CHAPTER 10 : Romeo & Rosaline “Because I Do”

Romeo & Rosaline || Author : elship_L || Cast : Kim Myungsoo, Bae Suzy, etc. || Genre : Sad, Romance || Rating : PG-17 || Type : Chapter

“Inspired by Shakespeare’s (Romeo & Juliet)”

CHAPTER 10

–Because I Do-

—————————-

Myungsoo melirik jam tangannya tepat ketika jarum pendek dan panjangnya tepat berada di angka 12, saat kakinya melangkah keluar untuk makan siang tiba-tiba Sunggyu memasuki ruangannya dan hampir saja menubruk tubuhnya kalau saja dia tidak menghindar dengan cepat.

“apa yang kau lakukan?” Tanya Myungsoo heran, Sunggyu hanya cengengesan sembari menggaruk kepalanya kikuk.

“Soojung di bawah—dia memintamu untuk menemuinya, katanya penting” Jawab Sunggyu membuat Myungsoo mendengus.

“heh, dia tidak pernah bosan menggangguku” Gerutunya malas namun pria itu tetap turun ke lobi untuk menemui gadis pengganggu itu. Dia bahkan sudah pasrah hidupnya tidak pernah tenang karena gadis itu selalu berada disekitarnya.

Saat kakinya berhasil menginjak lobi, dia langsung dapat menemukan sosok Soojung. Gadis itu sedang duduk disofa yang tersedia di bagian sayap kiri loby—yang khusus diletakkan untuk para tamu perusahaannya.

“seingatku hari ini kita tidak ada janji” Serbu Myungsoo langsung duduk dihadapan gadis itu, Soojung meliriknya kemudian tertawa kecil.

“aku tau seberapa besar kebencianmu padaku tapi bisakah kau sedikit saja berpura-pura untuk menyukaiku? Mengingat kita akan menjadi ipar sebentar lagi” Myungsoo memutar bola matanya malas, dia akui memang bahwa dia tidak menyukai Soojung—selain karena selalu membuatnya repot, gadis itu menyiksanya selama setahun belakangan untuk mengurus segala urusan pernikahan yang akan dia lakukan.

“cepat katakan apa keperluanmu? Aku lapar”

“aku akan berangkat hari ini” Mata Myungsoo langsung memicing menatap gadis itu.

“sudah pernah kukatakan bukan kalau aku akan pergi? Tenang saja hanya beberapa hari” Jelas Soojung lagi, Myungsoo memejamkan matanya sejenak kemudian menghela nafas panjang. Gadis itu tidak pernah berhenti membuatnya stress.

“kau benar-benar melakukannya? Dan meninggalkan segala urusan—sialan—pernikahan itu padaku?” Myungsoo melotot menatap Soojung, berharap gadis itu tidak benar pergi saat ini. Lagipula besok mereka harus survey gedung dan melihat hasil interior yang telah dipesan Soojung, dan itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan cepat. Mereka harus detail memeriksa tiap dekorasi yang ada, jangan sampai terdapat cacat atau sesuatu yang tidak diinginkan.

“aku benar-benar akan membawakan hadiah untukmu Myungsoo”

“tidak Soojung! Urus pernikahanmu sendiri, jangan bebankan padaku!”

“hanya tinggal sebulan Myungsoo dan besok adalah final checking untuk gedung serta gerejanya—setelah itu kau akan bebas” Ucap Soojung lagi menatap Myungsoo penuh harap, proses pernikahannya sudah 90% rampung, tinggal menyebar undangan yang telah mereka pesan pekan lalu serta final fitting baju pengantin untuk Wonho dan dirinya minggu depan, saat pria itu datang ke Korea.

“memangnya kau mau ke mana?” Tanya Myungsoo akhirnya, dari nada suaranya sepertinya dia sudah mengalah dan itu membuat Soojung tersenyum puas, “eh jangan katakan kau akan ke Jepang! Aku akan menghancurkan pernikahanmu jika kau melakukan itu!” Sambung Myungsoo cepat saat melihat senyum aneh diwajah Soojung. Gadis itu benar-benar rubah dan dia tidak akan termakan lagi dengan segala tipu muslihatnya. Bayangkan saja, bulan lalu saat Myungsoo sedang berseteru dengan pihak gereja masalah waktu pemberkatan pernikahan mereka, mencoba untuk memberikan pengertian bahwa pernikahan akan tetap dilaksanakan pagi hari sebelum pukul 8 sementara pihak gereja meminta pemberkatan dilakukan pukul 10 pagi, Soojung malah diam-diam terbang ke Jepang untuk mengunjungi Wonho. Gadis itu bahkan mematikan ponselnya dan itu membuat Myungsoo sangat geram.

