CHAPTER 1 : Romeo & Rosaline “Lonely Rosaline”

Romeo & Rosaline || Author : elship_L || Cast : Kim Myungsoo, Bae Suzy, etc. || Genre : Sad, Romance || Rating : PG-17 || Type : Chapter

“Inspired by Shakespeare’s (Romeo & Juliet)”

CHAPTER 1

-Lonely Rosaline-

Hujan sore itu membuat Suzy hanya dapat duduk termenung di kedai kopi yang berada tak jauh dari kampusnya, awalnya dia berada di sini hanya sekedar mampir meminum secangkir latte hangat untuk menghangatkan tubuhnya yang cukup merasa kedinginan akibat angin sore yang menyambarnya itu. Namun tidak disangka-sangka baru saja dua langkah memasuki kedai tersebut hujan langsung turun mengguyur kota, Suzy bahkan terkejut karena sebelumnya tidak ada awan mendung yang menandakan hujan akan turun sore itu.

Suzy menghela nafasnya, sudah satu jam dia berada di kedai tersebut dan hujan ini tidak mengeluarkan tanda-tanda bahwa dia akan berhenti. Langit bahkan seolah sedang menumpahkan seluruh persediaan air yang dimilikinya karena semakin lama hujan tersebut terlihat semakin deras. Suzy yang memang memiliki tempat favorite di kedai itu, meja paling ujung dan tepat bersebelahan dengan jendela kaca yang menghubungkan kedai tersebut dengan dunia luar. Saat ini dia hanya duduk sembari menopang dagunya dan menatap rembesan hujan yang mengguyur kotanya.

Dia menatap dengan lesu embun yang merambat ke jendela kaca dihadapannya, dia bisa melihat percikan-percikan air hujan yang menetes di jendela tersebut. Matanya menerawang, sesekali dia menatap ke arah tanah di depan kedai yang menjadi sedikit becek akibat genangan air hujan yang deras. Beberapa pejalan kaki terlihat berlalu lalang di trotoar seberang jalan membuat Suzy menatap mereka.

Apa yang mereka lakukan diluar sana? sudah tau keadaan sedang hujan deras mereka tetap memaksa untuk berjalan keluar entah menuju ke mana. Apakah orang-orang itu memang tidak bisa sabar menunggu hingga hujan berhenti? Kenapa harus menyiksa diri berlarian di bawah guyuran hujan? Batin Suzy bertanya.

Waktu semakin lama berlalu hingga tidak terasa sang fajar telah meninggalkan langit di atas sana. Sinar jingga sang senja kini mulai terlihat dari ujung langit. Suzy tersenyum kecil, dia sangat menyukai saat-saat seperti ini. Bisa melihat senja, melihat matahari yang dengan gerakan slow motionnya bergerak meninggalkan kotanya dan digantinkan oleh gemerlapnya malam yang terangi oleh sang rembulan.

Hujan sudah berhenti sejak 20 menit yang lalu, namun Suzy memilih tetap tinggal untuk melihat senja. Tidak ada yang bisa menghentikannya jika itu menyangkut senja, dia benar-benar jatuh cinta padanya. Terlihat begitu indah, namun tidak dapat ia raih hanya dengan sekali melangkah. Bahkan ribuan langkah yang Suzy buang pun tak akan sanggup untuk membawanya ke hadapan sang senja.

Saat matahari benar-benar menghilang dari penglihatan, saat itupula Suzy beranjak dari kursinya. Dia tersenyum sekilas pada beberapa pelayan dan seorang wanita yang berdiri di belakang meja kasir. Suzy bukannya seorang yang ramah dengan semua orang, dia bahkan terkenal sangat pendiam dan penyendiri. Dia bahkan tidak memiliki teman di kampusnya, entah..Suzy merasa sangat nyaman dengan kesendiriannya. Dia tersenyum kepada mereka hanya untuk kesopanan, biar bagaimanapun selama 3 tahun terakhir tempat ini menjadi tongkrongannya di saat sedang senggang dan beberapa pelayan di sana sudah sangat mengenalnya dengan sedikit jelas.

Suzy melangkahkan kaki jenjangnya menyusuri trotoar menuju ke halte bis, meskipun dirinya sudah dewasa dan ditawarkan untuk membawa kendaraan sendiri, namun gadis itu menolak. Dia lebih memilih untuk naik kendaraan umum dan menikmati perjalanannya sendiri.

Tetesan air hujan masih menetes dan membasahi pundak Suzy, wanita itu tersenyum kecil. Dia bukannya suka dengan hujan, namun bukan berarti dia juga membenci hujan. Dia hanya merasa senang dengan tetesan yang membuatnya cukup segar itu. Merapatkan jaket tebal yang membungkus tubuhnya dia berdiri di halte bis sembari menunggu bis menuju rumahnya.

Di halte tersebut tidak banyak orang yang menunggu, karena memang sekarang sudah malam jadi tidak banyak orang yang akan menumpangi bis, berbeda dengan pagi hari. Suzy bahkan hampir setiap hari harus berdesak-desakan dengan para pelajar dan pekerja kantoran yang memang memiliki jadwal pagi yang sama sepertinya. Namun hal tersebut tidak membuat Suzy jengah untuk naik bis, gadis itu malah semakin nyaman untuk naik transportasi umum itu.

Setelah bis yang ditunggunya berhenti tepat di depan halte bis, tanpa menunggu Suzy langsung masuk ke dalamnya dan mengambil tempat duduk favoritnya. Sebelah kiri bagian paling belakang, di sana Suzy merasa nyaman untuk duduk. Dengan kehadirannya yang seakan tidak terlihat membuatnya semakin nyaman, jujur saja Suzy adalah gadis yang sangat tidak suka jika dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang jadi sebisa mungkin dia membuat dirinya menjadi seorang yang tidak terlihat.

Suzy menghela nafasnya saat menyandarkan kepalanya ke jendela bis, tidak ada yang special hari ini. Dia melaluinya sama seperti hari-hari yang lalu, begitu monoton. Namun meskipun begitu Suzy tetap tidak berminat untuk mengubah hidupnya yang monoton itu. Dia merasa lebih baik jika menjalani hidupnya seperti ini. Tanpa gangguan, tanpa masalah.

Saat bis berhenti, Suzy segera beranjak dari tempatnya. Dia melangkah turun dari bis dan berjalan kaki meninggalkan halte bis. Nafasnya kembali terhembus dengan cukup berat saat melihat bangunan besar di hadapannya.

