4 tahun dia berteman dengan Myungsoo masa selama itu juga dia lupa untuk memberitahunya? Itu tidak mungkin. Sehun bukanlah tipe orang yang pelupa, dia bahkan mengingat dengan detail semua hal yang bersangkutan dengan dirinya, Suzy dan Soojung.

“mungkin” Gumam Suzy menyetujui ucapan Myungsoo.

“kalian terlihat sangat serasi berdua” Ucap Myungsoo pelan, Suzy menatapnya dengan bingung.

“ne?”

“ah tidak..sepertinya aku sudah harus kembali. Maaf mengganggu pekerjaanmu” Myungsoo beranjak dari kursinya diikuti dengan Suzy, namja itu tersenyum dan menyalami Suzy

“tidak apa-apa, kau tidak mengganggu” Ucap Suzy, “terima kasih sudah menyempatkan waktumu membawa laporan ini” Lanjutnya, dia berjalan ke arah pintu bersama Myungsoo dan menahan pintu terbuka untuk tamunya itu.

“sama-sama. Sampai bertemu lagi Suzy” Pamit namja itu, Suzy tersenyum dan mengangguk.

“ya, sampai bertemu lagi”

Suzy menahan nafasnya sejenak, kemudian saat melihat Myungsoo sudah masuk ke dalam lift dia menutup pintu ruangannya kemudian menghirup nafas dalam-dalam dan membuangnya. Ada apa ini? mengapa Myungsoo sangat mempengaruhinya? Dia bahkan tidak bisa menghitung berapa kali harus menahan nafas saat melihat Myungsoo berbicara kepadanya. Apa yang terjadi kepadanya? Sungguh aneh! Dan lagi tentang ciuman itu, oh! Dia akan segera melupakannya. Secepatnya!

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Sreeeek~ gorden abu-abu gelap yang menutupi seluruh jendela yang berada dikamar itu kini terbuka dengan lebar mengakibatkan sinar mentari yang menyengat langsung menerobos ke dalam dan menyerbu ke arah ranjang yang berada di tengah-tengah kamar itu.

“umm..tutup tirainya” Gumam namja itu serak, namun gumamannya tidak dipedulikan oleh sang pelaku.

“aku masih mengantuk, tutup tirainya Kim Jiwon” Jiwon terkikik geli mendengar suara gumaman kakaknya dari balik bantal, dia menghampiri ranjang dan menarik paksa selimut yang menutupi tubuh Myungsoo.

“oppa, bangun…antarkan aku” Rengek Jiwon, Myungsoo tidak menyerahkan selimutnya begitu saja kepada Jiwon. Dia menahannya dan terjadilah aksi tarik-menarik antara dua bersaudara itu.

“oppa masih mengantuk Jiwon-ah, kau pergi sendiri saja” Gumam Myungsoo masih memejamkan matanya.

“eishh, kau harus mengantarku. Aku akan bertemu dengan seniorku” Jelas Jiwon. Myungsoo menggerutu sebentar lalu melepaskan selimutnya yang mengakibatkan Jiwon yang masih menarik keras selimut itu terjungkal ke belakang.

“oppa! sakit tau” Pekiknya dari lantai dan mengusap bokongnya yang terpental tadi.

“siapa suruh menarik selimutku. Kau ingin menemui siapa?” Tanya Myungsoo ketus sembari mengusap wajahnya mencoba untuk mengumpulkan nyawa.

“sunbaeku yang aku ceritakan itu, yang memberiku baju baletnya” Ucap Jiwon menarik-narik lengan Myungsoo.

“astaga, kau membangunkanku hanya untuk mengantarmu bertemu sunbaemu itu? heh, kau bisa pergi sendiri Jiwon”

“aku tidak mau. Kau harus mengantarku, aku ingin mengenalkannya padamu” Ucap Jiwon, Myungsoo seketika menatapnya dengan tajam.

“mengenalkannya padaku? Oh! Hentikan acara perjodohanmu ini Kim Jiwon, tidak akan berhasil. Aku tidak mau” Tolak Myungsoo dengan tegas namun bukan marga Kim namanya jika menyerah begitu saja.

“ok ok, aku tidak akan mengenalkanmu padanya. Tapi antarkan aku ya?” Minta Jiwon lagi memasang wajah memohonnya.

“tidak”

“oppa ayolah, kumohon hmmm?” Jiwon masih bersikeras memohon pada Myungsoo, kakaknya itu menatapnya dengan kesal sementara dia menatap Myungsoo memelas.