“tidak—kau tidak perlu khawatir, aku akan ketempat di mana kau akan senang jika aku membawakanmu hadiah dari sana” Myungsoo berkerut bingung, perkataan Soojung benar-benar membingungkan dan dia sama sekali tidak mengerti maksud dari kalimat itu.

“ah pokoknya kau tetap harus melakukan tugasmu besok! Dan aku pastikan kau tidak akan menyesal melakukannya” Myungsoo menekuk wajahnya, Soojung memang selalu bisa membuatnya pasrah dengan segala perintahnya. Myungsoo cukup bingung mengapa Soojung yang dulu pertama kali dikenalnya adalah seorang gadis pemalu serta lembut kini berubah jadi wanita kasar dan tukang perintah. Ckck, everyone has changed!
“dan Myungsoo—aku membutuhkan imbalan untuk hadiahku nanti”

“mengapa harus? Aku tidak butuh hadiah darimu” Myungsoo mengangkat alisnya menatap sinis Soojung. Dia tidak perlu hadiah apapun dari Soojung karena apapun yang diberikan oleh gadis itu sudah jelas dia dapat membelinya.

“tentu harus, kau akan sangat menyesal jika menolaknya” Soojung tertawa meremehkan membuat Myungsoo semakin bingung, tingkah laku gadis itu semakin hari ternyata semakin aneh.

“aku tidak akan pernah menyesali apapun Jung Soojung!”

“oh tentu kau akan menyesal dan aku pastikan ini akan menjadi penyesalan terbesarmu selama kau hidup”

Setelah mengatakan kalimat mengerikan itu Soojung tertawa lepas kemudian beranjak dari sofa, dia bahkan tidak melirik untuk melihat reaksi tercengang dari Myungsoo. Hanya berlalu meninggalkan pria itu dengan sejuta pertanyaan di kepalanya.

“what’s wrong with that girl?”

###

“yak! Bagaimana?” Myungsoo menarik nafasnya malah lalu menenggelamkan dirinya di sofa, menatap malas Sunggyu yang sedang asyik menyaksikan tayangan di tv dengan dua macam snack di atas pangkuannya.

“I am done!” Desah Myungsoo panjang, jas kantor dan dasinya sudah terlampir di lengan sofa yang dudukinya, sementara dibadannya hanya menyisahkan kemeja putih yang kini sudah terlihat berantakan itu.

“serius? Kau bebas kalau begitu!” Seru Sunggyu melirik wajah Myungsoo, pria itu baru saja pulang dari gedung resepsi yang akan digunakan bulan depan dan itu tandanya bahwa segala macam penderitaannya telah berakhir di sini, selebihnya sudah menjadi urusan sang mempelai. Namun melihat wajah tertekuk Myungsoo sepertinya Sunggyu merasakan sesuatu yang tidak beres.

“hei! Jangan katakana rubah betina itu meminta sesuatu yang tidak masuk akal lagi Myung” Sahut Sunggyu menebak, untuk dua tahun belakangan Sunggyu telah mempelajari bahwa setiap Myungsoo memasang wajah cemberut dengan terus-terusan menghela nafas, tidak lain tidak bukan itu sudah pasti pekerjaan sang rubah betina—Jung Soojung. Hanya gadis itu yang mampu membuat Myungsoo kewalahan, sepertinya gadis itu belum selesai dengan segala aksi balas dendamnya pada Myungsoo.

“kali ini adalah yang terparah” Keluh Myungsoo menghempaskan kepalanya kebelakang, dia memijit pelipisnya yang terasa pening.

“aku tidak mengerti mengapa Wonho harus mencintai gadis gila itu!” Gerutunya lagi, mendengar umpatan Myungsoo mau tak mau Sunggyu hanya tertawa. Tidak jarang dia mendengar Myungsoo mengumpati Soojung, bahkan hampir tiap waktu dilakukannya. Di depan maupun dibelakang Soojung, tetapi yang masih tidak dimengerti olehnya adalah mengapa Soojung terlihat biasa-biasa saja saat mendnegar kata-kata kasar keluar dari bibir Myungsoo. Jelas gadis itu adalah gadis yang gila.

“apa yang dimintanya lagi?” Sunggyu sepenuhnya meninggalkan tontonannya di tv lalu menghadap ke Myungsoo.

