The Color Of Lovers CHAPTER 17

THE COLOR OF LOVERS

Author : elship_L

Cast : Bae Suzy, Kim Myungsoo, Jung Soojung, Oh Sehun

Other Cast : Kim Jiwon, Kang Minhyuk, Choi Minho

Genre : Romance, Friendship, Sad

Rating : PG-19

Type : Chapter

CHAPTER 17

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Suzy menajamkan matanya menatap pria yang sekarang sedang berdiri tepat di depan mobil yang ditumpanginya yang berniat untuk menghadang kepergiannya. Dia kemudian melirik Jiwon yang malah mematung melihat kemunculan pria itu tiba-tiba.

“jalankan mobilnya Jiwon-ah” Ucap Suzy pelan, Jiwon menoleh kepadanya dan menatapnya garang.

“kau sudah gila?”

“aku masih waras, dan tolong jalankan mobilnya” Jawab Suzy cepat, dia mengalihkan pandangannya kemanapun, asalkan bukan kepada pria di depannya dan Jiwon disampingnya.

“kau mau aku menabrak Sehun oppa? Apa namanya kalau bukan gila?”

“aku tidak memintamu menabraknya, hanya menjalankan mobilnya”

“tapi kau lihat sendiri pria itu berada di mana! Kalau aku menjalankan mobil ini dia akan tertabrak” Seru Jiwon kesal, Suzy hanya menghela nafasnya panjang lalu kembali menatap Jiwon.

“dia bukan orang bodoh Kim Jiwon, dia akan menghindar jika kau menjalankan mobilnya. Jadi jalankan sekarang” Jiwon memutar bola matanya, benar-benar sulit berada ditengah-tengah dua orang itu. Dia jadi membayangkan bagaimana dengan kondisi Soojung saat pertikaian ini terjadi, ckck pasti menyusahkan!

Dengan pasrah akhirnya Jiwon menyalakan mesin mobilnya, dia menatap was-was pada Sehun yang seakan tidak bergeming dari tempatnya. Bagaimana jika pria itu nekat dan tidak menghindar? Jiwon berkomat-kamit sebelum melepaskan rem tangan mobilnya dan menginjak gas perlahan, secara otomatis mobilnya melaju pelan-pelan dan saat hampir bumper mobilnya mengenai lutut Sehun, Jiwon berseru kesal dan langsung menginjak rem!

“aku bilang apa! astaga!” Pekik Jiwon dengan terengah-engah, dia sungguh terkejut saat melihat Sehun tetap tidak bergerak di tempatnya seolah meminta untuk digilas oleh mobilnya itu dan itu membuatnya frustasi sementara Suzy disampingnya hanya diam saja tidak melalukan apapun.

“kalian benar-benar menyebalkan” Seru Jiwon lalu keluar dari mobilnya, dia menatap tajam Sehun dan mendekati pria itu.

“kau ingin mati hah!” Pekik Jiwon marah membuat Sehun menatapnya nanar.

“aku ingin berbicara pada Suzy” Pinta Sehun pada Jiwon, gadis itu memutar bola matanya kesal. Demi tuhan ini masih di halaman rumahnya dan dia harus membuat adegan drama bersama dengan Sehun dan Suzy! Itu menyebalkan.

“ayolah oppa, biarkan kami pergi. Setelah masalah ini selesai aku yang akan membawa Suzy kepadamu eoh” Ucap Jiwon merengek, dia sudah tidak sanggup lagi menghadapi keduanya. Sikap keras kepala mereka benar-benar sama persis.

“tapi aku hanya ingin—” Jiwon mengangkat telapak tangannya menandakan agar Sehun menahan kalimatnya itu, dia membuang nafas panjang lalu menatap Sehun tajam.

“jangan sampai kau mendapat pukulan dari dua orang perempuan secara bersamaan hari ini oppa! Jadi biarkan kami pergi, Suzy eonni butuh waktu untuk menenangkan pikirannya” Desis Jiwon tajam, Sehun menatap Jiwon memelas namun gadis itu malah memprtajam tatapannya membuat pria itu mengeluh pasrah. Dia mengangguk kecil lalu menepuk puncak kepala Jiwon.

“hati-hati—jangan buat aku khawatir” Ucap Sehun pelan, Jiwon menarik nafasnya dalam kemudian mengangguk kaku.

“ya, dan tolong menyingkirlah. Mobilku tidak bisa lewat” ketus Jiwon kemudian melihat itu Sehun terkekeh kecil lalu beranjak dari tempatnya. Mata kecilnya terus menatap Jiwon yang memasuki mobilnya, hingga mobil itu beranjak keluar dari halaman rumah keluarga Kim dia terus memantaunya sampai menghilang dari jarak pandangnya. Setelah yakin bahwa kedua gadis itu pergi dia menghela nafas lalu menghampiri mobilnya. Sepertinya dia harus menunggu lebih lama lagi untuk berbicara pada Suzy.

xxx

Jiwon melirik Suzy yang duduk tenang disampingnya, dia kemudian berdehem meminta perhatian gadis itu tapi sepertinya dia terlalu asik dengan acara pandangan memandangnya melalui jendela sehingga Suzy sama sekali tidak memperhatikan Jiwon.

“eonni, kau ingin kemana? Pulang?” Tanya Jiwon, jujur setelah Suzy berhasil menghentikan tangisannya di dalam pelukan ibunya gadis itu langsung berpamitan dan menarik Jiwon untuk ikut bersamanya. Dia sungguh bingung dengan kelakuan Suzy, dia bahkan tidak menegur ayahnya yang masih berada di dalam rumahnya itu.

“aku tidak ingin pulang” Jawab Suzy lesu membuat Jiwon menautkan alisnya bingung.

“laiu mau ke mana?”

“mencari kakakmu” Gumam Suzy, Jiwon membelalak lalu menoleh sekilas pada Suzy. Gadis itu tetap diam ditempatnya dengan wajah yang datar, Jiwon menghela nafas panjang.

“kau tau, aku dan Sehun oppa sudah mencarinya kemana-mana. Bahkan sampai ke jeju, dia tidak ditemukan dan kau ingin mencarinya sekarang? Itu mustahil eonni” Ucap Jiwon menampakkan wajah lelahnya, dia sudah tidak ingin mencari keberadaan Myungsoo lagi. Itu membuatnya muak dan lelah.

“kita bisa mencarinya ke tempat yang belum kalian datangi” Jawab Suzy enteng membuat Jiwon melebarkan matanya tak percaya, dia kemudian mendengus melirik Suzy dengan wajah kesal.

“di mana lagi? Semua tempat sudah aku cari! Aku tidak tau jika ada tempat lain untuk dia datangi saat ingin menyendiri selain dari tempat-tempat yang sudah kudatangi” Keluh Jiwon. Pencarian ini akan berujung sia-sia, dia sudah sangat tau jadi sebaiknya tidak perlu melakukan pencarian Myungsoo dan tunggu saja kedatangan pria itu.

“tempat untuk menyendiri?” Gumam Suzy pelan, alisnya berkerut dalam seolah sedang memikirkan sesuatu. Suzy kemudian berseru membuat Jiwon terkejut dan hampir saja membuatnya menginjak rem mendadak.

“apa? kau mengetahui sesuatu?” Tanya Jiwon bingung melihat wajah Suzy seakan sedang memikirkan sesuatu.

“ya, apa kau sudah ke villa keluarga kalian yang ada di Paju?” Tanya Suzy penuh selidik, Jiwon mengangkat alisnya berpikir sejenak, lalu mulutnya membulat tidak percaya dan matanya menatap suzy antusias.

“astaga! Aku sampai tidak kepikiran dengan tempat itu!” Suzy tersenyum puas, jika Jiwon belum menyambangi tempat itu, 99% sudah dipastikan bahwa Myungsoo berada di tempat itu.

“kalau begitu ayo kita kesana dan temui kakakmu”

“tapi bagaimana caranya kau bisa tau tempat itu eonni?” Suzy tersenyum kecil dan menerawang membayangkan saat Myungsoo mengajaknya ke pantai itu dulu hanya sekedar untuk melepaskan penatnya.