Rumah sakit umum yang sudah sejak setahun yang lalu menjadi tempat persinggahannya secara rutin, bahkan beberapa perawat serta dokter sudah mengenalnya karena terlalu seringnya berada di rumah sakit tersebut. Dengan langkah berat Suzy masuk ke dalam rumah sakit yang sudah dia kenali tersebut, dia langsung berjalan menuju lantai tiga dan menghampir kamar yang setahun ini telah dia kunjungi.

Wajah murungnya kini sudah terganti dengan wajahnya yang tersenyum senang, dia membuka kenop pintu dan menyembulkan kepalanya untuk mengintip keadaan kamar tersebut. Saat dia menemukan seorang wanita paruh baya terduduk di atas ranjang sembari memakan buah apel dia tersenyum lebar.

“ibu” Sapa Suzy, wanita itu mengangkat kepalanya dan menatap Suzy kemudian membalas senyuman anaknya itu.

“Suzy-ya, wasseo…” Suzy memasuki kamar tersebut, dia meringis mencium bau obat-obatan yang begitu kuat menguar dari ruangan ini. Dia sebenarnya sangat tidak suka dengan bau obat, namun demi ibunya dia harus menahannya selama setahun ini. Kalau bukan dia siapa lagi yang akan menjaga ibunya? Maka dari itu, sejak awal Suzy sudah menguatkan indra penciumannya agar bisa terbiasa dengan bau ini.

“maaf aku tidak bisa menemanimu tadi” Ucap Suzy menyesal, ibunya tersenyum dan mengangguk mengerti.

“ibu mengerti, kau pasti sibuk dengan kuliahmu. Tidak apa-apa, lagipula ada dokter Kang yang menemani ibu” Ucapnya dengan lembut, Suzy menghela nafasnya lalu duduk di kursi yang berada di samping ranjang.

“lalu bagaimana tadi? Apa semuanya lancar? Kau kesakitan?” Tanya Suzy, dia benar-benar tidak sanggup jika harus melihat ibunya kesakitan seperti sekarang ini. Tadi adalah jadwal ibunya untuk cuci darah, selama satu tahun Suzy baru sekali menemani ibunya untuk cuci darah, saat pertama kalinya mereka masuk ke rumah sakit itu dan setelah menemani ibunya Suzy berharap tidak akan pernah berada di samping ibunya saat melakukan pencucian darah.

Suara ringisan ibunya yang begitu menyakitkan membuatnya ikut merasakan sakitnya, dia benar-benar tidak sanggup melihat wanita yang dicintainya itu kesakitan seperti itu. Makanya setiap jadwal pencucian darah ibunya Suzy selalu berusaha untuk tidak berada di rumah sakit itu. Dia bukannya tidak ingin menemani ibunya di saat-saat rapuhnya, namun Suzy hanyalah seorang gadis belia yang tidak bisa sanggup untuk melihat wajah kesakita ibunya saat pencucian darah tersebut.

Beruntung, dokter ibunya. Dokter Kang yang hanya terpaut beberapa tahun darinya itu setia menemani ibunya untuk melakukan cuci darah. Dia merasakan sedikit kelegaan, setidaknya ibunya ada yang menemani meskipun bukan dirinya.

“Suzy kau tidak dengar ibu?” Pertanyaan itu membuat Suzy tersentak dari lamunannya, dia beralih menatap wajah ibunya yang terlihat khawatir itu.

“apa kau sakit? Tidak biasanya kau jadi diam seperti ini” Tanya ibunya dengan nada penuh kekhawatiran, Suzy tersenyum meyakinkan dan menggelengkan kepalanya.

“tidak ibu, aku baik-baik saja. Apa yang kau katakan tadi?” Tanya Suzy dengan tersenyum lembut.

“tadi ibu bilang kalau kakakmu akan tiba besok pagi, mungkin kau bisa menjemputnya” Ucap ibunya. Suzy mengernyitkan alisnya bingung. Kakak? Dia tidak memiliki kakak, dia adalah satu-satunya anak dari kedua orang tuanya, jadi kakak yang dimaksud ibunya adalah siapa?

“jangan katakan kau melupakan kakak sepupumu Bae Suzy” Tegur ibunya membuat Suzy menggaruk kepalanya bingung.

“kakak sepupu?” Tanya Suzy ragu, dia memang melupakan hal itu. Selama 3 tahun ini dia hanya sibuk dengan urusan perkuliahannya jadi dia melupakan keberadaan kakak sepupunya.

“iya sepupumu Minho, apa kau sudah melupakannya?” Wajah ibunya terlihat tercengang tidak percaya dengan anak gadinya itu. Bagaimana bisa Suzy melupakan kehadiran Minho? Minho yang begitu dekat dengannya saat mereka kecil dahulu.

“ah Minho oppa! Aku tidak melupakannya ibu, aku hanya sedikit tidak fokus” Ucap Suzy berkilah, sebenarnya dia memang melupakan Minho. Saat ibunya mengatakan nama Minho, Suzy langsung teringat sesosok lelaki tinggi kurus yang dulunya menjadi teman bermainnya. Saat mereka masih SD Minho selalu mengikuti Suzy kemanapun ia pergi, meskipun lebih tua dari Suzy tapi Minho selalu bertingkah seperti anak kecil yang lebih muda darinya. Namun Suzy merasa tidak terganggu dengan kehadiran Minho saat itu, sejak kecil Suzy memang lebih suka menyendiri namun entah mengapa dengan sikap kekanakan Minho saat itu membuat Suzy meninggalkan zona nyamannya dan malah menerima kehadiran Minho untuk menjadi temannya.

“kalau begitu besok kau jemput dia di bandara, sebenarnya dia akan tinggal di rumah pamanmu tapi kau tau sendiri kalau saat ini mereka sedang ada masalah jadi kehadiran Minho mungkin tidak baik untuk mereka. Maka dari itu ibu menawarkan Minho untuk tinggal bersamaku” Jelasnya, Suzy menganggukan kepalanya mengerti. Dia tidak keberatan jika Minho harus tinggal bersama ibunya. Dia bahkan senang jika ada orang lain yang menjaga ibunya selain dirinya, toh Minho adalah sepupu terdekatnya juga. Ibu Minho adalah kakak dari ibunya, jadi tidak heran kalau ibunya sangat memperhatikan Minho seperti anaknya. Dan satu lagi pamannya yang merupakan kakak tertua dari ibunya, mereka tinggal di kota yang sama namun karena sibuk mengurus perusahaannya yang sudah tersohor itu membuat Suzy jarang untuk bertemu dengan pamannya yang satu itu beserta keluarganya.