“aku baru saja akan bahagia hyung saat keluar dari gedung sialan itu! Tetapi pesannya benar-benar membuatku muak” Sunggyu menganggukan kepalanya mengerti, astaga! Dia menjadi seseorang yang mendengarkan curhatan Myungsoo tentang kekejaman Soojung padanya, dan ini—bahkan dia tidak mengingat sudah keberapa kalinya Myungsoo curhat padanya.

“lalu apa yang pesan itu katakan?”

“awalnya dia hanya memberi kabar kalau dia telah tiba dengan selamat—dan yeah aku sedikit menyesal kenapa dia harus selamat!” Jelas Myungsoo sedikit menambahkan bumbu sarkastik di akhir kalimatnya, Sunggyu tertawa dan menyuruh Myungsoo untuk tetap melanjutkan ceritanya.

“aku tidak berniat untuk membalasnya tapi kemudian pesannya kembali masuk—heh, dia meminta hadiah pernikahan padaku hyung” Sunggyu mengerutkan keningnya bingung, bukankah hal itu wajar? Lagipula Myungsoo adalah saudara dari calon pengantinnya sudah pasti dia harus memberikan hadiah pernikahan untuk mereka karena jelas Jinyoung juga pasti akan melakukannya.

“bukankah sudah seharusnya seperti itu Myung? Berikan saja—”

“kau tidak tau apa yang dimintanya! Benar-benar tidak masuk akal”

“memangnya apa?” Myungsoo melirik Sunggyu kemudian mendengus kesal, membaca pesan Soojung saat itu sama saja seperti terjatuh dari lantai teratas kantornya. Sungguh diluar perkiraan.

“dia meminta aku membiayai honeymoonnya selama sebulan penuh dan itu di Hawaii! Astaga demi tuhan Hawaii! Dia pikir aku ini pohon uang!” Teriak Myungsoo frustasi, Sunggyu hanya mampu menganga—Hawaii, meskipun Myungsoo salah satu CEO dari perusahaan terbaik di Korea tetap saja dia tidak akan mampu melakukannya. Biaya hidup disana cukup mahal apalagi untuk sebulan.

“Soojung benar-benar tidak waras Myung. Aku turut prihatin pada Wonho” Sunggyu menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa bersyukur karena tidak harus jatuh hati pada gadis itu.

“ya maka dariitu aku sangat stress! Memangnya aku siapa? Kakaknya bukan, ayahnya bukan, suaminya apalagi!”

“kenapa kau tidak tolak? Kalau mau honeymoon ditempat sejauh itu suruh saja dia minta sama Wonho” Sulut Sunggyu, dia juga seakan merasakan kefrustasian Myungsoo.

“itu dia masalahnya—aku sudah menolaknya tapi dia bahkan tidak menggubrisku” Gerutu Myungsoo, kepalanya kembali terhempas dan memejamkan mata. Sepertinya dia harus menenangkan diri sebelum benar-benar meledak! Segala bentuk penyesalan hadir di dalam pikirannya, mengapa harus Wonho yang menikahi gadis itu. Dia bahkan tidak pernah berpikir akan menjadi saudaranya, Soojung sangat—sangat menyebalkan.

“aku rasa kau butuh tidur—untuk mendinginkan kepalamu” Ucap Sunggyu, Myungsoo hanya menggumam pelan dengan beranjak dari sofa, berjalan lunglai menuju kamarnya. Hari yang melelahkan untuknya.

#

Myungsoo melenguh merasa tidak nyaman dengan tidurnya, matanya terbuka dan melirik jam di nakas. Pukul 4 pagi, dengan helaan nafas Myungsoo beranjak memperhatikan keadaannya. Dia bahkan tidak sempat mengganti pakaiannya untuk tidur, masih setia dengan kemeja dan celana kantornya, beruntung dia membuka sepatu saat memasuki apartemennya semalam.

Dengan malas Myungsoo menuruni ranjangnya kemudian memasuki kamar mandi yang tersedia di dalam kamarnya sendiri. Meskipun masih pagi buta tapi matanya sudah terbuka nyalang, Myungsoo adalah salah satu yang akan langsung terjaga sekali tidurnya terganggu dan meskipun sudah mencoba untuk kembali tidur dia tidak akan bisa melakukannya.

Setelah selesai, pria itu keluar dari kamar mandi dengan pakaian santainya. Wajahnya bahkan sudah terlihat lebih segar, pertanda bahwa Myungsoo baru saja menyelesaikan mandinya. Saat hendak berjalan keluar kamar untuk ke dapur dan mengisi perutnya yang keroncongan—mengingat semalam dia tidak makan akibat stress yang melandanya—bunyi dentingan pesan line berbunyi dari ponsel miliknya.