“dia pernah mengajakku ke sana untuk melihat sunset” Gumam Suzy tersenyum kecil, Jiwon menoleh padanya sebentar lalu tersenyum lebar saat sempat melihat rona merah di wajah gadis itu.

“kau benar-benar berarti untuk kakakku kalau begitu, kau tau aku dan eomma saja harus mendapatkan izinnya dulu kalau ingin ke tempat itu sedangkan kau? Kau bahkan diajak langsung olehnya, itu sangat mustahil terjadi” Ucap Jiwon membuat Suzy kembali bersemu. Ya, dia masih ingat saat Myungsoo mengatakan bahwa dirinyalah gadis pertama yang diajak ke tempat itu dan satu-satunya, perasaannya menghangat saat mendengar ucapan Jiwon, dia merindukan Myungsoo saat ini. Astaga! Apa yang akan kulakukan jika kami bertemu nanti.

Jiwon hanya terkekeh saat melihat Suzy yang tersenyum sendiri, dia pasti sedang memikirkan kakaknya itu dan demi tuhan Jiwon akan langsung menendang bokong kakaknya saat mereka bertemu nanti! Membiarkan Suzy sendirian menghadapi masalahnya dan membiarkannya kelimpungan mencari kesana kemari, Jiwon akan membalaskan semua kerepotannya selama ini kepada kakaknya itu. Just wait and see brother!

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Gadis itu mendesah panjang saat membuka pintu rumahnya dia mendapatkan Sehun dengan wajah lesunya. Berbeda dengan hari-hari biasanya yang wajahnya selalu cerah dan tidak pernah kelihatan kusut itu, tapi lagi-lagi hari ini wajah kusamnya tercetak dengan jelas.

“ada apa lagi Sehun-ah?” Tanya Soojung dengan alis terangkat, Sehun hanya menarik nafasnya dalam lalu beranjak melewati Soojung untuk masuk ke dalam rumah yang sudah dianggap seperti rumahnya sendiri itu.

“omonim dan ahbeoji ke mana?” Tanya Sehun seraya menghempaskan dirinya ke sofa, bergelung untuk mencari posisi ternyaman di atas sana. Soojung hanya memutar bola matanya melihat tingkah sahabatnya itu.

“ada kerjaan, jadi katakan padaku kau kenapa lagi? Tidak berhasil bertemu dengan Suzy?” Soojung duduk disamping Sehun dan meneliti wajah pria itu, saat menyinggung nama Suzy wajah Sehun berubah menjadi sendu. Pria itu tertawa miris lalu menggelengkan kepalanya pelan.

“aku bertemu dengannya, di rumah orang tua Myungsoo” Soojung terkejut mendengar itu, bukan karena Sehun berhasil bertemu dengan Suzy tapi tempat di mana mereka bertemu itu mengejutkannya.

“bagaimana bisa?”

“kau tau aku mengantar ahbeoji untuk bertemu dengan orang tua Myungsoo tapi ternyata hari ini mereka mengundang Suzy ke rumahnya untuk bertemu” Jelas Sehun, Soojung meskipun masih belum mengerti alasan mengapa Sehun dan ayah Suzy bertemu dengan orang tua Myungsoo tapi dia tetap menganggukan kepalanya dan membiarkan Sehun meneruskan penjelasan.

“ini ada kaitannya dengan ibunya Suzy, mengenai kejadian 4 tahun yang lalu” Sambung sehun lagi membuat Soojung menautkan alis semakin bingung.

“memangnya apa yang terjadi?”

“waktu itu kau tidak ada di rumah sakit makanya aku sedikit kewalahan menghadapi omonim, kau tau dia menyambangi satu persatu keluarga korban dan melakukan hal yang buruk pada mereka” Jelas Sehun pada Soojung, gadis itu hanya diam mendengarkan. Meskipun saat ini dia sangat shock mengetahui berita ini tapi dia tetap diam tidak menanggapi.

“sampai saat dia mengunjungi ruangan Myungsoo, heh—omonim menggunakan kata-kata yang tidak baik untuk berbicara pada Myungsoo, dia bahkan sampai merendahkan keluarga mereka. Aku—aku menyesal karena dulu tidak berhasil menahannya”

Soojung menahan nafasnya sejenak lalu tangannya terulur untuk menarik kepala Sehun agar mau bersandar dibahunya, dia menepuk pundak Sehun “kau tidak bersalah, omonim juga pasti melakukan hal itu karena sudah putus asa mengetahui Suzy belum sadar dari komanya” Ucap Soojung dengan menenangkan.

“tapi mengetahui hal itu Suzy malah semakin membenciku, kau tau—” Soojung tersenyum kecil, disaat seperti ini Sehun akan terlihat seperti anak berumur 5 tahun. Caranya merajuk dan bermanja kepadanya benar-benar seperti anak kecil, dan dia senang dengan itu. Senang menjadi tempat bersandar Sehun disaat pria ini sedang dalam keadaan yang tidak baik, bukan berarti dia tidak senang juga jika Suzy melakukan hal yang sama-karena nyatanya mereka berdua memiliki sifat yang sama persis-tapi dia lebih senang jika Sehun yang manja kepadanya, seperti mengurus seorang anak.

“Suzy hanya perlu menata hatinya dulu, tunggu sampai dia berhasil bertemu dengan Myungsoo dan meluruskan masalah mereka. Aku yakin orang pertama yang ditemuinya setelah itu adalah kau” Sehun tersenyum kecil mendengarkan penjelasan Soojung yang hampir sama dengan kata-kata Jiwon dan ayah Suzy, tapi cara menyampaikannya terlihat berbeda yang mana ayah Suzy terdengar berwibawa dan Jiwon terlihat menggebu-gebu saat mengatakan hal seperti itu kepadanya sementara Soojung mengatakan layaknya seorang ibu yang sedang mencoba untuk memberi pengertian kepada anaknya yang sedang merajuk.

“aku sudah seperti anakmu saja” Gumam Sehun sembari tertawa kecil menyadari kondisi mereka saat ini, kedua tangannya sudah melingkar ditubuh Soojung dan dia menyamankan kepalanya dipundak gadis itu.

“kau memang anakku jika sudah seperti ini, jadi jangan membantah ucapanku!” Sahut Soojung layaknya seorang ibu yang membuat Sehun mau tak mau tertawa sehingga tubuhnya berguncang kecil.

“aku mencintaimu eomma” Seru Sehun dengan derai tawa yang masih menghiasi wajahnya, dia memang tepat mengambil keputusan untuk datang kemari karena jika Suzy yang selalu ada disampingnya disaat dia berbahagia, lain halnya dengan Soojung. Gadis itu seolah tau bagaimana menempatkan dirinya disaat yang tepat ketika Sehun sedang dalam masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa diantara ketiganya, Soojunglah yang paling berpikiran waras dan dewasa meskipun umur mereka sama.

“sayangnya aku tidak” Gurau Soojung lantas melepaskan Sehun dari pelukannya, dia tertawa saat melihat wajah kecut Sehun, “sudah, aku sudah bisa membuatmu tertawa jadi menjauh dariku” Sambungnya sembari mengibaskan tangan dihadapan Sehun. Pria itu hanya mendengus.

Ting Tong~

Keduanya serentak menoleh ke arah pintu saat mendengar bel berbunyi, Sehun memandang Soojung seolah bertanya apakah gadis itu menunggu seseorang, dan dibalas dengan gelengan oleh Soojung.

“buatlah kopi untukmu biar kau lebih segar, aku akan buka pintunya dulu” Ucap Soojung beranjak dari sofa, tidak mau ambil pusing Sehun langsung saja menyerobot memasuki dapur Soojung dan mencari segala macam peralatan dan bahan untuk membuat kopinya.

Sementara di pintu depan Soojung mendesah, satu lagi pria yang berwajah kusut. Ada apa hari ini dengan dirinya? Mengapa semua laki-laki datang kepadanya dengan wajah tidak karuan seperti ini.

Pria itu menghela nafasnya panjang kemudian menyentuh lengan Soojung dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Gadis itu terbengong, yang punya rumah siapa dan yang mengajak masuk siapa!