“heh, baiklah baiklah..jangan menatapku seperti itu. Aku akan mengantarmu” Jawab Myungsoo akhirnya, Jiwon tersenyum lebar dan memekik kencang “tapi ingat! Hanya mengantar, tidak ada acara jodoh-jodohan segala” Tegas Myungsoo, Jiwon tersenyum puas dan menganggukan kepalanya.

Tenang saja oppa, setelah bertemu dengannya aku yakin kau sendiri yang akan memintaku untuk menjodohkanmu padanya. Batin Jiwon menyeringai.

“kapan kau akan bertemu dengannya?”

“jam makan siang nanti” Jawaban Jiwon itu sontak membuat mata Myungsoo melebar.

“jam makan siang? Ya! ini baru jam 7 pagi, masih ada 5 jam lagi Kim Jiwon! Kenapa kau membangunkanku” Pekik Myungsoo frustasi, Jiwon hanya tersenyum tak berdosa.

“aku hanya ingin memberitahumu lebih awal, jangan sampai kau punya acara nanti” Jelas Jiwon, Myungsoo mendengus kesal lalu mendorong adiknya keluar dari kamar.

“aku akan mengantarmu sebentar. Tapi sekarang jangan mengganggu tidurku!” Ucap Myungsoo tegas lalu menutup pintu kamarnya, dia mengacak rambutnya frustasi dengan kelakuan adik perempuannya itu.

Dengan segera dia menutup tirai jendelanya dan kembali bergelung di atas ranjang, dia memejamkan mata dan beberapa menit kemudian terdengar dengkuran halus dari bibir tipis namja itu. Dia terlelap dalam waktu yang cukup singkat.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Pagi yang cerah itu rumah kediaman milik keluarga Jung sudah terlihat ramai, di taman belakang sudah berkumpul tuan dan Ny. Jung serta anak-anak muda yang kebetulan hari ini memang telah berjanji akan berkumpul bersama.

“Soojung-ah, apa ini tidak aneh? Pesta BBQ dipagi hari? Perut kita akan mulas” Suzy berbisik pelan pada Soojung yang tengah melumuri daging yang akan mereka panggang nanti.

“kenapa aneh? Ini malah sehat kalau makan daging yang berprotein tinggi dipagi hari, biar siangnya bisa bertenaga” Jelas Soojung dengan acuh, dari arah tempat pembakaran Sehun dan Minhyuk hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Soojung.

Aneh juga, saat Soojung memberikan ide untuk mengadakan pesta barbeque pagi ini sebagai kegiatan weekend mereka, dan anehnya lagi mereka malah setuju-setuju saja dengan ide konyol Soojung itu.

“ya pak Dokter, apa kau tidak punya pasien eoh?” Sindir Sehun, Minhyuk hanya terkekeh mendengarnya.

“kau ini sensi sekali denganku. Tenang saja, seharian ini aku free, jadi bisa menghabiskan waktu sama kalian” Jawab Minhyuk membuat Sehun mendengus.

“cih, siapa juga yang berharap kau menghabiskan waktu di sini”

“ya Oh Sehun, kau ini..aku sibuk kau marahi, giliran aku free kau malah mengataiku. Maumu apa?” Tanya Minhyuk menggelengkan kepalanya, Sehun hanya diam saja tidak berminat menjawab pertanyaan itu, “aigoo, setauku di sini yang wanita adalah Soojung, tapi kenapa sepertinya kau yang sensitif ya?” Gumam Minhyuk.

“mwoya! jadi kau mengataiku seperti perempuan begitu? Ya! aku ini laki-laki tulen” Pekik Sehun kesal, yang berhasil membuat semua orang menoleh padanya.

“aishh, Oh Sehun pasti cari gara-gara lagi” Desis Soojung, dia menghampiri dua namja itu dan memukul kepala Sehun.

“ya! jangan bertengkar di sini, kalau mau bertengkar lebih baik kalian pulang saja” Omel Soojung, Sehun menatapnya tajam lalu mendengus.

“heh, bela saja terus doktermu ini” Ucapnya dengan helaan nafas jengah lalu beranjak dari sana, dia berjalan menuju Suzy yang hanya terkekeh melihat tingkah mereka bertiga.

“apa? mau membela dokter itu juga?” Sungut Sehun, Suzy terkekeh lalu mengelus kepala Sehun.