Myungsoo mengerutkan keningnya bingung, sepagi ini siapa yang mengirim pesan padanya?

Dengan malas dia kembali ke ranjang dan menarik asal ponselnya, mengutak-atik layar datar itu sembari berjalan kedapur. Alisnya kembali bertaut saat melihat id Soojung di urutan teratas daftar chatnya.

“apa gadis ini tidak tidur? Pagi-pagi buta sudah mengganggu” Gerutu Myungsoo, mengabaikan pesan Soojung. Dia bahkan tidak berniat untuk membukanya, takut selera makannya hilang dan kembali tidak makan dan dirinya akan jatuh sakit. Hell no!

Myungsoo membuat kopi untuk dirinya sendiri, karena merasa tidak ada tanda-tanda keberadaan Sunggyu jadi dia berpikir bahwa Sunggyu masih terlelap dan membuat makanan untuk dirinya sendiri. Bukan karena lapar Myungsoo jadi menyerbu semua makanan yang ada didapurnya, dia hanya berniat untuk meminum kopi serta memakan beberapa lembar roti. Like a breakfast, ah tidak early breakfast.

Dengan tenang Myungsoo menyesap kopinya pagi itu, matanya nyalang menatap keadaan diluar yang masih gelap gulita. Myungsoo menghembuskan nafasnya panjang, disaat seperti ini sudah pasti dia akan teringat dengan Suzy.

Bagaimana keadaan gadisnya itu, apa yang dilakukannya dan—Myungsoo menggelengkan kepalanya saat pemikiran terakhir melintas diotaknya.

“tidak mungkin dia menemukan pria lain di sana” Gumam Myungsoo tersenyum kecut, meskipun masih sedikit ragu tapi dia yakin bahwa Suzy juga memiliki perasaan yang sama kepadanya. Surat yang diberikan Soojung padanya saat itu sudah menjelaskan semuanya meskipun Suzy tidak mengatakannya secara langsung.

Mengingat Suzy hati Myungsoo kembali terasa sesak, hampir tiga tahun—dia bahkan takjub dengan dirinya sendiri sanggup memikirkan satu wanita selama ini. Sebelumnya bahkan tidak ada perempuan lain yang bisa menghancurkan dirinya selain kepergian ibunya untuk selama-lamanya, hanya Suzy—gadis lugu itu bahkan memporak porandakan kehidupan Myungsoo 3 tahun terakhir. Bahkan membuat Myungsoo rela menjadi sasaran kekejaman sepupunya tercinta, semua dilakukannya demi Suzy. Dia mencintai Suzy dan Suzy menyayangi Soojung, jelas dia juga harus menyayangi Soojung sebagaimana Suzy melakukannya. Meskipun diluar itu dia sangat membenci gadis tersebut—perusak hidupnya setelah Suzy.

Bunyi chat masuk membuat Myungsoo mengalihkan pandangannya, dia kembali menatap layar ponselnya dan melihat pemberitahuan bahwa Soojung mengirimkan gambar. Myungsoo memutar bola matanya, gambar yang dikirimkan Soojung pasti tidak jauh-jauh dari barang-barang yang ingin dimintanya sebagai hadiah pernikahan—diluar liburan ke Hawaii.

Beberapa kali handphonenya berbunyi menandakan bahwa Soojung mengirimkan lebih dari dua gambar, menyadari itu Myungsoo seakan terpancing untuk membukanya. Meksipun tau bahwa jika membuka pesan itu akan langsung menjatuhkan moodnya tapi dia tetap penasaran, mengapa gadis itu rela mengirim pesan subuh-subuh begini. Lebih baik menunggu waktu pagi datang.

“cah, mari kita lihat apa lagi yang kau inginkan rubah” Gumam Myungsoo membuka aplikasi linenya dan menekan chat dari Soojung yang sama sekali belum dibukanya. Pesan pertama yang menyambutnya membuat Myungsoo mendengus.

“Kau tidur?”

 

“Aku tau di sana sudah jam 3.30 subuh, tapi di sini masih jam 7.30 malam”

Myungsoo menaikkan alisnya, sejauh mana gadis itu pergi. Bahkan perbedaan waktunya benar-benar jauh. Dan ternyata pesan itu sudah masuk sejak setengah jam yang lalu, saat dia masih tertidur.

“Sudah kukatakan bukan akan membawakanmu hadiah dari sini?”