“maaf mengganggu tapi aku butuh bantuanmu” Ucap pria itu mengutarakan maksudnya mendatangi Soojung, dia membawa gadis itu untuk duduk di sofa dan sebelum pria itu menjatuhhkan dirinya untuk duduk disamping Soojung sebuah tangan sudah menarik kerah bajunya dan membuatnya mundur beberapa langkah.

“duduk di sana, aku yang akan di samping Soojung” Ucap Sehun dengan ketus menunjuk sofa yang berada diseberang mereka, pria itu menghela nafas dan menuruti kata Sehun. Kali ini bukan waktunya untuk berdebat.

Soojung hanya diam menatap wajah pria itu, dia terlihat lebih parah dari Sehun tadi. Apa masalah yang terjadi dengannya?

“eisshh, bicaralah. Kau mengganggu waktuku dengan Soojung saja” Sehun mendengus saat tidak mendengar sepatah kata dari pria itu, dia hanya melihatnya terus menerus membuang nafas berat.

“bisakah aku berbicara berdua dengan Soojung?” Pintanya dan langsung ditanggapi dengan gelengan kepala oleh Sehun.

“tidak. Jika ini masalah penting aku akan ikut mendengarkan!” Tolak Sehun, Soojung hanya diam mendengar pertikaian kedua pria itu. Lagipula dia tidak tau harus mengatakan apa saat ini, terlalu terkejut melihat pria itu menyambangi rumahnya dalam keadaan yang tidak baik.

“Oh Sehun—”

“sekali tidak, tetap tidak Kang Minhyuk!” Seru Sehun kesal, mengapa pria itu sulit sekali mendengarkan ucapannya. Karena merasa tidak berguna akhirnya pria itu mendesah dan mengangguk kecil. Kepalanya kemudian menoleh ke arah Soojung dan menatap gadis itu penuh harap.

“bisakah kau membantuku?” Tanya Minhyuk pada Soojung, gadis itu mengangkat alisnya tidak mengerti, dia melirik Sehun sejenak kemudian kembali menatap Minhyuk.

“kau ingin aku membantumu apa? Jika aku bisa melakukannya akan kulakukan” Jawab Soojung masih dengan penuh kebingungan, sementara Sehun sudah memicingkan matanya menatap Minhyuk tajam. Dia seolah-olah siap untuk menerkam pria itu jika sedikit saja membuat kesalahan dan itu membuat Minhyuk sedikit gusar ditempatnya.

“aku pernah mengatakan kalau ibuku mencoba untuk menjodohkanku dengan anak temannya kan?” Tanya Minhyuk, Soojung menganggukan kepalanya. Bagaimana bisa dia melupakan hal yang menyebalkan seperti itu. Tentu saja dia mengingatnya.

“ibuku sudah sangat ingin melihatku menikah dan karena aku belum membawakan calon padanya jadi dia memutuskan untuk menikahkanku dengan salah satu gadis pilihannya” Soojung tercekat saat mendengarkan penjelasan Minhyuk, matanya melebar tidak percaya. Apa pria itu akan segera menikah? Lalu bagaimana nasibnya setelah itu? Dia mencintai pria itu selama 3 tahun tanpa henti dan dia ditinggalkan begitu saja.

“dengar dulu—” Sergah Minhyuk saat melihat Sehun sudah berancang-ancang bangun dari duduknya, dia menatap Sehun lekat seakan menyuruh pria itu untuk kembali duduk. Kembali tatapannya mengarah pada Soojung, gadis itu hanya terpaku ditempatnya dan Minhyuk tau perasaannya saat ini bagaimana.

“aku tidak ingin menikah dengan pilihan ibuku, aku menolaknya tapi dia bersikeras untuk menikahkanku. Aku sama sekali tidak bisa menghindar, kecuali aku membawa calonku sendiri dihadapan orang tuaku dan saat ini hanya kau yang bisa membantuku” Jelas Minhyuk dengan cepat, Sehun sebenarnya sudah berang ditempatnya tapi dia tidak mau mengambil tindakan implusif. Lagipula belum semua penjelasan Minhyuk yang dia dengar.

“tapi kenapa aku?” Tanya Soojung dengan suara pelan, perasaannya sedikit lega saat mendengar Minhyuk tidak ingin menikah dengan pilihan ibunya tapi sebagian hatinya merasa waspada kalau permintaan Minhyuk itu tidak akan baik untuknya.

“hanya kau wanita disekitarku dan aku percaya padamu. Aku tidak punya teman wanita yang lain selain Suzy dan jelas aku tidak mungkin meminta bantuan Suzy sekarang ini. Hanya kau harapanku, mau membantuku?” Jawab Minhyuk, dia menatap Soojung memohon. Meminta gadis itu untuk membantunya melalui tatapan matanya.

“aku bisa membantumu seperti apa?” Tanya Soojung waspada, Minhyuk menarik nafasnya panjang dan membuangnya dengan berat.

“aku akan membawamu kepada ibuku, kita akan mengaku sebagai pasangan dan aku telah melamarmu, bantu aku sampai ibuku membatalkan perjodohannya” Soojung membatu ditempatnya, mendengar permintaan Minhyuk yang begitu mustahil ditelinganya. Mengaku sebagai pasangan yang akan segera menikah? Bagaimana bisa pria itu meminta dengan gamblangnya, sementara dia tau perasaan Soojung saat ini. Bukankah ini menyakitkan.

“sialan kau!” Sehun berseru dengan marah, dia berdiri dengan cepat dan menatap tajam Minhyuk, “kau meminta Soojung untuk menjadi pasangan pura-puramu untuk menyingkirkan perjodohan sialan itu? Kau gila! Aku tidak akan menyutujuinya” Teriak Sehun murka, Soojung terdiam ditempatnya. Ya, Sehun benar. Secinta apapun gadis itu pada Minhyuk, tapi dia akan menolak permintaan kali ini, sudah cukup kesakitan yang didapatnya selama mencintai pria itu. Jangan lagi dia merasa sakit karena hal ini.

“apa yang salah dengan permintaanku?” Tanya Minhyuk dengan bingung, dia benar-benar tidak mengerti salah dari permintaannya itu apa. Lagipula lebih baik jika Soojung yang menjadi pasangannya, jelas dia juga menaruh hati pada gadis itu.

“tentu saja salah karena dia mencintaimu brengsek!” Pekik Sehun, saat ini tangannya sudah sangat gatal untuk meninju Minhyuk tapi dia tahan. Setidaknya dia tidak akan melakukan itu di hadapan Soojung, dia tidak ingin menyakiti gadisnya.

“tapi—aku—”

“keluar dari sini sebelum kesabaranku habis” Desis Sehun menatap tajam pria itu, Minhyuk gelagapan tidak menyangka bahwa pemintaannya itu membuat Sehun dan Soojung bisa berpikiran seperti ini.

“maksudku tidak seperti itu, kau tau aku juga—” Ucapan Minhyuk terhenti saat melihat Soojung tiba-tiba beranjak dari kursinya dan menatapnya dengan tatapan datar.

“maafkan aku, aku tidak bisa oppa. Pulanglah, aku ingin istirahat” Gumam Soojung pelan lalu meninggalkan kedua pria itu, Sehun mendengus lalu menghampiri Minhyuk.

“aku sangat ingin menghancurkan wajahmu saat ini! Jadi sebelum itu terjadi keluar dari sini dan jangan pernah menemui Soojung lagi” Ucap Sehun dengan wajah yang merah menahan amarahnya. Tatapannya tajam membuat Minhyuk mendesah panjang.

“maaf, tapi sungguh kalian salah paham”

“keluar” Minhyuk tersenyum miris lalu beranjak dari tempatnya duduk, dia berjalan meninggalkan Sehun yang masih diselimuti amarahnya tersebut dan sebelum dia keluar dari rumah itu dia menoleh untuk menatap Sehun yang masih mengawasinya.