Mereka pernah bertemu beberapa kali, namun Suzy yang waktu itu sangat pasif untuk bersosialisasi tidak punya banyak waktu untuk lebih mengenal keluarga pamannya. Memang pamannya merupakan keluarga yang kaya, mungkin bisa dikatakan sangat kaya. Tapi keluarga Suzy tidak, mereka hanya keluarga yang sederhana. Pekerjaan ibunya sebelum jatuh sakit adalah seorang pemilik butik yang memiliki pemasukan lumayan sehingga membuat Suzy hidup berkecukupan. Ayahnya juga seorang pengusaha, ayahnya memiliki pabrik yang mengelola bahan mentah untuk textile. Meski memiliki pabrik, bukan berarti ayahnya merupakan pengusaha yang bergelimangan harta. Penghasilan dari pabriknya hanya 50% yang dia terima, sisanya penghasilan itu masuk ke dalam perusahaan pamannya yang menjadi investor untuk kelancaran pabrik ayahnya itu.

“aku akan menjemputnya, beritau aku saja jam berapa pesawatnya tiba” Ucap Suzy, ibunya menganggukan kepalanya mengerti.

“kau tidak ingin pulang? Ini sudah sangat malam..ayahmu nanti akan mencari” Ucap ibunya, Suzy menggelengkan kepalanya pelan.

“tidak, aku sedang ingin menemanimu malam ini..sebagai ganti aku tidak ada saat tadi kau cuci darah” Ucap Suzy berjalan memasuki kamar mandi untuk membilas wajahnya.

“tapi ayahmu sendirian di rumah”

“tidak apa-apa bu, aku akan menghubunginya dan memberitahu bahwa aku menginap di sini” Ucap Suzy saat keluar dari kamar mandi. Ibunya hanya mendesah mengalah dengan keputusan anaknya itu.

“tidurlah, kau harus istirahat” Ucap Suzy, dia membantu ibunya berbaring di ranjang kemudian menyelimuti tubuh renta ibunya itu.

“aku mencintaimu bu” Ucapnya mengecup pipi ibunya dengan lembut.

“ibu juga mencintaimu Suzy-ya” Balas ibunya tersenyum kecil kemudian memejamkan matanya.

Suzy menghela nafasnya melihat wajah damai ibunya yang tertidur dengan tenang. Dia tidak percaya bahwa ibunya yang bak malaikat ini terserang penyakit yang mematikan, dia bahkan berkali-kali berdoa agar menggantikan posisi ibunya, ibunya yang kesakitan setiap hari membuatnya tidak tahan untuk melihatnya.

“aku harus menghubungi ayah” Gumam Suzy kemudian berjalan menuju tasnya berada.

Suzy mengambil handphonenya dan mengirimkan pesan kepada ayahnya. Tidak ada yang tau bahwa kedua orang tuanya telah berpisah sejak 3 tahun yang lalu. Suzy bahkan masih tidak percaya kalau keharmonisan kedua orang tuanya sudah berakhir sejak saat itu. Tapi meskipun telah berpisah ibunya masih sering menanyakan keadaan ayahnya yang memang tinggal bersamanya saat itu, ayahnya juga seperti itu. Walaupun terlihat cuek dengan keadaan mantan istrinya, tapi saat ibunya di vonis mengidap ginjal kronis ayahnyalah orang pertama yang mengantarkan ibunya ke rumah sakit dan dia yang memaksa agar ibunya di rawat di rumah sakit selama proses penyembuhannya.

Mereka masih saling mencintai, Suzy tau itu. Namun keadaanlah yang memaksa keduanya untuk berpisah. Ayahnya yang setiap hari hanya mementingkan pekerjaannya membuat ibunya merasa terasingi dan tidak diperhatikan, sehingga keputusan impulsif dari ibunya untuk meminta berpisah membuatnya terkejut. Ayahnya juga sama terkejutnya dengannya, awalnya dia menolak namun karena melihat kegigihan ibunya yang tetap ingin berpisah dia akhirnya menyetujuinya untuk berpisah.

*********************

Suara tepuk tangan membuat suasana hening yang menyelimuti ruang aula besar gedung perusahaan Kim Corp menjadi meriah. Di depan sana seorang pria paruh baya berdiri dengan gagahnya sembari menatap bangga pada anaknya, anaknya yang baru saja dia nobatkan untuk menjadi CEO baru perusahaannya ini.

Kim Jung Wan merasa sudah saatnya dia memberikan jabatan itu kepada anak sematawayangnya, karena saat ini perusahaan yang menjadi saingan bisnisnya sedang mengalami guncangan jadi dia mengambil kesempatan ini untuk membuat anaknya menjadi CEO di perusahaannya yang membuat harga saham mereka dapat meningkat dengan drastis. Dengan pergantian CEO yang baru, Jung Wan selaku CEO sebelumnya sudah dapat mengistirahatkan dirinya dari berbagai macam problema yang berhubungan dengan bisnis. Dia sekarang sudah bisa santai di rumah dan menjalani masa tuanya bersama istrinya tercinta.

“Myungsoo, ayah bangga padamu nak” Ucapnya menghampiri seorang namja muda yang berdiri beberapa meter darinya, namja itu terlihat tampan hari ini. Dibalut dengan setelan jas berwarna hitam yang terlihat sangat pas di badannya dengan kemeja putih dibaliknya serta dasi berwarna hitam yang melekat di lehernya membuat penampilannya menjadi semakin terlihat seperti seorang pengusaha berkelas.

“aku tidak punya pilihan lain bukan? Kau tidak harus bangga padaku” Sahutnya membuat Jung Wan tersenyum kecil.

Dia tau bahwa anaknya ini masih belum siap jika harus memimpin perusahaan sebesar Kim Corp, namun karena waktunya sudah sangat tepat untuk mengganti jabatannya membuatnya harus sedikit memaksa Myungsoo untuk menerima jabatan ini. Anaknya masih muda, bahkan terlalu muda jika dijadikan seorang CEO. Dia seharusnya belajar lebih dulu di jabatan yang lebih rendah lalu bisa di angkat menjadi CEO, namun Jung Wan tau kemampuan anaknya. Memiliki otak yang cemerlang dan pandai membuat strategi bisnis merupakan kemampuan Myungsoo, dan itulah yang Jung Wan andalkan dari Myungsoo.

“jangan memasang wajah sekeras itu, kau bisa menakuti pegawaimu. Tersenyumlah” Tegur Jung Wan, Myungsoo memutar bola matanya dengan malas kemudian memakasakan senyumnya.

“kau menyuruhku untuk tersenyum di saat seperti ini?” Tanya Myungsoo skeptis membuat Jung Wan menggelengkan kepalanya.