“kan sudah ada Soojung, tenang saja..aku akan dipihakmu kok” Ucanya membuat Sehun yang tadi menekuk wajahnya menjadi tersenyum lebar.

“Suzy-ya, bagaimana dagingnya apa sudah terbumbui semua?” Tiba-tiba Ny.Jung datang dan memeriksa kerjaan Suzy dan Soojung tadi.

“tinggal beberapa lagi omonim, kau bisa membawa yang ini” Ucap Suzy menyerahkan piring yang berisi daging yang sudah dilumuri bumbu tadi.

“baiklah, Sehun-ah, bantu Suzy menyelesaikan ini ne..setelah itu bawa ke sana” Ucap omonim menunjuk tempat pembakaran.

“ne omonim..” Jawab Sehun patuh, dia kemudian berkutat dengan daging dan bumbu bersama Suzy dalam diam.

xxx

“hmm mashitaaaa” Suzy bergumam menikmati daging yang tadi mereka bakar, ditambah dengan sejuknya matahari pagi yang menyinari taman belakang rumah Soojung itu semakin membuat makanan yang mereka makan itu terasa nikmat.

“aku benarkan? ini terasa nikmat..meskipun dipagi hari” Sahut Soojung, Suzy menganggukan kepalanya.
“ckck, dasar aneh” Decak Sehun menikmati makanannya.

“Minhyuk-ah, tidak apa-apa kalau kau meninggalkan rumah sakit?” Tanya tuan Jung, Sehun melirik Minhyuk dan bedehem pelan.

“tidak ahbeoji. Hari ini weekend, jadi ada dokter lain yang bertugas. Lagipula aku sudah mengosongkan jadwal hari ini juga untuk dihabiskan di sini” Jelas Minhyuk tersenyum pada tuan Jung.

“geure? baguslah kalau begitu..kau bisa menghabiskan waktu di sini. Sekalian kau periksa tekanan darah appa, karena akhir-akhir ini dia selalu pusing tiba-tiba” Ucap Soojung merasa senang, akhirnya Minhyuk bisa punya waktu untuknya juga.

“itu tidak masalah” Balas Minhyuk, dari seberang meja Sehun hanya mencibir pada Minhyuk. Ckck, ini baru sekali dia bisa meluangkan waktu untuk Soojung dan keluarganya, sudah merasa bangga.

“ya, kenapa menatap Minhyuk oppa seperti itu? eissh, matamu akan keluar” Bisik Suzy pelan, Sehun mendengus.

“biarkan saja, aku tidak menyukainya” Balas Sehun berbisik, Suzy menggelengkan kepalanya. Kapan namja ini bisa menerima Minhyuk? Kalau dia tetap tidak suka dengan Minhyuk, hubungan Soojung dan Minhyuk bisa makin rumit.

“eih, kau ini diberitahu..lanjutkan saja makanmu tidak perlu melihatinya seperti akan memakannya. Dia tidak mengapa-apakan Soojung” Ucap Suzy, dari ekor matanya Sehun melirik Suzy kemudian kembali mendengus sebal.

Setelah acara makan pagi, mereka semua kembali ke dalam rumah untuk membersihkan perabotan yang kotor akibat acara pagi ini. Setelah itu mereka berkumpul di ruang keluarga untuk bercerita layaknya keluarga besar yang sedang melepas rindu.

Eomma Soojung bertanya pada Suzy perihal jadwal operasinya dan Minhyuk selaku dokter Suzy yang menjawab itu. tuan dan Ny. Jung juga mengatakan akan menemani Suzy di rumah sakit nanti bersama ayahnya.

Kemudian mereka bertanya mengenai pekerjaan Sehun, Suzy, Soojung serta Minhyuk. Pagi itu dikediaman keluarga Jung benar-benar terlihat ramai dikarenakana banyaknya penghuni yang saling bercerita dan tertawa bersama jika ada kejadian lucu.

xxx

“omonim, apa yang kau lakukan?” Suzy menghampiri ny.Jung di dapur yang sedang memotong-motong sayuran.

Sehun dan Soojung kini berada diruang tengah untuk menonton acara tv sementara Minhyuk dan tuan Jung sedang berada di dalam kamar utama untuk memeriksa kesehatan tuan Jung.

“omonim, ingin menyiapkan makan siang. Kan sebentar lagi waktunya” Jelasnya, Suzy menepuk dahinya, inikan sudah hampir jam 12 siang. Mungkin karena asyik bercerita dia jadi lupa waktu.