“Sehun, sungguh aku juga mencintai Soojung” Gumamnya dengan suara pelan namun dia sangat yakin jika Sehun dapat mendengarnya karena sebelum dia berbalik dan keluar dari pintu rumah itu dia sempat melihat raut wajah Sehun yang terlihat shock. Setidaknya perasaannya bisa tersampaikan melalui Sehun pada Soojung jika setelah ini Soojung benar-benar tidak ingin melihatnya lagi dan sepertinya dia harus siap untuk dinikahkan oleh ibunya.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Jiwon mendengus, wajahnya sudah tertekuk saat ini. Hari sudah hampir gelap saat dia menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah villa yang dulu sering didatangi bersama keluarganya. Dia menoleh pada Suzy yang malah terdiam ditempatnya menatap lurus villa tersebut.

“eonni! Aku ingin masuk dan memberi pelajaran pada pria itu” Seru Jiwon menggebu-gebu membuat Suzy tersentak pelan karena melamun dan melihat Jiwon dengan alis terangkat.

“kau akan menghancurkan momen kami jika kau ikut masuk” Gumam Suzy membuat Jiwon mengerucutkan bibirnya kesal.

“jadi kau mau menyuruhku untuk tinggal di dalam sini dan menunggu kalian saling melepas rindu, begitu?” Tanya Jiwon ketus, Suzy tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya.

“tepat sekali. Tapi sepertinya kami tidak hanya akan saling melepas rindu. Kau tau, masalah kami belum selesai” Jelas Suzy, Jiwon menghela nafasnya panjang. Benar juga kata Suzy, jika dia ikut masuk untuk bertemu dengan Myungsoo, yang ada dia akan jadi penghalang dan masalah mereka berdua tidak akan selesai. Jadi membiarkan mereka berdua dan berbicara dari hati ke hati sepertinya pilihan yang harus dia ambil saat ini.

“baiklah, tapi aku harap kalian tidak memutuskan hubungan kalian” Jawab Jiwon dengan menatap Suzy nanar.

“Jiwon, aku juga tidak tau apa yang akan aku lakukan jika bertemu dengan kakakmu nanti. Kau tau aku masih sangat merasa bersalah padanya dan masalah hubungan kami—heh—” Suzy menundukan wajahnya dengan helaan nafas panjang yang keluar dari bibirnya, melihat itu Jiwon jadi cemas dan menangkup kedua tangan Suzy.

“eonni, aku sungguh percaya padamu” Ucapnya dengan mata yang mengerjap menatap Suzy penuh harap, Suzy tersenyum kecil dan mengangguk seolah mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Jiwon saat ini.

“aku akan lakukan sebisaku” Gumamnya pelan, Jiwon mendesah berat lalu dia mengangguk mengerti. Membiarkan Suzy membuka pintu mobil dan turun, namun dia seolah mengingat sesuatu langsung mencekal tangan Suzy menahannya untuk tidak keluar dari mobil dulu.

“apa lagi?”

“tolong bantu aku, karena aku tidak bisa masuk ke dalam dan memberi pria itu pelajaran jadi gantikan aku oke?” Pinta Jiwon, Suzy mengangkat alisnya sejenak menatap gadis itu dan setelah Jiwon mengungapkan permintaannya dia langsung mengangguk mengerti.

“aku juga ingin melakukan itu tadi” Ucapnya membuat Jiwon melebarkan matanya tidak percaya.

“aku akan menunggu disini, aku siap mengantarmu kembali pulang ke Seoul setelah bertemu dengannya” Ucap Jiwon, Suzy tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya lalu meninggalkan Jiwon sendiri di dalam mobilnya dengan pandangan menerawang ke arah punggung Suzy yang perlahan menjauh.

Kaki Suzy terhenti tepat di depan pintu, matanya menerawang menatap lurus pada pintu tersebut berharap bahwa pandangannya bisa menembus pintu itu dan bisa melihat situasi ruangan yang berada dibaliknya, namun usahanya sia-sia karena dia bukanlah seorang yang memiliki kekuatan supranatural seperti itu, dia hanya seorang gadis biasa.

Dengan helaan nafas panjang, Suzy memejamkan matanya. Menyiapkan semua kata-kata yang telah dirangkainya selama perjalanan ke tempat ini untuk disampaikan pada pria itu.

Setelah menetapkan hatinya, tangan halusnya terangkat untuk mengetuk pintu tersebut. Kepalan jari-jarinya beradu dengan daun pintu sehingga menimbulkan bunyi ketukan yang cukup halus dan pelan namun dia yakin jika suaranya akan terdengar dari dalam.

Hanya dua kali dia memberi ketukan di pintu itu dan menunggu dengan gusar sampai pintu tersebut terbuka, kedua tangannya tertaut dengan erat saat dia bisa mendengar dengan samar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Pintu ini akan segera terbuka dan jelas dia harus menyiapkan mentalnya agar tidak langsung bersikap implusif dengan menarik pria yang dirindukannya itu masuk ke dalam pelukannya.

Matanya langsung berlari mencari sosok pria yang ditunggu-tunggunya saat daun pintu tersebut perlahan mengayun kebelakang. Angin pantai yang menerpa wajahnya seakan tidak terasa saat matanya berhasil menangkap sosok itu, sosok pria yang menghilang hampir 2 pekan, pria yang membuatnya terus merasakan gejolak kerinduan yang tak tertahankan selama kepergiannya. Dan melihat pria itu tepat berdiri dihadapannya saat ini membuat segala perasaannya seakan tertumpah ruah, cinta, rindu, lega, marah, kesal dan masih banyak emosi yang bercampur aduk yang sedang berpesta di dalam relung hati serta otaknya saat ini.

Mata Suzy terasa perih saat terpaan angin menerjang wajahnya, menatap dalam diam pria itu seolah menyampaikan segala emosi yang dimilikinya saat ini dan tanpa disadarinya air matanya terjatuh menghiasi wajahnya. Kepalanya tertunduk untuk mencari sandaran saat merasakan tangan pria itu menarik tubuhnya untuk mendekat masuk ke dalam dekapannya.

“ke—kenapa begitu lama?” Suzy terisak tanpa suara saat dia semakin membenamkan wajahnya ke dada pria itu, pertanyaan itu dia abaikan karena dia tau dengan pasti bahwa saat ini keduanya sama sekali tidak membutuhkan kata-kata apapun untuk memulainya. Mereka hanya memerlukan perasaaan rindu yang sudah mendekam di dalam diri mereka masing-masing tersalurkan sebagaimana mestinya, pelukan yang begitu hangat akhirnya bisa dirasakannya lagi setelah berhari-hari merindu. Diantara keheningan yang tercipta, Suzy merasakan kenyamanan menyelimuti seluruh tubuhnya saat ini, dan hanya beberapa saat dia akan membiarkan dirinya bersandar pada rasa nyaman yang ditawarkan oleh pria tersebut.

xxx

Jiwon mengigit bibirnya gusar, sudah lebih dari 30 menit sejak Suzy masuk ke dalam cottage kakaknya tapi sampai saat ini sama sekali tidak ada tanda bahwa gadis itu akan keluar darisana seperti yang diperkirakannya. Jiwon terpekur saat merasakan keharuan yang mendalam saat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kakaknya dan Suzy saling berpelukan penuh rindu tadi dan menyadari bahwa keduanya benar-benar memiliki perasaan yang sangat kuat membuat Jiwon merasa begitu bahagia.

Meskipun Myungsoo adalah kakak kandungnya tapi dia lebih memilih berada dipihak Suzy karena bagaimanapun gadis itu sudah terlanjur bisa meluluhkan hati Jiwon, apapun keputusan yang diambil oleh Suzy saat ini dia akan tetap mendukung Suzy, berpisah ataupun tidak Suzy tetaplah kakak perempuan yang didambakannya.

Ponselnya yang bergetar membuat Jiwon harus melenyapkan segala macam konspirasi yang terjalin antara hati dan otaknya, dia meraih benda pipih tersebut dan membaca pesan yang dikirim untuknya.

Kau di mana?

Aku membutuhkanmu.

Mata Jiwon terbelalak saat membaca pesan tersebut, pasalnya isi pesannya benar-benar cukup mustahil untuk dilakukan oleh sang pengirim. Hatinya kini berkecamuk, antara menemui sang pengirim pesan atau tetap ditempat ini dan menunggu Suzy.