“sudahlah, berhenti bersikap berontak. Kau adalah satu-satunya pewarisku jadi wajar jika aku memberikanmu jabatan ini, aku tidak mungkin memberikannya pada orang lain. Sekarang nikmatilah waktumu menjadi seorang CEO di Kim Corp ini” Ucap Jung Wan dengan nada yang begitu bangga.

“kurasa aku tidak akan bisa menikmatinya jika aku harus bekerja selama 24 jam penuh” Ucap Myungsoo.

“tidak ada yang menyuruhmu untuk bekerja 24 jam nak, hanya 9 jam perhari. Selebihnya kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan” Ucap Jung Wan, Myungsoo menaikkan alisnya tidak mempercayai ucapan ayahnya. Dia sangat tau, bahkan sudah sangat hapal berapa lama waktu yang ayahnya bisa habiskan di dalam ruang kerjanya dan tidak menutup kemungkinan dia juga akan melakukan hal yang sama. Berkutat dengan segala macam berkas-berkas dan laporan-laporan yang bisa membuatnya gila kerja, dia memang mengambil jurusan bisnis management saat kuliah dulu namun dia tidak berharap setelah kuliah dia akan di angkat langsung menjadi seorang CEO, dia berharap akan mendapatkan pekerjaan dengan kemampuannya sendiri bukan seperti ini.

“aku tidak akan mempercayaimu, 9 jam perhari hanyalah sebuah formalitas. Aku tau itu, kau bahkan pernah tidak keluar dari ruang kerjamu selama 15 jam” Ucap Myungsoo mendesah pelan. Jung Wan mendekatkan dirinya pada Myungsoo kemudian menepuk pundak putranya.

“ayah bekerja selama ini untuk kalian, untuk keluarga kita. Jadi sekarang sudah waktunya kau yang memimpin perusahaan ini. Ingatlah perusahaan ini dibangun kakekmu dengan jerih payahnya sendiri, dan ayah membantunya untuk membesarkan nama perusahaan kita. Ayah harap kau tidak mengecewakan ayah dan terutama kakekmu” Myungsoo menarik nafasnya, jika ayahnya sudah berbicara serius seperti ini dia sudah tidak dapat lagi melawan. Karena apapun yang dia katakan tidak akan diterima oleh ayahnya.

“baiklah, aku akan berusaha..tapi jangan berharap lebih dariku” Ucap Myungsoo, Jung Wan menganggukan kepalanya mengerti.

“ayah tau kau masih dalam tahap belajar, maka dari itu sepupumu akan membantumu di sini” Ucapnya, Myungsoo mengerutkan keningnya. Sepupu?

“siapa?”

“dia di sana, baru saja tiba” Jawab Jung Wan menunjuk salah satu pria yang sedang berjalan menghampiri mereka berdua.

Mata Myungsoo menatap ke arah sepupunya itu, sepupu yang sudah dia anggap sebagai kakak kandungnya karena mereka pernah tinggal bersama selama 5 tahun saat dia kuliah di luar negeri. Sepupunya itu memang sudah lebih dulu bekerja di perusahaan ini, dia menjabat sebagai General Manager yang posisinya juga lumayan tinggi di sini.

“hei Myungsoo..maaf, aku tidak sempat melihat serah terima jabatanmu tadi. Aku ada urusan” Ucapnya langsung menghampiri Myungsoo dan menepuk dadanya pelan.

“aku juga tidak berharap kau berada di sini” Sahut Myungsoo datar, jangan pikir Myungsoo bertingkah seperti itu karena tidak akur dengan sepupunya. Justru saking akurnya mereka bahkan kerap kali terlihat saling melemparkan kata-kata yang tajam. Seperti yang dilakukan Myungsoo saat ini.

“woo woo woo, tunggu dulu. Sepertinya kau tidak sedang dalam keadaan yang baik, apa yang mengganggumu? Bukankah seharusnya kau senang karena sudah menjadi seorang CEO hoh?” Ucapnya kemudian menatap menggoda Myungsoo. Pria itu jelas tau bahwa Myungsoo menentang keputusan pamannya yang menjadikannya sebagai CEO di perusahaan ini, namun sejak dulu mereka berdua memang suka untuk saling menggoda dan jarang-jarang dia bisa melakukan hal tersebut kayak Myungsoo. Jadi saat inilah waktunya.

“sudahlah, tutup mulutmu…” Ketus Myungsoo memasang wajah dinginnya.

“aigoo, kalian ini sudah dewasa tapi kenapa tiap bertemu selalu saja bertengkar seperti itu? apa kalian tidak malu hoh” Tegur Jung Wan yang sedari tadi hanya menyaksikan pertikaian kedua pria dewasa itu.

“bukan aku yang memulainya, anakmu yang besikap memusuhiku paman”

“sudahlah kalian berdua ini sama saja, ayah harus pergi dulu. Masih ada urusan yang harus diselesaikan” Ucap Jung wan, dia menepuk punggung Myungsoo pertama kemudian menepuk pundak keponakannya.

Myungsoo hanya mengangguk melihat ayahnya berjalan meninggalkannya berdua dengan sepupunya, dia yang merasa sudah bosan berada di tempat ini mulai melangkahkan kakinya untuk pergi.

“ya Myungsoo kau mau ke mana?”

“aku mau pulang..aku lelah, kalau kau masih mau di sini silahkan” Sahut Myungsoo malas, pria itu berdecak pelan melihat sifat acuh Myungsoo itu kemudian berlari menyusulnya.

“eyy, aku sudah sangat bosan berada di sini. Aku ikut pulang bersamamu” Ucapnya, Myungsoo hanya mengangguk mengerti lalu melanjutkan perjalanannya. Sepanjang berjalan menuju pintu keluar aula tak sedikit mata yang memperhatikannya. Wajahnya memang sangat tampan sehingga membuat beberapa karyawan yang berada dalam aula itu tak sanggup untuk mengalihkan perhatiannya dari wajah tampan Myungsoo itu.

*********************

Mata bulat itu terus menatap ke sekitarnya, beberapa menit yang lalu dia sudah mendengar bahwa pesawat yang berasal dari Jepang baru saja mendarat. Seharusnya sekarang pria yang ditunggunya sudah keluar dari pintu itu. Namun sampai sekarang dia juga belum melihat tanda-tanda pria yang dikenalnya bejalan dari sana.

Suzy menatap sekeliling sekali lagi berusaha mencari keberadaan kakak sepupunya itu, semua orang yang berada di sana memiliki wajah yang Suzy tidak kenali jadi kemungkinan bahwa kakaknya sudah keluar itu kecil.