“ah, matta…aku bantu ne” Ucap Suzy, membuat eomma Soojung menganggukan kepalanya.

“aigoo, senangnya punya anak sepertimu..ckck, seharusnya Soojung belajar banyak darimu. Lihat saja, ibunya sibuk di dapur dia malah asyik-asyik menonton, dasar pemalas” Ucap Ny. Jung mendengar suara tawa Soojung dari ruang tengah karena menonton acara tv yang lucu.

“biarkan saja omonim, Soojung pasti lelah juga. Tadi pagi kan dia yang banyak bekerja” jelas Suzy, dia menggulung lengan kemeja yang dikenakannya lalu mengambil apron dan mengenakannya.

“apa yang harus kulakukan sekarang?”

“kau ambil kimchi di kulkas lalu memotongnya, kau bisa membuat kimchi jiggae kan?” Ucap Ny Jung, Suzy mengangguk lalu mengambil kimchi.

Setelah 20 menit berkutat di dapur, akhirnya makan siangpun jadi. Ny Jung tersenyum senang karena masakannya bisa diselesaikan dengan cepat karena bantuan dari Suzy.

“gomawo Suzy-ya, masakannya jadi lebih cepat selesai. Sekarang kau panggil yang lain saja, nanti omonim yang mengatur piringnya” Suzy menganggk mendengar arahan dari eomma Soojung. dia kemudian kembali ke ruang tengah dan di sana sudah bergabung Minhyuk serta tuan Jung.

“makan siang sudah jadi..ayo makan” Seru Suzy, keempat manusia itu langsung menoleh padanya dan memasang wajah berseri. Memang sedari tadi perut mereka meracau meminta untuk diisi dan akhirnya waktunya tiba juga.

“Suzy, kau masih di sini?” Soojung beranjak dari sofa bersama Sehun, Minhyuk dan ayahnya kemudian mengikuti Suzy berjalan ke ruang makan.

“tentu saja, kau berharap aku sudah pulang eoh..aku tadi membantu eommamu memasak di dapur” Jelas Suzy. Soojung mengerutkan keningnya bingung, bukankah hari ini Suzy memiliki janji makan siang? Tapi kenapa yeoja itu masih di sini?

“bukan itu maksudku..bukannya hari ini kau punya janji? Jangan katakan kau melupakannya” Ucap Soojung, Suzy berhenti tepat di depan meja makan dan menatap Soojung dengan wajah berpikir.

“aku punya janji? Dengan siapa?” Gumam Suzy, Soojung berdecak dan menepuk dahinya Suzy.

“ya! kau ini pikun sekali. janji dengan juniormu itu, bukankah dia mengajakmu makan siang bersama?” Pekik Soojung, Suzy melebarkan matanya tidak percaya.

“astaga! aku melupakannya” Pekik Suzy balik, dia tidak habis pikir mengapa bisa melupakan janji sepenting itu.

“ada apa?” Sehun menyahut, dia sudah duduk manis di meja dan memperhatikan percakapan dua yeoja itu.

“aku ada janji siang ini, dan aku melupakannya” Jawab Suzy, Sehun menggelengkan kepalanya dengan tingkah Suzy.

“kalau kau ada janji kau bisa pergi Suzy-ya, tapi apa kau ingin makan siang dulu?” Tanya Ny. Jung membawa piring untuk penghuni meja makan saat ini.

“aniyo omonim, aku janji makan siang sebenarnya..apa tidak masalah jika aku pergi?” Tanya Suzy merasa tidak enak karena harus meninggalkan rumah Soojung saat mereka sedang ingin makan siang.

“gwenchana Suzy-ya, lagipula janji itu harus di tepati. Dosa loh kalau tidak di tepati, pergilah..sebelum kau terlambat” Sahut tuan Jung.

“aku akan mengantarmu” Ucap Sehun, Suzy menggelengkan kepalanya.

“tidak perlu, kau di sini saja” Tolak Suzy.

“kalau bukan Sehun yang mengantarmu terus kau mau naik apa Suzy? biarkan dia mengantarmu” Seru Soojung.

“tapi makanannya…”

“tenang saja..ada aku yang bisa menghabiskannya, biarkan Sehun mengantarmu. Tidak mungkin kau mau naik bis apalagi naik taksi kan” Sahut Minhyuk tersenyum lebar, Suzy menghela nafasnya lalu mengangguk.