“bagaimana jika dia akan tinggal?” Gumam Jiwon bermonolog pada dirinya sendiri, memikirkan haruskah dia tetap menunggu di sini sementara dia sama sekali tidak mengetahui apapun yang terjadi di dalam sana. Bagaimana jika Suzy memutuskan untuk tetap menjalin hubungan dengan kakaknya dan dia memilih untuk tinggal bersama kakaknya?

“tapi bagaimana kalau dia malah ingin pulang?” Batinnya kembali berkocol dengan hal-hal yang membuatnya bimbang. Salahnya karena tidak memastikan apa yang diinginkan Suzy atas hubungannya dengan kakaknya sebelum benar-benar melepas gadis itu untuk bertemu dengan Myungsoo. Sekarang dia jadi serba salah dan bingung harus bertindak seperti apa.

Aku berada di Paju.

Apakah benar-benar penting?

Tidak ada pilihan lain selain membalas pesan tersebut dan menanyakan tingkat prioritas kebutuhan sang pengirim akan dirinya, jika memang masalah tersebut tidak begitu penting dia telah memutuskan untuk tinggal dan menunggu Suzy tapi jika itu benar-benar penting—

Aku sangat membutuhkanmu. Sekarang.

Jiwon mendesah berat, dalam hati dia memanjatkan ribuan permintaan maaf pada Suzy karena hatinya yang memenangkan pertarungan ini. Dengan gerakan yang handal Jiwon menjalankan mobilnya dan memutar balik untuk kembali ke Seoul setelah sebelumnya mengirim pesan ke Suzy kalau dia akan kembali ke Seoul tanpa menunggunya karena ada sesuatu yang penting untuk dilakukannya.

Hari sudah menjelang petang dan saat ini Jiwon masih berada di dalam perjalanan, dari Paju ke Seoul seharusnya hanya memakan waktu selama 90 menit namun karena kemacetan yang terjadi di jalan besar saat mobilnya hampir memasuki wilayah Seoul dia terpaksa terlambat setengah jam lebih lama.

Dan akhirnya setelah menempuh perjalanan nonstop selama 2 jam, Jiwon bisa bernafas lega saat mobilnya terlepas dari kemacetan. Dengan kecepatan sedang dia segera memacu mobilnya menuju ke kompleks apartemen yang cukup mewah.

“astaga, bagaimana jika paparazi melihatku?” Pekik Jiwon tercekat saat mobilnya sudah berada di parkiran salah satu gedung apartemen yang berada di daerah Gangnam tersebut, dengan panik dia segera mencari segala macam benda yang mungkin bisa membantunya untuk menutup wajahnya.

Seruan Jiwon tidak dapat tersembunyi saat dalam dashboard dia menemukan sebuah topi baseball yang diduganya adalah milik Myungsoo, memakai topi tersebut dan sedikit menaikkan kerah jaket miliknya dia segera keluar dari mobil untuk berjalan masuk menuju gedung apartemen.

“semoga tidak ada wartawan, jangan melihatku please” Lirih Jiwon saat berjalan dengan kepala tertunduk, dia sangat tidak ingin membuat breaking news saat ini karena kedapatan mengunjungi hunian milik salah satu public figur yang cukup famous di negaranya.

Saat kakinya sudah melangkah memasuki lift bagunan tersebut, barulah Jiwon bisa bernafas lega. Setidaknya di dalam apartemen ini sedikit lebih aman daripada diluar. Lift tersebut membawanya ke lantai 15, tempat di mana pengirim pesan itu tinggal. Sebelum keluar dari lift, gadis itu terlebih dahulu memeriksa keadaan sekitar, setelah yakin bahwa koridor lantai tersebut sepi dia segera bergegas keluar dari lift dan menghampiri bilik apartemen yang ditujunya.

Alis Jiwon berkerut saat melihat pintu apartemen tersebut tidak tertutup dengan rapat dan dengan perlahan dia membuka pintu itu kemudian masuk ke dalam dengan langkah hati-hati. Matanya menyipit berusaha untuk melihat dalam kegelapan yang menyelmuti ruangan tersebut, kakinya melangkah ke ujung ruangan yang terlihat pancaran cahaya yang cukup temaram di sana dan nafasnya tertarik panjang saat menemukan seorang pria tengah duduk sembari meletakkan kepalanya di atas meja pantri.

“Sehun oppa?” Jiwon mendekat dan menepuk pundak pria itu sehingga membuatnya tersadar, dia melihat Jiwon dan tersenyum kecil.

“kau datang”

“astaga! Kenapa wajahmu seperti ini?” Jiwon menyentuh lebam yang tercipta di wajah tampan pria itu dan dia meringis kecil saat melihat wajah kesakitannya, Sehun tersenyum dan mengusap tengkuknya dengan wajah yang kikuk.

“kau bisa mengobatinya?” Pinta Sehun, Jiwon menyipitkan matanya menatap Sehun kemudian segera berlari meninggalkan Sehun, namun baru beberapa langkah dia kembali dengan menekuk wajahnya.

“di mana kotak obatnya?” Tanya Jiwon kesal karena merasa bodoh saat ini membuat Sehun terkekeh lalu tangannya terangkat untuk menepuk sebuah kotak yang berada di meja pantri yang terletak tepat di hadapannya. Jiwon mendengus lalu melangkah mendekati Sehun.

“aku sudah mengambilnya lebih dulu sebelum kau datang” Ucap Sehun masih tertawa kecil, Jiwon mendengus kemudian mengambil kapas serta alkohol dan mulai membersihkan wajah lebam Sehun tanpa suara.

“aish, sakit”

“tahanlah, kau ini pria! Memangnya kenapa sih wajahmu bisa seperti ini” Omel Jiwon tanpa menghiraukan ringisan kesakitan Sehun, dia kemudian mengambil salep pereda lebam dan penghilang rasa sakit lalu mengoleskannya ke wajah Sehun.

“kau tau terkadang pria butuh adu tinju untuk mengetahui siapa yang lebih hebat” Ujar Sehun membuat Jiwon mendengus malas.

“lalu kenapa memanggilku? Kau bisa ke rumah sakit, kau tau aku sedang sibuk” Sehun menarik nafasnya lalu menggeleng pelan.

“tidak, bisa-bisa semua orang heboh jika melihatku ke rumah sakit dengan wajah seperti ini. Kau tidak lupa aku seorang idol kan?”

“kau bahkan bisa mengobatinya sendiri Oh Sehun! Ck, aku bikir sesuatu yang benar-benar penting” Delik Jiwon memutar bola matanya, bersamaan dengan itu dia telah selesai mengoleskan salep ke wajah Sehun.

“tapi aku ingin kau yang mengobatinya” Ucap Sehun menatap wajah Jiwon. Gadis itu sempat terkejut namun setelahnya dia mendengus dan menggeleng pelan.

“gombalanmu terlalu murahan untukku” Desis Jiwon membereskan semua peralatan yang dia gunakan untuk membersihkan wajah Sehun kemudian beranjak dari duduknya.

“sudah selesaikan? Aku akan pulang” Sehun berdecak kesal lalu menahan tangan Jiwon membawanya untuk kembali duduk dihadapannya.

“sebentar saja. Temani aku di sini”

“tidak bisa oppa, aku harus segera pulang. Orang tuaku pasti mencariku”

“aku akan memberitahu orang tuamu kalau kau akan pulang telat malam ini, jadi jangan pulang dulu. Aku kesepian” Ucap Sehun memelas menatap Jiwon berharap gadis itu mau menuruti keinginannya agar mau menemaninya malam ini, tapi bukannya anggukan kepalanya seperti yang diharapkannya, gadis itu malah memasang wajah jijiknya menatap Sehun.

“aku tidak percaya jika ada seorang idol bisa memohon pada seorang gadis biasa” Sindir Jiwon membuat Sehun tertawa kecil.

“tapi idol itu berada dihadapanmu sekarang manis” Ucap Sehun sembari mengedipkan sebelah matanya membuat Jiwon mendelik kepadanya.