“Suzy? Bae Suzy?” Suzy tersentak kaget saat mendengar namanya dipanggil, dia menoleh dan menemukan seorang pria yang lebih tinggi darinya dengan kulit yang tidak terlalu putih untuk ukuran orang korea sepertinya. Tubuh pria itu juga sangat jelas terlihat bugar, apa dia rajin ke gym? Batin Suzy bertanya.

Pria itu melepas kacamatanya dan dengan matanya yang bulat menatap Suzy dengan alis yang bertautan, “kau benar Suzy kan?” Tanyanya dengan ragu, Suzy mengerjapkan matanya saat pertanyaan itu membuatnya kembali dari lamunan panjangnya tentang pria asing di hadapannya saat ini.

“i..iya, aku Suzy. Ta..tapi anda siapa?” Tanya Suzy menelaah wajah pria di hadapannya. Barusan dia menemukan seseorang yang tidak dia kenali menyapanya seperti ini. Dia bahkan mencoba untuk mencocokkan wajah pria dihadapannya ini dengan wajah-wajah teman-temannya serta keluarganya, mungkin saja dia adalah salah satu kenalannya namun setelah mencari-cari wajah yang cocok Suzy masih belum menemukannya. Pria ini tidak dia kenali sama sekali.

“astaga! Suzy, kau sudah melupakanku? Aku ini Minho, Choi Minho kakak sepupumu” Seru pria itu dengan mata yang membulat tidak percaya melihat wajah kebingungan Suzy. Awalnya Suzy mengernyit tidak mengerti namun sedetik kemudian dia tersentak dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

“Minho? Minho oppa?” Tanya Suzy tercekat, Minho memutar bola matanya kemudian menganggukan kepalanya.

“aku baru sadar kalau kita sudah sangat lama tidak bertemu sampai-sampai kau tidak mengenali wajahku ini” Desah Minho menggelengkan kepalanya tidak percaya.
Suzy masih menatap wajah Minho tercengang, dia sangat tidak menyangka bahwa pria di hadapannya ini adalah Minho. Sepupunya yang bertubuh kurus dulu, wajahnya juga saat ini sudah berubah. Dia sudah semakin tampan dan dia tidak kurus lagi. Seperti yang dia katakan tadi tubuhnya bugar seperti seseorang yang rajin mengunjungi gym setiap minggunya.

“hei, aku tau wajahku tampan. Berhenti menatap terpesona kepadaku” Ucap Minho mengibaskan tangannya di depan wajah Suzy membuat wanita itu mengerjapkan matanya.

“eishh, aku tidak terpesona” Gumam Suzy setelah menemukan kembali suaranya akibat keterkejutan yang diberikan Minho kepadanya, “aku hanya tidak percaya kau sudah berubah sejak terakhir aku melihatmu. Aku bahkan tidak mengenali wajahmu” Jelas Suzy membuat Minho terkekeh.

“bagaimana bisa kau melupakan wajahku sementara aku sangat mengenalimu dengan jelas? Kau bahkan tidak berubah sejak kecil..” Sahut Minho.

“tidak ada yang harus kuubah dariku, akan selalu seperti ini” Jawab Suzy, “ah, sudah cukup acara penyambutannya…sekarang ayo kita pulang, aku sudah menyiapkan kamar untukmu di rumah ibu” Sambung Suzy.

Minho mengikuti langkah Suzy sembari menarik kopernya, mereka berjalan melewati beberapa kerumunan orang-orang sembari bercerita tentang pengalaman mereka selama tidak bertemu beberapa tahun belakangan ini.

“kau tidak bawa mobil?” Tanya Minho, Suzy menggelengkan kepalanya dan melangkah menuju taksi yang berada di depan pelataran bandar udara.

“aku tidak tau cara mengemudikannya” Jawab Suzy enteng, dia menginstruksikan sang sopir untuk memasukan koper-koper Minho ke dalam bagasi.

“benarkah? kau harus belajar menyetir Suzy-ya. Sekarang ini kejahatan sangat rawan di angkutan umum” Ucapnya. Mereka berdua telah duduk di dalam taksi. Setelah mengatakan alamat rumahnya kepada supir taksi Suzy menghelakan nafasnya sembari menyandarkan punggungnya di jok belakang.

“aku lebih senang menggunakan kendaraan umum, lagipula selama ini aku tidak mengalami peristiwa yang membahayakan” Ucap Suzy.

“tapi tetap saja Suzy. Kau itu perempuan, harus lebih hati-hati. Nanti aku akan memberitahu Bae samcheon untuk membiarkanmu memiliki kendaraanmu sendiri”

“tidak perlu Minho, sudah kukatakan aku lebih senang naik bis” Tolak Suzy lagi, Minho menghela nafasnya. Jika dia tetap memaksa Suzy mereka akan berakhir dengan perdebatan yang tidak ada habisnya. Dia tidak ingin pertemuannya kembali dengan adiknya itu diawali dengan perdebatan yang tidak penting ini.

“baiklah, untuk kali ini aku akan mengalah. Aku tidak ingin berdebat di hari pertama kita bertemu setelah sekian tahun berpisah” Ucap Minho mendesah, Suzy tersenyum kecil kemudian mengangguk mengerti.

“aku senang kau kembali kemari, setidaknya aku memiliki teman lagi” Ucapnya Suzy membuat Minho tersenyum lebar.

Dia sangat tau bahwa Suzy sejak dulu susah untuk mendapatkan teman karena sifatnya itu, gadis disampingnya ini lebih suka menyendiri dibandingkan harus berbaur dengan orang-orang disekitarnya. Dia juga tau bahwa selama ini hanya dirinyalah yang menjadi teman Suzy dan dia sangat senang karena sifat pendiam Suzy itu perlahan berubah dan dia menjadi anak gadis yang ceria, namun kepindahannya ke Jepang membuat Suzy kembali terlihat murung. Awalnya dia tidak tega untuk meninggalkan Suzy sendiri, tapi dia juga tidak bisa menolak permintaan orang tuanya yang mengajaknya bersama untuk ke Jepang. Jadi dengan sangat terpaksa dia harus meninggalkan Suzy di Korea dan membiarkan gadis itu kembali kesepian dalam kesendiriannya.

*********************

Pria itu menarik nafasnya panjang, hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai pimpinan tertinggi di perusahaan ayahnya itu. Dia tidak habis pikir bahwa akan mendapatkan jabatan setinggi ini, padahal seminggu yang lalu dia masih bermain-main dengan teman-temannya dan tidak menyangka bahwa hari ini dia akan menjadi seorang pekerja kantoran yang membutuhkan keseriusan untuk menjalankan perusahaan ini.