“kalau begitu aku pamit dulu, omonim, ahbeoji..mianhae aku tidak bisa tinggal lebih lama” Pamit Suzy, Ny. Jung memeluknya dan mengangguk mengerti mengatakan tidak masalah. Setelah berpamitan Suzy dan Sehun akhirnya pulang ke penthouse Suzy karena yeoja itu ingin mengganti baju dulu dan setelahnya baru berangkat ke tempat janjian Suzy.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Tik tok tik tok tik tok

Dentingang jam dinding yang berada di dinding cafe tersebut terdengar cukup nyaring untuk telinga namja ini, sudah 30 menit menunggu dan sampai saat ini juga orang yang ditunggu tidak memunculkan batang hidungnya. Dia meraih gelas dan meneguk air putih yang ada di dalamnya kemudian mendengus, itu adalah gelas ketiganya selama menunggu.

Mata tajamnya beralih ke depan menatap sang adik yang hanya diam saja sembari menunggu, “ya! kapan seniormu itu datang? Aku sudah lelah menunggu, aku pulang saja” Myungsoo mengomeli Jiwon. Niatnya datang kemari hanya ingin mengantar adiknya itu tapi Jiwon malah memaksanya untuk tinggal dan menunggu sampai sunbaenya datang baru bisa pulang.

“tunggu sebentar lagi oppa, baru saja dia mengirim pesan permintaan maaf karena terlambat. Dia ada acara keluarga pagi ini jadi telat datang” Jelas Jiwon dengan merengut, sedari tadi kakaknya itu sudah kelihatan gelisah duduk di tempatnya.

“iya, biarpun acara keluarga tapi tetap saja dia harus menepati janji. Sudah 30 lewat dia telat, dia benar-benar tidak disiplin” Gerutu Myungsoo.

“oppa sudahlah jangan mengomel terus, lama-lama kau sudah seperti eomma saja”

“ckck, kau malah mengatai kakakmu. Aku ingin pulang Jiwon-ah, kau bisakan menunggu sendiri di sini” Jiwon menggeleng keras menatap kakaknya dengan tegas.

“tidak. Kalau kau pulang juga tidak ada yang akan kau lakukan, palingan kau tidur. Lebih baik menunggu di sini bersamaku. Bagaimana jika kau meninggalkanku disini lalu ada orang jahat yang berniat mencelakaiku? Kau tega?” Myungsoo memutar bola matanya tidak habis pikir dengan ucapan adiknya itu.

“inilah akibatnya kau selalu menonton drama, ckck..otakmu bisa tercemar karenanya” Decak Myungsoo, Jiwon hanya mencibir mendengarnya.

Setelah beberapa menit kemudian, Myungsoo tidak bisa menahan lagi. Dia sudah kelaparan menunggu hampir satu jam sunbae adiknya itu terlambat, kalau begini ceritanya dia bisa terserang maag akibat terlambat makan.

“Jiwon…”

“eoh, eonni! yeogi” Ucapan Myungsoo terpotong saat tiba-tiba saja Jiwon berseru ke arah pintu masuk, karena posisi Myungsoo yang saat ini membelakangi pintu masuk jadinya dia tidak tau siapa yang sedang dipanggil Jiwon.

“sunbaeku sudah datang oppa, kau sudah bisa makan” Bisik Jiwon pelan, Myungsoo menghela nafasnya lalu berbalik ingin melihat seperti apa senior yang diagung-agungkan oleh adiknya itu.

Saat kepalanya berputar matanya menangkap sesosok wanita yang berjalan kearahnya mejanya, matanya melebar tidak percaya. Benarkah dia sunbae yang dikatakan oleh Jiwon tadi? Apakah dia Bae Suzy? benarkah!

“Jiwon-ah mianhae, eonni telat” Setelah sampai di meja mereka, Suzy segera meminta maaf kepada Jiwon tanpa melirik sama sekali kepada Myungsoo. sementara namja itu tengah menatap Jiwon dengan pandangan tidak percaya menuntut penjelasan, mengapa Bae Suzy berada di sini?

Jiwon yang melihat kakaknya tercengang karena kehadiran Suzy itu berpikir bahwa rencananya berhasil. Kakaknya akan meminta dijodohkan dengan Suzy.