Myungsoo mendengus, hadiah lagi—jika imbalan hadiah itu adalah honeymoon ke Hawaii lebih baik dia tidak mendapatkannya.

“Aku tau kau berpikir lebih baik tidak menerima hadiahku, tapi—”

 

“apa-apaan” Gerutu Myungsoo saat menscroll ke bawah, Soojung malah memberikannya belasan stiker yang tidak masuk akal. Sampai dia kembali menemukan pesan tertulis Soojung, dia menghentikan gerakan tangannya.

“Seribu persen aku yakin kau akan menyesalinya Kim Myungsoo”

“Karena aku adalah gadis yang baik, maka dari itu aku akan mengirimkan gambar dari hadiahku untukmu—agar kau bisa berpikir ulang dan tidak menyesal, oke?”

Myungsoo menggeleng tidak percaya dia bisa tahan dengan gadis semacam Soojung. Dan dulu—dia sangat bersyukur bahwa telah mencintai Suzy terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Soojung. Karena jika dia lebih dulu bertemu dengan gadis itu, meskipun mengeluarkan segala macam jurus ninja dari film kartun yang ditontonnya sejak kecil dia tidak akan bisa menghindar darinya dan jelas dia akan terjebak pada gadis itu. Astaga! Memikirkannya saja membuatku merinding.

“Keep your mouth shut! And don’t curse me! Jerk!”

Baru saja Myungsoo ingin membuka suaranya untuk protes tapi sebuah gambar yang terlampir tepat di bawah kalimat sindiran Soojung itu membuat alisnya bertaut sehingga matanya menyipit untuk melihat dengan jelas apa maksud Soojung mengirimkan gambar tersebut. Itu bahkan bukan sebuah gambar barang.

Saking penasarannya Myungsoo bahkan memperbesar gambar tersebut dan ketika gambar tersebut telah memenuhi layar ponselnya Myungsoo tidak sanggup untuk menahan ekspresi wajahnya, matanya melebar selebar mungkin dengan mulutnya yang menganga lebar.

Matanya mengerjap mencoba mencerna mengapa Soojung mengirimkan gambar itu kepadanya, saat tangannya bergerak untuk menggeser gambar berikutnya tubuhnya langsung tegang. Bahkan dia sudah bisa menebak siapa gadis yang berada di dalam gambar tersebut. Tanpa sadar tangannya sudah melempar roti yang sudah dihabiskan setengahnya ke atas meja pantry sembarangan. Jempolnya terus menggeser dan melihat gambar-gambar yang dikirimkan oleh Soojung, otaknya bahkan tidak sanggup bekerja saat ini saking terkejutnya.

Darah Myungsoo berdesir hebat saat melihat foto terakhir terpampang di sana, di mana Soojung bersama gadis yang selama 3 tahun terakhir membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang sedang duduk di sebuah meja makan. Mata Myungsoo memanas melihatnya, akhirnya setelah 3 tahun dia bisa melihat gadisnya lagi—meskipun hanya melalui layar ponsel. Lama mengamati wajah gadis itu, Myungsoo mengerjap menyadari apa yang sedang terjadi saat ini.

“sialan!”

Rahang Myungsoo mengeras! Bisa-bisanya Soojung pergi menemui gadisnya tanpa memberitahu apapun kepadanya.

“sialan Jung Soojung!”

Myungsoo mendesis, kali ini dia bingung harus merasakan apa. Marah, kesal, kecewa, sedih, terharu ataukah dia harus senang? Menyadari bahawa penantiannya akan segera berakhir sebentar lagi. Mata Myungsoo kembali ke layar ponselnya dan senyum lebar terkembang diwajahnya melihat wajah gadisnya itu. Mungkin segala emosi yang sempat terlintas dibenaknya tadi tidak ada yang dapat menandingi perasaan leganya saat ini. Ya, Myungsoo lega—akhirnya bisa menemukan gadisnya.

“demi tuhan! Jika kau tidak mengangkat ponselmu aku akan menghancurkan pernikahanmu” Desis Myungsoo saat jempolnya mulai bergerak untuk menlpon Soojung, dia harus memastikan kebenaran dan keaslian foto tersebut serta keberadaan Soojung. Karena jika dia tau di mana gadis itu berada saat ini dia akan langsung ke sana tanpa pikir panjang.

“ah sialan!” Myungsoo menggeram frustasi saat sambungan teleponnya direspon oleh operator, Myungsoo tau gadis itu sudah pasti sengaja mematikan teleponnya atau memblokir nomornya. Sialan!