“selamat pagi pak” Myungsoo menganggukan kepalanya saat salah seorang satpam menyapanya di depan lobi, dia yang bernotabene sebagai anak dari CEO terdahulu perusahaan ini sudah cukup dikenal oleh sebagian besar karyawan di sini. Karena beberapa kali dia juga kerap mengikuti ayahnya untuk menghadiri acara tahunan yang di adakan Kim Corp bersama seluruh pegawainya.

“oy pak direktur..kau datang tepat waktu” Seru seseorang, Myungsoo mendengus kesal. Dia menoleh ke samping saat berada di dalam lift lalu memutar bola matanya ke arah pria itu.

“astaga! kau ini tidak sopan sekali dengan kakakmu..ingatlah ke depannya aku yang akan membantumu, jadi jangan jutek-jutek seperti itu padaku”

“aku tau kau hanya ingin menggodaku dan tolong hentikan itu. Kalau memang kau ingin membantuku maka seriuslah, jangan bermain-main” Ucap Myungsoo datar, pria disampingnya menatapnya tidak percaya.

“kau benar-benar sudah dewasa Myungsoo-ya, pantas saja Jung Wan samcheon rela melepaskan jabatannya demi kamu” Ucapnya dengan wajah terperangah, sekali lagi Myungsoo memutar bola matanya dan mendengus sebal.

“sudah kukatakan berhenti menggodaku, aku benar-benar akan kesal dan marah jika kau terus-terusan seperti ini” Desis Myungsoo, sesaat setelah kalimatnya berakhir denting lift berbunyi dan pintunya terbuka secara otomatis. Myungsoo melangkah keluar dengan tegak, pria di belakangnya mengikuti langkahnya dan berniat untuk membuka suaranya namun terhenti karena Myungsoo berhenti melangkahkan kakinya dan berbalik ke arahnya.

“bekerja Kim Sunggyu! Segera bekerja!” Pekik Myungsoo menatap pria itu dengan tajam dan menunjuknya tepat diwajahnya, Sunggyu yang berniat mengganggu Myungsoo lagi itu mengurungkan niatnya. Dia bisa-bisa jadi santapan buaya jika membuat Myungsoo marah, dan itu tidak akan terjadi.

“o..oke, baiklah. Aku bekerja” Ketus Sunggyu mengangkat kedua tangannya menandakan bahwa dia menyerah, dia akan mengikuti perkataan Myungsoo. Melihat itu Myungsoo mendengus kemudian berbalik kembali dan masuk ke dalam ruangannya. Sunggyu menggeleng pelan atas kebodohan dirinya sendiri. Hei, Myungsoo itu adalah adiknya, mereka berbeda 3 tahun dan kenapa dia yang sebagai seorang kakak itu malah mau-mau saja dibentak oleh adiknya seperti itu? Meskipun dia adalah atasannya tapi tetap saja, Sunggyu adalah kakak di sini jadi Myungsoo tidak berhak untuk membentaknya.

“ckck tapi dia bahkan lebih menyeramkan daripada ayahku jika sudah marah” Decak Sunggyu menggelengkan kepalanya. Myungsoo memang seperti monster jika marah, dia sudah pernah merasakan kemarahan Myungsoo itu. Dan saat itu juga dia bersumpah tidak akan membuat adik sepupunya yang paling tampan sejagad raya itu marah, tidak akan pernah.

*********************

Suzy tersenyum saat melihat ibunya keluar dari kamar mandi, pagi ini dia tidak memiliki kuliah jadi dia menyempatkan diri untuk mengunjungi ibunya di rumah sakit. Dia datang bersama Minho, namun pria itu entah sekarang lari ke mana. Beberapa menit setelah mereka tiba di rumah sakit, Minho hanya menyapa ibunya sebentar kemudian keluar dari kamar dan sampai saat ini pria itu belum kembali juga.

“apa Minho belum kembali?” Tanya ibunya, Suzy menggelengkan kepalanya sembari meletakkan lipatan selimut yang telah dipakai ibunya dipinggiran ranjang.

“memangnya dia tidak mengatakan mau ke mana?” Tanyanya lagi, Suzy sekali lagi menggelengkan kepalanya.

“entahlah, dia tadi langsung pergi begitu saja..bu, ayo waktunya untuk sarapan” Ucap Suzy, ibunya beranjak untuk duduk di atas ranjangnya kembali sementara Suzy mendorong nampan yang berisi sarapan ibunya dari pihak rumah sakit.

“hmm, ibu sudah bosan makan makanan seperti ini terus” Gumamnya sembari menyendokan makanan ke dalam mulut. Suzy yang melihat itu hanya tersenyum kecil, dia sangat mengerti karena selama satu tahun ini tidak ada makanan yang lain masuk ke dalam pencernaan ibunya selain makanan rumah sakit ini.

“tahanlah bu, setelah kau sembuh kau bisa memakan apapun yang kau inginkan” Ucap Suzy dengan lembut, ibunya tersenyum miris dan menggeleng pelan.

“memangnya ibu masih ada harapan untuk sembuh? Penyakit ini sudah sangat kronis Suzy-ya”

“bu, jangan mengatakan hal yang mustahil seperti itu..kau akan sembuh aku yakin itu” Ucap Suzy dengan tegas, dia sangat tidak suka jika ibunya mengatakan hal-hal yang menyangkut dengan ketidaksembuhannya akan penyakit yang dideritanya. Meskipun dokter mengatakan bahwa presentase kesembuhan ibunya hanyalah beberapa persen namun dia tidak akan berhenti untuk berharap. Setidaknya ibunya masih memiliki peluang untuk sembuh, sekecil apapun peluangnya dia akan tetap berusaha agar ibunya dapat di sembuhkan.

“maafkan ibu, hanya saja ibu tidak merasa akan sembuh” Ucap ibunya dengan sedih, Suzy menggelengkan kepalanya kuat menatap ibunya yang masih melanjutkan makannya itu.

“tidak bu, selama masih ada peluang untukmu sembuh aku yakin kau akan sembuh. Tidak ada yang bisa tau kapan mukjizat tuhan itu datang” Ucap Suzy membuat ibunya tersenyum.

“terima kasih sudah menyamangatiku nak, kau memang putriku yang terbaik”

“sudah seharusnya aku melakukan itu” Balas Suzy tersenyum, ibunya adalah satu-satunya wanita yang paling berharga di hidupnya. Dia akan melakukan apapun demi kesembuhan ibunya ini, dia tidak ingin melihat ibunya kesakitan lagi. Dia hanya bisa berdoa dan berharap agar penyakit itu bisa di lepaskan dari tubuh ibunya.