“gwenchana eonni, aku mengerti kau punya acara” Ucap Jiwon tersenyum lebar, dia kemudian menoleh kepada Myungsoo “oppa, Suzy eonni sudah tiba. Kau bisa pulang”

Melihat itu, Suzy segera beralih ke depan Jiwon dan menatap namja yang dipanggil oppa tadi, “eoh, Myungsoo?” Mata Suzy sedikit melebar melihat kehadiran Myungsoo di sana, namja itu tersenyum kecil padanya sementara Jiwon menatap keduanya dengan pandangan bingung.

xxx

“ah, jadi Suzy eonni itu kliennya oppa?” Jiwon menganggukan kepalanya mengerti saat selesai mendengar penjelasan Myungsoo. Mereka bertiga kini sudah menyantap makan siang mereka yang sangat terlambat ini. Tadinya Jiwon bersikeras menyuruh Myungsoo untuk kembali, namun namja itu mengatakan sangat lapar dan ingin makan dulu, dengan seringaiannya Jiwon akhirnya menyetujui kakaknya tetap di sana bersama mereka.

“aku tidak tau ternyata kakakmu itu Myungsoo” Ucap Suzy, dia melirik kepada Myungsoo sebentar. ah, pantas saja Myungsoo waktu itu membeli lukisan Soojung, itu karena adiknya adalah seorang ballerina juga.

“jadi apa yang ingin kau bicarakan Jiwon-ah?” Setelah makanan mereka habis, kini meja mereka berganti di isi dengan 3 minuman berbeda jenis dan beberapa puding.

“emm, begini eonni..apa kau masih ingat seleksi akhir tahun yang selalu di adakan di kampus?” Tany Jiwon ragu, Suzy mengerutkan keningnya kemudian mengangguk pelan.

“aku masih mengingatnya, memangnya ada apa?”

“aku ingin mengikuti seleksi itu dan jika mendapat posisi pertama aku bisa berlajar balet dengan instruktur dari London selama 3 bulan, dan aku sangat mengharapkan itu” Jelas Jiwon.

“lalu, apa hubungan seleksi itu dengan berbicara denganku?” Tanya Suzy lagi, Jiwon menghembuskan nafasnya pelan lalu menatap Suzy dengan pandangan memohon.

“ajari aku kumohon” Pintanya membuat Suzy tercekat, dia menatap yeoja dihadapannya ini dengan pandangan tidak percaya.

“a..apa?”

“aku ingin belajar denganmu, Han saem mengatakan kau pernah mengikuti seleksi ini ditahun pertamamu dan kau mendapatkan posisi pertama. Jadi aku ingin belajar denganmu, bolehkah?” Suzy menarik nafasnya dengan berat, dia tidak menyangka bahwa Jiwon akan meminta hal ini kepadanya.

Dia harus menolaknya, bagaimanapun juga sekarang kondisinya sudah tidak seperti dulu lagi. Dia sudah tidak bisa menari, tapi disisi lain melihat mata Jiwon yang bersinar saat membicarakan mengenai seleksi tadi membuat hati Suzy terenyuh. Impian Jiwon adalah menjadi penari balet yang terbaik dan anak itu meminta dirinya untuk melatihnya.

“Jiwon-ah, maafkan aku..bukannya aku ingin menolak, tapi kau tau sekarang aku sudah tidak menari lagi. Kenapa kau tidak belajar dengan Han saem saja? dulu juga aku hanya belajar dengannya” Jelas Suzy setelah beberapa menit terdiam, dia tidak ingin menyakiti perasaan anak ini jadi dia berusaha memilih kata yang tepat untuk menolaknya.

“tapi eonni kau masih bisa mengajariku dengan teori, kalaupun praktek kan aku yang praktekan bukan kau. Kumohon ajari aku, aku sangat ingin belajar denganmu eonni” Jiwon masih bersikeras meminta Suzy mengajarnya membuat yeoja itu menghela nafasnya dengan kepaa tertunduk. Apa yang harus dilakukannya?

“tidak bisakah kau mengajarinya?” Suzy mengangkat kepalanya menatap Myungsoo yang akhirnya bersuara setelah terdiam cukup lama memperhatikan percakapan mereka berdua.

“kau mungkin sudah berhenti menari, tapi bukankah kau masih bisa mengajar? Benar yang dikatakan Jiwon, kau bisa memberikannya teori dan hanya perlu mengoreksi gerakannya jika dia sedang menari. Tidak perlu ikut menari” Sambung Myungsoo lagi.