“hanya sampai jam 9, aku benar-benar harus pulang” Ucap Jiwon akhirnya, dia juga ingin mendengar cerita mengapa wajah tampan pria itu sampai menjadi bonyok seperti ini. Pasti dia sedang ada masalah sehingga membuat keributan seperti ini.

“jadi, apa kau sudah makan malam?” Tanya Sehun dengan senyum lebarnya, Jiwon menggelengkan kepalanya mengingat sejak tadi dia hanya menghabiskan waktunya diperjalanan. Bahkan dia tidak sempat untuk mampir membeli makanan.

“aku akan memesan pizza dan ayam goreng. Aku harap kau suka” Sehun beranjak dari kursinya dan menatap Jiwon antusias.

“aku suka makan apapun” Ucap Jiwon sekenanya membuat Sehun berseru pelan lalu berlari kecil ke dalam kamarnya untuk mengambil ponselnya. Sementara Jiwon beranjak dan menghampiri sofa di apartemen tersebut dan mendudukan dirinya di sana.

“Jiwon, kau ingin minum sesuatu juga?” Sahut Sehun dari arah balkon, pria itu masih dalam sambungan telepon pada pemilik restoran.

“tidak, aku akan menyetir jadi aku tidak akan minum” Jawab Jiwon sembari tangannya meraih remot tv dan menyalakan benda pipi berbentuk persegi panjang berukuran besar di hadapannya itu.

“oh ayolah, aku yang akan mengantarmu dan biarkan mobilmu di sini. Oke?”

“tidak oppa”

“setidaknya temani aku minum, kau tau terlalu banyak masalah akhir-akhir ini dan kepalaku pasti akan segera pecah kalau tidak melakukan penyembuhan” Bujuk Sehun lagi, pria itu sudah berada di sampingnya dan menatapnya memohon. Jiwon menghela nafasnya kemudian mengangguk.

“baiklah, tapi jangan memesan terlalu banyak” Ucap Jiwon menyetujui seketika senyum Sehun mengembang lalu menambah pesanannya.

“mereka mengatakan 20 menit lagi akan sampai” Ucap Sehun, Jiwon menganggukan kepalanya mengerti dan menatap lurus kearah tv. Menonton sambil menunggu pesanan mereka datang sepertinya tidak terlalu buruk dan sekarang Sehun juga sudah ikut tenggelam untuk menyaksikan sebuah film yang terputar di salah satu channel international di tv. Mereka menonton dalam diam.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Kedua tangan Suzy saling bertautan, entah sudah berapa lama semenjak dirinya duduk di atas sofa itu namun yang dia tau sejak tadi sama sekali tidak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya maupun dari pria yang sekarang sedang duduk dihadapannya. Dia melarikan bola matanya untuk mengintip kepada Myungsoo sekilas kemudian kembali menunduk, entah mengapa dia merasa kecanggungan sedang menyelimuti mereka berdua saat ini. Dia tau tujuannya ke tempat ini untuk apa dan semua kata-kata yang telah dirangkainya seolah menguap saat bertemu dengan pria itu.

“Maaf—” Suzy menarik nafasnya panjang kemudian dia memberanikan dirinya untuk menatap wajah Myungsoo saat ini.

“Maafkan aku Suzy” Ulang Myungsoo lagi, Suzy terhenyak sejenak kemudian dia tersadar dan menggelengkan kepalanya singkat. Seharusnya yang meminta maaf adalah dirinya, dialah penyebab kekacauan ini terjadi, namun tenggorokan Suzy terlalu kering untuk membuka suaranya dia hanya mampu menatap Myungsoo dengan tatapan sendunya.

Sementara Myungsoo merasakan kegusaran melanda dirinya saat tidak mendapat respon apapun dari gadis itu, dia menghela nafasnya panjang lalu tersenyum miris, “aku tau—aku pergi meninggalkanmu dan aku tau itu tidak termaafkan—tapi—”

“tidak—” Ucapan Myungsoo terhenti saat mendengar Suzy menyelanya, gadis itu berdehem pelan kemudian tersenyum kecil tidak membenarkan perkataan Myungsoo.

“aku mengerti mengapa kau memilih pergi dan aku sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Aku—aku yang seharusnya meminta maaf padamu—karena aku, kau tidak bisa—” Suara Suzy teredam saat isakan kecil lolos dari bibirnya yang bergetar, sungguh tidak sanggup mengungkapkan segala perbuatannya yang menyebabkan Myungsoo harus kehilangan mimpinya.

Melihat Suzy menangis, Myungsoo langsung merengsek dari tempatnya duduk dan bersimpuh dihadapan Suzy memegang kedua tangan gadis itu.

“tidak seperti itu—jangan berpikir bahwa aku menyalahkanmu atas kecelakaan itu, bukan itu yang membuatku pergi” Bisik Myungsoo pelan berusaha agar Suzy dapat menghentikan isakannya karena jujur dia tidak bisa menahan kekesalan pada dirinya sendiri jika melihat air mata gadis itu, terlebih semua karena dirinya.

“aku yang melakukannya Myungsoo—bagaimana bisa—”

“hei, jangan menangis—itu hanya sebuah kecelakaan. Aku tau, kau juga pasti tidak ingin itu terjadi tapi semuanya sudah rencana tuhan. Dan kita tidak bisa menghindarinya, semuanya telah terjadi. Alasan yang membuatku pergi bukanlah karena kau” Myungsoo menangkup wajah Suzy dan menghapus air mata gadis itu, dia tidak tau sebanyak apa air mata yang dikeluarkan gadisnya selama dia pergi saat ini dan mengingat bahwa dia tidak berada disisi Suzy membuatnya sesak.

“apa—apa karena ibuku?” Lirih Suzy tercekat diantara isakannya, tangan Myungsoo yang berada di wajah Suzy menegang sejenak namun dia kembali merilekskan dirinya, dia tersenyum kecut tidak menjawab pertanyaan tersebut membuat Suzy meringis pelan.

“maafkan ibuku, dia—dia sudah melakukan hal yang buruk padamu, aku—dia pasti tidak termaafkan. Aku bahkan tidak bisa memaafkan kata-katanya padamu, maafkan aku—”

Myungsoo tidak membalas racauan Suzy, dia hanya terdiam sembari terus menyela air mata Suzy yang berjatuhan dipipinya. Dia menatap gadis itu penuh penyesalan.

“ini sudah berakhir bukan?” Suara Suzy tidak begitu jelas namun Myungsoo dapat mendengarnya dan mengerti dengan pertanyaan tersebut, dia menggelengkan kepalanya dan menumpukan tangannya di atas kedua tangan Suzy menatap gadisnya dalam.

“tidak, baiklah—aku pergi memang karena apa yang dilakukan ibumu padaku. Aku—aku bukan membencinya atau membencimu, sungguh. Aku hanya merasa terbebani jika melihatmu. Maafkan aku” Lirih Myungsoo, suaranya sarat akan kelelahan dan Suzy sangat menyadari hal tersebut. Dia meletakkan tangannya di atas kepala Myungsoo dan menatap penuh keyakinan pria tersebut.

“aku ingin berpisah” Gumam Suzy pelan membuat Myungsoo mengerjapkan matanya, menatap Suzy tidak percaya yang mengeluarkan kata-kata yang begitu menyesakkan dadanya.

“apa?”

“aku rasa aku berbicara dengan jelas, aku ingin berpisah Myungsoo” Ulang Suzy lagi, kini dengan suara yang lebih jelas dan keras. Myungsoo menggelengkan kepalanya dengan kuat dan tertawa miris, kepalanya menunduk sehingga dahinya menyentuh lutut Suzy kemudian dia bergumam kata tidak pada gadis itu.

“Myungsoo, aku tau kau juga menginginkan ini”

“tidak, aku sungguh mencintaimu. Jangan lakukan ini kumohon” Bisik Myungsoo masih meletakkan kepalanya di atas lutut Suzy sementara tangannya meremas tangan Suzy menandakan bahwa dia merasakan sesak saat gadis itu mengatakan permintaannya.