Cklek~ Suzy langsung menoleh ke arah pintu saat mendengar pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan sosok Minho yang tersenyum lebar kepadanya, dia melihat pria itu membawa dua buah kantongan yang dia sendiri tidak mengetahui apa isinya.

“kau dari mana saja? kenapa pergi tiba-tiba?” Tanya Suzy, Minho tersenyum dan menyodorkan katongan itu kepada Suzy.

“aku membeli makanan untuk kita, tapi tempatnya sangat ramai jadi aku mengantri..ini makanlah dulu, aku tau kau tidak sarapan tadi” Ucap Minho, Suzy menatap kantongan itu kemudian menatap kembali Minho.

“Suzy, ambil makanan itu dan makanlah…jangan sampai kau sakit karena melewatkan sarapanmu, Minho sudah berbaik hati untuk membelikannya” Sahut ibunya membuat Suzy tersadar, dia kemudian mengambil kantongan itu dan berjalan menuju sofa yang berada dalam ruangan itu.

“kau juga makanlah, ayo” Ucap Suzy.

“makanlah dulu, aku harus memberikan obat pada ibu” Ucap Minho, Suzy menganggukan kepalanya mengerti, kemudian dia memulai untuk memakan sarapannya yang dibelikan oleh Minho.

“aku sudah selesai” Ucap ibu Suzy membuat Minho beralih padanya, pria itu dengan cekatan mengambil nampan di atas pangkuan ibu Suzy kemudian meletakkan di atas meja.

“ini obatmu” Ucap Minho menyodorkan obat dan segelas air putih untuknya.

“terima kasih”

“apa kau ingin istirahat lagi?” Tanya Minho, ibu Suzy menggelengkan kepalanya pelan kemudian melirik Suzy yang sedang asyik makan di sofa sana.

“sebenarnya aku sudah lelah berada di kamar ini terus, aku ingin berjalan-jalan diluar” Ucapnya.

“kalau begitu ayo ku antar, kebetulan hari ini cuacanya cerah”

“tidak, Suzy tidak akan suka jika aku keluar dari kamar ini. Dia selalu khawatir jika aku keluar dan terluka, padahal aku tidak akan apa-apa. Anak itu terlalu berlebihan” Bisik ibu Suzy dengan sedikit memasan wajah cemberut membuat Minho tersenyum mengerti.

“ah, kalau begitu kita tunggu saja sampai Suzy pergi ke kampusnya. Aku akan membawamu berjalan-jalan di taman rumah sakit, dan aku akan merahasiakan ini” Bisik Minho balik membuat ibu Suzy tersenyum.

“benarkah?”

“tentu saja..apapun untukmu bu”

“terima kasih, kau memang anakku” Minho tersenyum lebar, setelah berbincang sebentar dengan ibu Suzy, dia kemudian menghampiri Suzy dan bergabung untuk sarapan dengannya. Suzy hanya menatapnya sebentar kemudian melanjutkan makannya lagi dalam diam.

*

Suzy menggerutu pelan saat melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit, dia masih sangat ingin berlama-lama bersama ibunya. Namun dia mendapatkan informasi dari salah satu teman sekelasnya bahwa kuliahnya dipercepat jam 10 ini jadi mau tidak mau dia terpaksa untuk meninggalkan ibunya bersama Minho dan pergi ke kampusnya.

Saat berjalan di trotoar untuk menuju ke halte bis, Suzy masih terdengan mendumel. Minho juga tadi mengapa terlihat begitu antusias saat dia mengatakan akan pergi, apa dia memiliki rencana bersama ibunya saat dia pergi? Oh tidak! Suzy akan sangat marah jika itu benar terjadi.

Saat dirinya hampir saja tiba di halte bis, sesuatu yang begitu sial menimpa Suzy. Sebuah mobil yang melaju dari arah yang berlawanan darinya itu melindas sebuah genangan air yang entah dari mana asalnya itu berada tepat di bawah trotoar yang sedang Suzy pijaki itu membuat Suzy berjengkit kaget.

Byuuur~

“astaga!” Pekik Suzy terkejut, pasalnya air genangan itu mengenai hampir seluruh celananya dan sedikit menyemprot ke bajunya yang kebetulan berwarna putih. Suzy mendesah, hari ini benar-benar sial untuknya.

“apa hari ini hari sialku” Gumam Suzy kesal wajah kesal, dia berusaha membersihkan noda di bajunya namun itu sia-sia, noda itu tidak akan hilang kecuali Suzy membilasnya dengan sabun cuci

“oh nona, maafkan aku..kau tidak apa-apa?” Suara seorang pria membuat Suzy mendongakkan kepalanya, dia menatap pria yang kini tengah melihat celananya dengan prihatin.

“seperti yang kau lihat tuan, aku basah” Ucap Suzy merentangkan tangannya dan menatap kesal pria itu.

“hmm, maafkan aku..tadi aku tidak melihatmu, aku akan mengganti rugi” Ucapnya dengan wajah penuh penyesalan membuat Suzy memutarkan bola matanya.

“tidak perlu, aku hanya perlu ke rumah untuk mengganti pakaianku. Lain kali berhati-hatilah tuan, jangan sampai kejadian yang sama terulang. Kau tidak tau bagaimana kesalnya orang yang sudah kau kotori bajunya” Ucap Suzy, jujur dia memang sangat kesal saat ini namun dia tidak begitu picik untuk meminta ganti rugi pada pria asing dihadapannya ini hanya karena bajunya yang terkena becek. Toh baju dan celananya tidak rusak, mereka hanya basah dan kotor. Sekali di cuci dan dijemur juga akan bersih kembali.

“kau benar tidak apa-apa?” Tanya pria itu lagi meragukan ucapan Suzy.

“aku tidak apa-apa..hati-hati saja membawa mobilmu” Jawab Suzy kemudian melirik ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka. Alisnya mengernyit heran saat melihat salah satu kaca mobil itu bergerak ke bawah.

“hei Kim Sunggyu! Cepatlah, kita sudah hampir telat” Seorang pria lain lagi yang berada dalam mobil itu terlihat menyembulkan kepalanya dengan wajah yang kesal. Suzy bisa melihat wajah pria itu dengan jelas, bagaimana pria itu membentak dengan kesal dan menatap tajam pria dihadapannya. Suzy sangat yakin bahwa jika pria itu tersenyum dia akan terlihat manis.

Oh Suzy apa yang kau pikirkan! Dia itu pria asing!-Pekik batin Suzy menyadarkan dirinya.