“bukan itu masalahnya, tapi..” Suzy menghentikan kalimatnya, tidak..dia tidak ingin memberitahu siapapun mengenai kakinya, cukup keluarga dan teman dekatnya saja yang tau. Suzy menoleh ke samping dan menatap Jiwon dengan sedih.

“beri aku waktu untuk memikirkannya” Ucap Suzy akhirnya, seulas senyum terukir dari bibir Myungsoo mendengar keputusan Suzy, sementara Jiwon tersenyum lebar.

“jinjja? gomawo eonni, aku senang sekali” Pekik Jiwon senang, Suzy hanya tersenyum masam.

“aku tidak janji akan menerimanya Jiwon-ah, jangan terlalu berharap kepadaku” Ingat Suzy, namun Jiwon sepertinya mengindahkannya karena sekarang dia sudah beranjak dari kursinya dan meraih tasnya.

“kau mau ke mana?” Tanya Myungsoo.

“aku mau pergi, ada janji. Oppa di sini saja dengan Suzy eonni ne” Ucap Jiwon memamerkan senyum 3 jarinya pada Myungsoo, namja itu menyipitkan matanya kemudian menatap tajam Jiwon. Dia tau maksud yeoja ini.

“eonni, kau bersama oppaku saja ne. Maaf, aku terburu-buru. Annyeong!” Jiwon berseru, kemudian, berlalu begitu saja tanpa menunggu jawaban dari kedua insan tadi.

Suzy tersenyum kecil, Jiwon benar-benar gadis yang ceria, dia jadi tidak tega menolak permintaan Jiwon.

“ehm, Suzy maafkan sikap Jiwon. Dia memang selalu seenaknya saja” Sahut Myungsoo, Suzy menggeleng lalu tersenyum mengerti.

“gwenchana, aku menyukainya kok” Jawab Suzy, dia menyesap tehnya. Dan lagi keheningan melanda keduanya.

“hmm, bolehkan aku bertanya?” Suzy mengangkat alisnya menatap Myungsoo yang terlihat ragu itu, Suzy menganggukan kepalanya dua kali.

“jadi, kenapa kau berhenti menjadi ballerina?” Cangkir yang ada ditangan Suzy berhenti di tengah udara saat mendengar pertanyaan itu, dia menatap Myungsoo tanpa ekspresi sejenak. Myungsoo melihat Suzy yang sedikit terkejut itu merasa bersalah karena mungkin pertanyaannya membuat Suzy tidak nyaman.

“m..maaf kalau pertanyaanku lancang. Kau boleh tidak menjawabnya” Ucap Myungsoo, Suzy meletakkan kembali gelasnya dan tersenyum kecut pada Myungsoo.

“ada kecelakaan kecil yang membuatku terpaksa harus berhenti” Jawab Suzy, Myungsoo segera menatap Suzy dengan pandangan penuh tanda tanya.

“kecelakaan?” Tanya Myungsoo penasaran, Suzy menggelengkan kepalanya.

“kumohon jangan bertanya lebih lanjut. Aku tidak ingin membicarakannya” Ucap Suzy dengan pelan, Myungsoo mengerti, sangat mengerti karena dia juga telah mengalami hal itu. Sebuah kecelakaan yang membuat impiannya hancur, tapi yang dialaminya bukanlah kecelakaan kecil melainkan kecelakaan besar. Sangat besar sehingga berakibat fatal pada tangan kanannya.

Tanpa sadar Myungsoo mengusap pergelangan tangan kanannya naik sampai kesiku teringat dengan kejadian 4 tahun lalu, kejadian yang merubah hidupnya hanya dalam sekali kedipan mata. Suzy menatap perubahan wajah Myungsoo yang menggelap, ada apa dengan namja itu. Dia memperhatikan tangan Myungsoo yang mengusap tangan kanannya, ada apa dengan tangannya?

Kriiing Kriiing~

Deringan dari ponsel Suzy membuat kedua orang itu terbuyar dari lamunan mereka, Myungsoo menatap Suzy seolah mengatakan itu adalah ponselnya dan menyuruhnya untuk segera mengangkatnya. Suzy mengeluarkan ponselnya dan mengernyit melihat nomor tidak dikenal, dengan ragu dia mengangkat dan menerimanya.

“yo..yobeoseyo?”