“kau menginginkannya, berpisah denganku” Desak Suzy lagi sehingga membuat Myungsoo mengangkat kepalanya menatap Suzy penuh penyesalan dan dengan tatapan itu Suzy yakin semuanya telah berakhir. Dia beranjak dari sofa membiarkan Myungsoo hanya terdiam menatapnya dengan tatapan nanar.

“sayang—kumohon, aku mencintaimu” Suzy memejamkan matanya, keputusannya telah bulat tapi entah mengapa hatinya merasa sesak. Meninggalkan Myungsoo sama saja dengan membuat dirinya menderita, tapi jika dia terus bersama pria itu dirinya akan terus dihantui rasa bersalahnya setiap waktu.

“maafkan aku Myungsoo” Bisik Suzy lalu melangkah berbalik untuk pergi, namun seruan Myungsoo menghentikan langkahnya.

“tunggu! Kau benar, aku—aku memang sempat menginginkan ini. Aku ingin melepasmu tapi sungguh bukan karena aku tidak mencintaimu lagi tapi aku melakukannya karena aku takut kau tidak akan menerimaku, aku tidak sempurna Suzy. Masih banyak laki-laki yang lebih baik dariku diluar sana, kau berhak mendapatkan yang lebih baik—” Myungsoo berbicara dengan satu tarikan nafas panjang dan tertahan karena tidak sanggup membendung butiran bening yang keluar dari sudut matanya.

“bodoh!” Suzy bergumam lirih kemudian membalikan badannya, matanya mencelos saat melihat Myungsoo di sana, hanya berjarak beberapa langkah darinya berlutut dengan kepala yang menengadah ke bawah dan kedua tangannya terkepal disamping tubuhnya, Suzy tercekat melihat penampakan pria itu saat ini.

“maafkan aku kumohon dan jangan tinggalkan aku” Lirih Myungsoo tercekat, meskipun tidak dapat melihat wajah pria itu, Suzy yakin jika Myungsoo saat ini tengah menangis.

“oh Myungsoo—” Suzy berlari kecil menghampiri Myungsoo dan ikut bersimpuh dihadapan pria itu, menarik leher pria itu untuk masuk ke dalam pelukannya dan menarik nafasnya panjang.

“aku minta maaf, maafkan aku—maafkan aku” Racau Suzy mengeratkan pelukannya, semua tekadnya seketika runtuh begitu saja saat melihat Myungsoo dengan pasrahnya berlutut hanya untuk memohon kepadanya, oh astaga! Dia terlalu mencintai pria untuk membiarkan pria itu harus berlutut kepadanya, dia bahkan tidak berhak untuk mendapatkan perlakuan seperti itu dari Myungsoo.

Kedua tangan pria itu terangkat untuk memeluk pinggang Suzy dan menyamankan kepalanya di dada gadis itu menikmati setiap bunyi detakan jantung Suzy yang membawa ketenangan untuknya.

“aku sudah mencobanya, tapi sungguh aku tidak bisa jika tanpamu” Lirih Myungsoo, Suzy menganggukan kepalanya dan mengusap punggung Myungsoo menandakan bahwa dia akan tetap disamping Myungsoo, tidak meninggalkan pria itu.

“jangan tinggalkan aku” Pinta Myungsoo lagi, Suzy melepaskan pelukannya dan menatap wajah Myungsoo yang basah. Gadis itu menunduk sedikit dan mendaratkan bibirnya ke kedua mata Myungsoo yang tertutup rapat.

“aku mencintaimu” Ungkap Suzy membuat Myungsoo tersenyum kecil dan perlahan membuka matanya, pancaran matanya kembali hidup saat menatap mata Suzy yang berbinar antusias. Kedua bibirnya kemudian terbuka dan menampilkan senyum lebarnya.

“aku bahagia” Bisiknya kemudian kembali memeluk Suzy dengan erat, seolah tidak ingin melepaskan gadis itu dari pelukannya. Dan mulai saat ini sebuah ikrar terucap dalam hatinya, bahwa dia tidak akan pernah melepaskan Suzy bahkan jika gadis itu memohon untuk dilepaskan. Tidak akan pernah.

xxx

Suzy duduk termenung di atas sofa ruang tengah sembari menunggu Myungsoo kembali dari dapur, tadi setelah menyelesaikan makan malam yang bisa dikatakan begitu mencekam itu mereka akhirnya memilih untuk duduk berdiam diri di ruang tengah cottage tersebut. Myungsoo menjatuhkan tubuhnya tepat disamping Suzy setelah tangannya dengan pelan meletakkan secangkir teh hangat untuk Suzy dan dirinya, dia tersenyum saat menggeser badannya dan berbalik menyamping untuk menghadap ke Suzy. Otaknya terus memompa untuk berpikir keras, bertanya-tanya seolah apa yang sedang dialaminya saat ini adalah sebuah mimpi atau kenyataan.

“berhenti menatapku seolah kau ingin memakanku Kim Myungsoo” Tegur Suzy saat meraih cangkir tehnya, Myungsoo terkekeh pelan lalu mendekat pada Suzy dan menyandarkan kepalanya ke pundak gadis itu.

“aku merindukanmu” Bisiknya pelan membuat Suzy tersenyum, tangan gadis itu terulur untuk meraih tangan Myungsoo dan menggenggamnya.

“tidak pernah dalam hidupku aku merasakan rindu yang sangat besar seperti ini Myungsoo, hanya padamu” Balas Suzy masih dengan tangannya yang bergerak pelang mengusap punggung tangan pria itu. Mengungkapkan kerinduan yang dialaminya selama 2 pekan terakhir tanpa kehadiran Myungsoo, dan pria itu harus tau sebesar apa rindu Suzy kepadanya.

Myungsoo hanya diam menikmati momen terindahnya bersama Suzy, dia tidak percaya jika masalah pelik yang mereka hadapi bisa selesai hanya dengan sekali bertemu dan itu tidak memakan waktu lebih dari satu jam untuk menyelesaikannya. Dia merasa bangga karena mencintai seorang yang cerdas dan dewasa seperti Suzy, merasa beruntung karena Suzy juga mencintainya, merasa bahagia karena setidaknya dia sudah menemukan belahan jiwanya.

Senyum Myungsoo meredup saat merasakan kehilangan, tangan Suzy berhenti mengusap punggung tangannya dan membuatnya mengernyit. Dia mengintip ke atas untuk melihat mata Suzy yang sedang terfokus ke lengan kanannya, sontak dia mengikuti arah pandang Suzy kemudian merasa tercekat dan segera menarik tangannya untuk bersembunyi kepunggungnya membuat Suzy mengerjapkan matanya.

“sayang, aku tidak apa-apa sungguh” Ucap Myungsoo yang kini sudah menegakkan badannya dan mengusap pipi Suzy.

“aku tau rasanya Myungsoo, meskipun kau sudah mengikhlaskannya tapi tetap saja rasa kecewa itu masih ada. Aku merasakannya saat ini” Gumam Suzy sendu, Myungsoo menggelengkan kepalanya kemudian menangkup wajah Suzy memaksa gadis itu agar menatapnya.

“hei, aku bukan kecewa kau tau. Aku malah bersyukur dengan semua takdir yang terjadi pada kita, jika aku tidak mengalami kecelakaan pada saat itu sudah jelas aku akan berada di London saat dan tidak akan bertemu denganmu dan kupastikan itu akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidupku” Ujar Myungsoo dengan penuh keyakinan membuat mata Suzy berkaca-kaca, dia terharu dengan ucapan Myungsoo yang seolah-olah mengagungkan pertemuan mereka berdua selama ini.

“tapi karena kecelakaan itu juga kau harus meninggalkan hidupmu, bermain biola” Bisik Suzy tercekat, Myungsoo menggeleng lalu mengusap wajah Suzy lembut, menatapnya penuh cinta. Setidaknya itu yang dirasakan Suzy saat ini.

“jika bayaran atas hal itu adalah dengan memilikimu aku rasa itu cukup adil” Balas Myungsoo. Kali ini Suzy tidak dapat membendung air matanya lagi, dan entah untuk keberapa kalinya gadis itu kembali mengeluarkan buliran bening tersebut membuat Myungsoo frustasi.