“kau berhasil membalas dendam Jung Soojung. Shit!”

###

Wonho terkekeh pelan, matanya bergerak ke kiri dan ke kanan sesuai pergerakan pria yang berada dihadapannya saat ini. Kepalanya terus menggeleng pelan setiap kali mendengar umpatan-umpatan keluar dari bibir tipisnya.

“demi tuhan Kim! Aku yang akan menikah tapi kenapa kau yang terlihat sangat gugup?” Wonho tertawa geli saat Myungsoo menatapnya dengan tercengang, pria itu mendekatinya dan menatapnya dengan tajam.

“aku benar-benar akan menghancurkan pemberkatanmu jika aku tidak melihatnya hari ini” Geram Myungsoo, bukannya merasa terancam Wonho malah tertawa renyah. Tangannya terulur untuk menepuk pundak Myungsoo.

“tenang bro! Wajahmu sudah seperti hulk saja” Ejek Wonho, Myungsoo mendelik pada Wonho menatap pria itu kesal sekaligus bingung.

“tidak cukup sejam lagi kau akan menikah Shin! Aku tidak pernah tau jika ada mempelai bisa sesantai ini” Wonho kembali tertawa, demi tuhan Myungsoo seperti ingin membungkam bibir Wonho yang sedari terus saja tertawa.

“tentu aku gugup Kim, kau bahkan tidak tau seberapa paniknya aku saat ini. Tapi melihatmu gelisah seperti ini seakan kegugupanku sirna—kau sangat lucu” Myungsoo mendesis tidak percaya dengan kalimat yang dilontarkan pria itu kepadanya. Dia sudah tidak bisa menghitung seberapa banyak sindiran yang dikeluarkan Wonho kepadanya.

“gadismu itu akan datang jadi tidak perlu gugup dan be a man Kim!”

“hah jangan mengguruiku! Salahkan gadis—sialan—mu itu!” Wonho menyipit menatap Myungsoo mendengar mengumpati Soojung.

“language sir! Gadis yang kau katakan sialan itu istriku!” Geram Wonho, dia sangat mengerti mengapa Myungsoo setiap hari tidak pernah menyumpahi Soojung, itu karena tingkah Soojung yang selalu membuat pria itu kesusahan tapi dia tidak terima jika Myungsoo mengatakan semua itu tepat didepannya. Itu terlalu kasar untuk telinganya.

“calon Shin! Kalian bahkan belum menginjak altar” Gerutu Myungsoo dengan memutar bola matanya kesal.

“mempelai pria! Seharusnya kau sudah di dalam—semuanya sudah siap” Myungsoo dan Wonho serentak menoleh ke pintu ruangan yang mereka tempati dan menemukan Jinyoung sedang berdiri disana. Myungsoo mendelik pada Jinyoung.

“ayo—jangan membuat pengawal istrimu melayangkan tinjunya padamu” Ketus Myungsoo mengedikkan dagunya ke Jinyoung menandakan orang yang sedang dibicarakannya adalah pria itu. Wonho terkekeh sementara Jinyoung menekuk wajahnya.

“ck, aku sudah minta maaf padamu Myung! Jangan mengungkit masalah itu lagi” Gerutu Jinyoung, kejadian 3 tahun yang lalu saat dia tiba-tiba saja meninju wajah Myungsoo terus-terusan diungkit oleh pria itu dan itu membuat Jinyoung risih.

“forgiven, but not forgetten dude!” Kata Myungsoo datar lalu melewati Jinyoung keluar dari ruangan itu, Jinyoung hanya bisa melongo melihat kelakuan Myungsoo.

“jangan dipikirkan hyung—nim, dia sedang sensitive seperti ibu beruang yang sedang hamil” Ucap Wonho, pria itu merapikan setelan jasnya yang berwarna putih tulang dan tersenyum cerah. Tidak sabar untuk menemui istrinya.

“ah, tapi dia sungguh pendendam”

“seperti adikmu” Gumam Wonho pelan membuat Jinyoung mendelik. Kekesalan Myungsoo pada adiknya selama ini seolah-olah dilampiaskan kepadanya.

“itu tidak adil!”

Wonho hanya tertawa lalu mengajak Jinyoung yang sedang menggerutu tidak jelas untuk masuk ke dalam gereja.