Suzy menautkan kedua alisnya mendengar suara seorang wanita di seberang sana. Saat mendengar penjelasan itu mata Suzy melebar tidak percaya, tangannya sudah melemah sehingga membuat handphonenya terjatuh begitu saja dilantai. Myungsoo yang melihat itu langsung beranjak dari kursinya dan menghampiri Suzy yang sekarang terdiam.

“Suzy, kau tidak apa-apa?” Tanya Myungsoo berjongkok disamping Suzy, namun yeoja itu masih terdiam. Myungsoo mengambil ponsel Suzy dan menempelkan ditelinganya.

“yobeoseyo”

Myungsoo terdiam, setelah mematikan ponsel Suzy, dia beranjak dan membereskan barang-barang Suzy. Dia memegang kedua lengan Suzy dengan lembut.

“aku akan mengantarmu kerumah sakit” Ucap Myungsoo dengan pelan, Suzy masih tidak bergeming dari tempatnya, wajahnya seperti shock telah mendengar berita itu, Myungsoo menghela nafasnya.

“Suzy, kata dokter ayahmu bisa diselamatkan. Ayo kita ke rumah sakit” Myungsoo dengan sedikit memakasa menarik badan Suzy untuk berdiri dari kursinya. Dia harus menahan tubuh yeoja itu agar tidak ambruk karena nyatanya sekarang Suzy tidak punya kekuatan bahkan untuk berdiri saja.

Setelah meninggalkan beberapa lembar uang diatas meja, Myungsoo segera keluar dari cafe dengan memapah Suzy dengan lengannya yang melingkari pundak Suzy dan tangannya yang satu memegang tangan Suzy menuntunnya untuk berjalan.

“Suzy jangan diam seperti ini, bicaralah..kau membuatku takut” Myungsoo berbisik pelan, dia berjalan menuju mobilnya dan memasukan Suzy ke dalam kursi penumpang.

Setelah dirinya masuk dibalik kemudi, Myungsoo langsung mencondongkan badannya untuk memakaikan Suzy sabuk pengaman. Yeoja itu masih terdiam.

“Suzy, kau tidak apa-apa?” Tanya Myungsoo masih khawatir, perlahan tangannya terangkat dan mengelus pipi yeoja itu, “hei..gwenchana?” Tanya Myungsoo lagi, perlahan bola mata Suzy bergerak. Myungsoo tersenyum akhirnya Suzy mendengarnya, Suzy mengalihkan matanya yang tadinya menatap lurus ke depan ke arah mata Myungsoo dia menatap namja itu.

Dan kemudian pertahanannya runtuh, Suzy mengeluarkan kristal bening itu tepat di depan wajah Myungsoo membuat namja itu panik, “hei hei, jangan menangis” Myungsoo mengusap pipi Suzy menenangkan yeoja itu namun tetap saja isakannya semakin mengeras.

Dengan sigap Myungsoo langsung menarik kepala Suzy dan menyandarkannya di dadanya, dia bisa mendengar tangisan Suzy semakin keras, tangan kirinya bergerak mengusap rambut Suzy sementara tangan kanannya menepuk punggung yeoja itu. Suzy melingkarkan tangannya dipinggang Myungsoo dengan erat dan menangis, melirihkan nama appanya berkali-kali.

“menangislah kalau itu membuatmu lebih baik”

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

-TO BE CONTINUED-

Haaaa~ hela nafas panjang-panjang, hyuuuuuuuuu~ selesai juga!

Jujur ini part terpanjang dari 7 chapter FF ini, dan wow! Udah author usahakan loh scene Myungzynya banyak, masih kurang juga? Haha sabar yah, nanti bakal banyak kok kalau mereka udah jadian nanti wwkwkw

Flashbacknya Myungsoo kepanjangan kan? haha mian, awalnya hanya ingin menceritakan intinya saja eh tapi karena keasyikan makanya jadilah flashback sepanjang kereta api tersebut 😀

UAS author udah kelar yuhuuuu~ tapi gak janji yah bisa update cepat, soalnya penyakit malas kadang-kadang datang nih hihi.

Kalau pada tanya klimaksnya di mana? hum..mungkin klimaks FF ini bakal tersebar di beberapa chapter, jadi gak cuma satu chapter aja yang ada klimaksnya, ngerti gak? Wkwk kalau gak ngerti yoweess baca aja deh gak usah mikir-mikir yang lain.

Ok! Komen panjang kalian author tunggu, semoga panjangnya sama dengan chapter ini ya? eh..jangan nanti kolom komentar error lagi kalau kepanjangan 😀

Thank you~ xoxo