“hei, apa aku salah bicara? Jangan menangis” Suzy menggelengkan kepalanya dengan mata yang terpejam, saat dia membuka matanya pancaran sinar kebahagiaan timbul dari kedua bola mata berwarna cokelat miliknya.

“aku bahagia, aku bahagia Myungsoo” Ucap Suzy pelan membuat Myungsoo menariknya untuk masuk ke dalam sebuah dekapan yang begitu hangat dan nyaman. Myungsoo mengusap punggung Suzy dan sesekali mencium kepala gadisnya itu.

“aku bisa menginap di sini?” Tanya Suzy hati-hati membuat Myungsoo melepaskan pelukannya dan menatap Suzy dengan alis terangkat.

“tanpa meminta izinku kau bebas tinggal di sini, milikku adalah milikmu juga sayang” Bisik Myungsoo pelan, Suzy mau tak mau harus berusaha menyembunyikan raut wajah meronanya akibat perkataan yang terlalu manis keluar dari bibir Myungsoo. Oh sudahkah dia mengatakan bahwa dia merindukan panggilan sayang dari pria itu? Jika belum maka ingatkan jika dia sudah mengatakan saat ini dan jikalau sudah, dia tidak akan pernah bosan untuk mengatakan hal tersebut.

“aku ingin bertanya”

“apa?” Suzy menatap Myungsoo dengan pandangan penuh Tanya, apa yang ingin ditanyakan oleh pria itu kepadanya?

“kenapa kau begitu lama datang kemari? Aku yakin jika kau mengetahui tempat ini” Ungkap Myungsoo, Suzy tersenyum kecil dan menarik nafasnya panjang.

“aku tau kau membutuhkan waktu sendiri dan selama itu aku membiarkanmu mendapatkannya. Aku juga membutuhkan waktu untuk menata kembali diriku” Jawab Suzy pasti, “lagipula aku pernah menelponmu tapi kau malah mengabaikannya” Sambungnya dengan wajah tertekuk, mengingat saat dia menelpon Myungsoo beberapa hari lalu membuatnya merasa kesal atas pengabaian pria tersebut.

“maafkan aku, aku terlalu lama berpikir sehingga tidak sadar jika panggilanmu berakhir. Tapi mengapa kau tidak menelpon balik? Kau tau aku menunggunya” Ucap Myungsoo penuh maaf, Suzy mencibir pelan kemudian menepuk lengan Myungsoo.

“eishh, seharusnya kau yang menhubungiku! Apa kode itu tidak cukup jelas untukmu? Aku juga menunggu” Gerutu Suzy masih dengan wajah tertekuk, menyadari kebodohan mereka berdua membuat Myungsoo mau tak mau terkekeh pelan.

“astaga! Kita sangat bodoh” Gumamnya tidak percaya dan tanpa sadar Suzy menganggukan kepalanya membenarkan segala perkataan Myungsoo.

Suzy menguap setelah mereka berlama-lama berbincang diruang tengah dan hal tersebut tidak luput dari perhatian Myungsoo, dia menjalarkan tangannya untuk mengusap kepala Suzy lembut.

“kau sudah mengantuk?” Suzy bergumam pelan dan menganggukan kepalanya, “kalau begitu ayo tidur, tapi kamar yang terbuka hanya satu. Selebihnya terkunci dan kuncinya ada di rumahku” Lanjut Myungsoo lagi seraya merangkul Suzy untuk membawanya ke kamar.

“atau aku bisa tidur di sofa, kau tidur di kamar” Suzy menggelengkan kepalanya lalu menyandarkannya ke dada Myungsoo, entah mengapa dia merasa sangat ingin bermanja-manja pada Myungsoo saat ini setelah melewati berhari-hari tanpa pria itu dan harus menanggung berbagai macam masalah yang melandanya. Dia hanya ingin Myungsoo memberikannya perhatian yang lebih.

“tidak apa-apa, kita bisa tidur bersama” Gumam Suzy dengan wajah terkantuk-kantuk tanpa menyadari seringaian dibibir Myungsoo tercipta akibat ucapannya tersebut.

“apa kau sedang merayuku sayang?” Bisik Myungsoo bersamaan dengan salah satu tangannya membuka kenop pintu kamar dan menghela Suzy untuk ke ranjangnya. Gadis itu menggumam pelan kemudian memukul dengan lemah dada Myungsoo.

“bukan waktunya untuk menjadi mesum, aku sungguh lelah. Ayo tidur” Gerutu Suzy, tubuhnya sudah terbaring sempurna di atas ranjang Myungsoo, setelahnya pria itu menyusul dan berbaring disamping Suzy.

“ck, tidur setelah menggodaku? Benar-benar luar biasa Bae Suzy” Rutuk Myungsoo saat mendengar dengkuran halus dari bibir Suzy, gadisnya langsung jatuh tertidur sesaat setelah kepalanya menyentuh bantal. Padahal saat ini Myungsoo merasakan ada perasaan aneh yang menggeliat dari dalam dirinya, apalagi menyadari Suzy berada disampingnya, di kamar dan di atas ranjang berduaan. Oh, paduan yang sangat sempurna!

“astaga! Bagaimana bisa tubuhku bereaksi disaat yang tidak tepat” Gumam Myungsoo pada dirinya sendiri merasakan gairahnya melambung hanya dengan memikirkan Suzy yang berbaring disebelahnya, dengan menarik nafasnya panjang dia berusaha untuk meredamkan segala macam kobaran api yang mungkin akan segera membesar di dalam dirinya. Setidaknya sampai Suzy meminta kepada dirinya, dia harus menahan apapun yang dirasakannya saat ini.

Dan saat kepalanya menoleh untuk menatap wajah Suzy, seluruh gairahnya tiba-tiba saja redup digantikan oleh perasaan lega dan tenang. Melihat wajah Suzy yang tertidur seperti gambaran bidadari yang kerap kali di bacanya di beberapa novel Jiwon yang dulu sempat dia baca di kala berada dalam rumah sakit. Tangannya terulur untuk merapikan anak rambut Suzy.

“kapan aku akan bosan melihat wajahmu sayang?” Myungsoo tersenyum geli akan tindakannya sendiri, dan mendekat untuk mengecup kening dan kedua pipi Suzy kemudian dia merapatkan dirinya kepada gadisnya itu. Satu yang diyakininya malam ini, tidurnya akan tenang dan nyenyak tanpa gangguan mimpi-mimpi buruk sialan itu lagi. That’s because of the power of Suzy, My Love.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

-TO BE CONTINUED-

Udah puas? Hahah kemarin kebanyakan minta konfliknya di stop aja meskipun ada satu dua orang yang minta lanjut dan mau FF ini lama kelarnya. Tapi sungguh aku tak sanggup! Makadari itu aku buat part seabsurd ini. Jujur, awalnya aku niat buat Suzy dan Myungsoo pisah tapi karena permintaan reader yang tidak ingin ada masalah berlanjut lagi jadi mereka gak dipisahin.

Hah, mau Tanya. Feelnya dapat gak, waktu pas Myungsoo dan Suzy ketemu? Terus waktu pas mereka bicara? Aku kok agak ragu ya, padahal udah berusaha semaksimal mungkin biar bisa ngefeel.

Eh, disini ada selingan pasangan Soojung-Minhyuk dan Sehun-Jiwon, maaf ya kalau mereka menginterupsi ditengah-tengah, soalnya kalau gak dimasukin di sini nanti masalah mereka gak kelar. Dan fix FF ini mungkin akan kelar sampai 20 atau jika overIDEA bakal sampai 21 paling banyak. Berdoa saja semoga aku lancar ngetiknya, karena sungguh aku sudah ngebet buat selesaikan Romeo.

Finally! Aku cuma mau bilang kalau laptopku udah kelar dan bersih. Meskipun folder FF” aku bisa diselamatkan tapi gak bisa semua diselamatkan, tapi aku bersyukur setidaknya ada beberapa yang bisa diselamatkan dari karya aku.

Oke do comment ya! Thank. xoxo.