###
Myungsoo mendengus saat melihat sosok ayahnya yang berbaur pada para undangan malam ini, seingatnya pria tua itu sangat bersikeras menolak untuk hadir di acara pernikahan Wonho—meskipun telah dibujuk oleh kedua orang tua Wonho dia tetap tidak ingin pergi. Namun saat mendapatkan ayahnya duduk dengan manis pagi tadi di barisan paling depan bangku gereja, tepat disamping ibu Wonho Myungsoo hanya mampu mendelik.

Dia sempat menanyakan hal tersebut pada ayahnya dan sungguh suatu penyesalan yang dirasakannya saat itu karena mendapatkan jawaban yang terlalu berlebihan dari ayahnya.

“kau tau aku terlalu mencintai mendiang istriku, jadi saat Wonho—yang mewarisi memiliki paras ibumu—membujukku aku tidak sanggup menolaknya nak”

Saat mendengar itu Myungsoo langsung berlalu tanpa mempedulikan wajah tercengang ayahnya, dia tidak sanggup mendengar lebih lagi. Memang benar Wonho mewarisi wajah ibunya, bagaikan pinang dibelah dua. Wonho adalah versi pria dari ibunya, begitu yang selalu dikatakan oleh keluarga mereka—bahkan mereka sering disangka sebagai ibu dan anak jika disandingkan bersama. Terkadang keluarganya selalu berpikir bahwa Myungsoo dan Wonho tertukar saat dilahirkan ke dunia karena Wonho lebih mirip pada ibunya daripada dia sendiri.

Segala kesalahpahamannya di masa lalu memang sudah terselesaikan. Dia sudah duduk berdua dengan ayahnya dan menanyakan dengan jelas permasalahan yang terjadi, ayahnya saat itu mengaku bahwa sejak awal dia memang tidak mencintai ibunya—namun perasaan itu tumbuh semenjak mereka menjalankan mahligai rumah tangga. Tetapi setelah mengakui itu entah mengapa Myungsoo merasa ayahnya terlalu berlebihan, setiap waktu dia pasti selalu mengatakan hal-hal—yang menurutnya romantis—untuk mendiang ibunya dan kalimat-kalimat tersebut selalu dia katakan dihadapan Myungsoo. Dia bukannya senang jika ayahnya memang masih menyimpan nama ibunya di dalam hatinya, bahkan sampai saat ini masih mencintainya dengan begitu dalam tapi Myungsoo merasa ayahnya sudah tidak pantas bertingkah seperti itu. Terlalu tua untuk menjadi seorang puitis cinta.

“hei—wajahmu benar-benar mengerikan Myungsoo” Pria itu tersentak saat merasakan tepukan dibahunya, dia menoleh dan menemukan Minho tersenyum lebar kepadanya.

“ada apa?”

“wow, easy man! Aku tau kau sedang kesal tapi jangan sampai kau menakuti orang-orang disini” Kekeh Minho pelan, Myungsoo hanya mendengus. Semua orang yang mengetahui cerita Myungsoo jelas tau alasan utama mengapa wajahnya sangat terlihat kusut malam ini. Dan bukannya membantu untuk meluruskan wajahnya, mereka malah seolah terus-terusan mengejek Myungsoo.

“ini kesalahan teknis Myung, Soojung bahkan tidak akan menyangka jika pesawat mereka mengalami penghambatan” Sahut Minho. Myungsoo hanya diam, matanya menatap nyalang kedua mempelai yang saat ini sedang bersama orang tua Wonho. Myungsoo berdecih, mengingat pagi tadi dia hampir saja menghancurkan isi gereja karena tidak menemukan orang yang ditunggu-tunggunya sejak kemarin.

Dan dengan santainya Soojung malah mendatanginya dan mengatakan bahwa pesawat yang ditumpangi gadisnya mengalami penundaan terbang karena ada beberapa masalah teknis sehingga dia tidak bisa tiba dipagi hari dan mengikuti acara pemberkatan.

Dia tidak tau apakah yang dikatakan oleh gadis itu adalah kebenaran atau tidak karena yang jelas sejak pagi tadi sampai saat ini dia terus menunggu dan tidak kunjung menemukan gadisnya.

“aku sudah lelah menunggu” Gumam Myungsoo dengan helaan nafas membuat Minho menoleh padanya dengan cepat.

“kau tau—sebuah keajaiban akan diberikan pada orang yang sabar Myung? Suzy jelas akan datang—hanya sedikit lagi menunggu. Kau tidak disuruh untuk menunggu 3 tahun lagi Myung” Myungsoo langsung menatapnya kesal, mendengar bahwa dia akan menunggu selama 3 tahun lagi rasanya akan membuatnya benar-benar menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Dan itu jelas tidak ingin dirasakannya.