“tunggu sebentar” Teriakan pria dihadapannya ini membuat Suzy tersadar, dia kemudian mengalihkan pandangannya dari pria yang berada di dalam mobil itu.

“kalau begitu aku pergi dulu, kau bisa lihat adikku sudah marah..sekali lagi maaf ya karena membuatmu kotor seperti ini”

“iya, tidak apa-apa. Pergilah, aku rasa kemarahan adikmu itu sudah tidak tertahan lagi, sangat terlihat dari wajahnya” Ucap Suzy meringis pelan membuat namja di hadapannya tersenyum kecil.

“ya, terima kasih karena tidak marah-marah padaku. Aku pergi dulu, maaf sekali lagi dan berhati-hatilah nona” Suzy tersenyum dan mengangguk kepada pria itu, dia mengikuti langkah pria itu sampai masuk ke dalam mobilnya dan melesatkan benda tersebut untuk meninggalkan tempatnya berdiri.

Tak lama kemudian bis yang ditunggunya tiba, terpaksa dia harus mampir ke rumah dulu sebelum ke kampus. Dia sangat tidak mungkin berangkat ke kampus dengan keadaan seperti ini.

*

“eissh, kenapa kau lama sekali. Biar meminta maaf saja” Gerutu Myungsoo saat Sunggyu sudah masuk ke dalam mobil.

“kau ini tidak sabaran sekali, untung saja nona tadi tidak meminta ganti rugi. Kita bisa bertahan lebih lama lagi di sini” Balas Sunggyu menjalankan mobilnya, Myungsoo mendengus sebal. Matanya beralih ke spion dan menatap punggung wanita yang tadi terkena cipratan genangan air akibat cara menyetir Sunggyu yang tidak baik itu.

“makanya lain kali hati-hati, bagaimana kalau yang kena genangan air itu seorang preman..kau bisa babak belur hyung” Sahut Myungsoo malas membuat Sunggyu memutar bola matanya jengah.

“mwoya, kau mendoakan agar aku babak belu hoh” Myungsoo hanya mengedikkan bahunya acuh.

“ah tapi Myung, apa kau lihat wajah wanita tadi?” Tanya Sunggyu, Myungsoo menoleh kepadanya sebentar kemudian menggeleng. Dia memang tidak melihat wajah wanita itu dengan jelas, hanya sebagian saja yang dia lihat selebihnya dia hanya melihat punggung wanita itu.

“memangnya kenapa hyung? apa kau mengenalnya?”

“tidak, aku tidak mengenalnya..tapi, dia itu..dia gadis yang sangat cantik Myung” Seru Sunggyu, Myungsoo seketika mendengus mendengar ucapan Sunggyu itu.

“kau itu tidak bisa kalau lihat wanita bening sedikit saja..ckck, dasar mata keranjang” Desis Myungsoo.

“eyy, aku serius..kalau aku melihatnya kau pasti akan menyukainya, dia benar-benar cantik. Yah, meskipun cara bicaranya sedikit tidak ramah tapi setidaknya wajahnya cantik”

“ah sudahlah hyung, aku malas mendengar ocehanmu tentang wanita..sekarang cepat gerakkan benda ini agar sampai ke gedung proyek kita. Aku tidak mau ayah mengomeliku karena terlambat” Ucap Myungsoo malas, Sunggyu memutar bola matanya untuk ke sekian kalinya. Myungsoo memang tidak asyik jika di ajak berbicara tentang wanita, dia bahkan tidak tau kapan terakhir kali Myungsoo menyinggung soal wanita kepadanya. Atau bahkan tidak pernah? Entahlah…yang dia tau sejak namja itu lulus SMA, dia mulai memfokuskan dirinya untuk kuliah dan sama sekali tidak ada waktu untuk memikirkan seorang wanitapun.

Sunggyu bahkan ragu kalau Myungsoo sudah pernah menjalin kasih dengan seorang wanita dulu mengingat bagaimana sepupunya itu hanya memikirkan belajar dan belajar saja sepanjang masa remajanya. Seberapa buruknya hubungan Myungsoo dengan wanitapun hanya Myungsoo dan Tuhan yang tau dan dia tidak berniat untuk mengetahuinya.

*********************

-TBC-

 

Chapter 1 nya gimana? Baguskah? Author berpikir kalau ini sama sekali tidak menarik. Maaf kalau bagian awal ini sangat flat dan tidak jelas ceritanya.

Author cuma mau sekedar meluruskan, kemarin author udah baca semua komen yang masuk di prolog. Semuanya bilang kalau ff ini bakal sad banget dan sudah menerka-nerka bagaimana jalan cerita ff ini. Gini, author mau beritahu masalah genre ff ini, memang author masukan ff ini ke dalam genre sad, sebenarnya awalnya sama sekali gak kepikiran buat ff yang bergenre sad tapi tiba-tiba saja malah ketik yang seperti ini jadinya yah begini lah, tapi gak bakal sad se-sad yang kalian pikirkan kok author akan usahakan itu. Kemudian masalah jalan ceritanya, ada beberapa dari reader yang memberikan komentar kalau cerita ini bakal sad ending, ada juga yang bilang kalau cerita ini itu nanti bakal sama persis dengan cerita romeo dan juliet, nah di sini author luruskan lagi ya, ff ini itu gak akan sama persis dengan kisah romeo dan juliet, ff ini author buat hanya karena terinspirasi dari kisah romeo dan juliet untuk alur ceritanya gak akan sama meskipun ada beberapa poin yang terlihat sama tapi tetap saja akan berbeda. Untuk masalah sad ending atau happy ending itu biar jadi urusan author saja.

Author sarankan jangan mengharapkan yang lebih tentang ff ini, karena setelah baca komentar-komentar yang ada author merasa kalau ekspekstasi kalian sangat tinggi untuk ff ini. Author takutnya cerita ini tidak akan sesuai dengan ekspektasi kalian dan membuat kalian kecewa.

Lastly, setelah membaca chapter ini entah kalian suka atau tidak, kalian tetap harus memberikan komentarnya ya tapi komentar yang layak untuk author baca, kalian mengerti kan maksud author. Chapter 2 nya masih belum terpikir sama sekali, TCOL chapter 10 masih 25% yang sudah diketik, jadi silahkan ditunggu, mungkin akan memakan waktu lama(lagi).

Oke~ sekali lagi author ingatkan untuk memberikan komentar untuk chapter ini~

Thanks~

PS : CHECK MY SIDEBAR AND PLEASE WATCH EXO – LOVE ME RIGHT MV. THAT’S SO DAMN COOL! THX.