Minho menepuk pundaknya pelan dan mendekati wajah Myungsoo membisikan sesuatu yang membuat pria itu menegang.

“gadismu akan tiba 30 menit lagi”

Setelah itu Minho pergi meninggalkan Myungsoo yang masih terdiam mematung ditempatnya. Sampai tidak sadar bahwa kedua pengantin yang memiliki acara ini sudah berada disekitarnya dan menatapnya dengan geli.

“Myungsoo!” Soojung berseru dan mendekati Myungsoo, dia tersenyum cerah dan meraih tangan pria itu.

“terima kasih—kau benar-benar membantuku selama ini. Aku tidak tau apakah semua ini akan terjadi jika kau tidak ada” Ucap Soojung menatapnya berbinar, Myungsoo hanya menoleh dan memandang Soojung bingung. Sepertinya kejutan yang diberikan oleh Minho tadi belum sepenuhnya meninggalkan dirinya.

“hei, kau tidak apa-apa?” Tanya Soojung khawatir saat melihat Myungsoo hanya terdiam saja, dia melirik Wonho dan pria itu mendekati Myungsoo menepuk bahunya agar tersadar.

“Kim Myungsoo?”

Matanya mengerjap pelan, menatap Soojung dan Wonho bergantian. Perlahan sebuah senyuman terukir diwajah tampannya membuat Wonho dan Soojung semakin kebingungan.

“aku baru sadar jika belum memberikan selamat pada kalian” Ucapnya membuat kedua orang dihadapannya bernafas lega.

“aku pikir kau tidak akan pernah mau mengatakannya Kim” Sahut Wonho tertawa pelan. Myungsoo mengangguk kemudian beralih pada Soojung.

“setidaknya kau sadar telah menyusahkanku selama ini nona” Soojung tersenyum lebar dan menggerling pada Myungsoo. Dia meraih lengan Wonho dan bersandar disana.

“semua ini demi kebahagiaan adikmu—seharusnya kau melakukannya dengan ikhlas” Ucap Wonho mencoba untuk membela Soojung dengan menatap gadis itu penuh cinta, menyadari itu Myungsoo mendengus.

“menjauh dariku! Kalian pasangan menjijikkan” Desis Myungsoo, bukannya menjauh keduanya malah makin memperlihatkan kemesraan mereka dihadapan Myungsoo dengan sengaja.

“setidaknya imbalan yang kuberikan sepadan dengan yang kau lakukan Myungsoo” Myungsoo hanya mampu memutar bola matanya mendengar itu, meskipun terpaksa tapi dia memang mengakui bahwa Soojung benar-benar membayarnya dengan sepadan. Dengan mendatangkan gadisnya dia bahkan telah melupakan segala kerepotan yang gadis itu timbulkan untuk dirinya setahun belakangan.

“dan bersyukurlah dengan itu Ny. Shin” Ketus Myungsoo. Selang beberapa lama, saudara sepupu Wonho yang dari pihak ayahnya menghampiri mereka dan mengucapkan selamat. Mereka kemudian terlibat pembicaraan yang cukup serius.

“oppa—aku ke sana sebentar ya?” Soojung meminta izin pada Wonho yang sedang asyik cerita bersama adik sepupunya itu, melihat anggukan setuju Soojung langsung melesat pergi setelah sebelumnya mencolek lengan Myungsoo dan menggerling pada pria itu.

“mwoya? Istrimu masih saja menggodaku” Gerutu Myungsoo tanpa melihat Soojung, dia sangat malas jika terus-terusan digoda gadis itu.

“itu tandanya dia menyukaimu Kim! Terimalah dia sebagai adikmu—jangan terus-terusan ketus seperti ini” Sahut Wonho tertawa pelan, dia bukannya cemburu melihat Soojung yang selalu merecoki Myungsoo. Dia malah senang dengan itu, mengetahui cerita keduanya di masa lalu lantas itu tidak membuatnya harus mengekang Soojung dan menjauhkannya dari Myungsoo. Dia senang istrinya dekat dengan saudaranya.

“apa aku punya pilihan?” Tanya Myungsoo sarkastik menandakan bahwa mau tidak mau memang dia akan mengakui Soojung sebagai adiknya. Wonho hanya tertawa sekilas kemudian kembali fokus pada adik sepupunya yang menanyakan mereka akan berbulan madu kemana. Myungsoo menarik nafasnya, bulan madu—dia tidak pernah lagi mendengar Soojung mengungkit hal itu dan dia sangat bersyukur akan hal tersebut.

“wow Kim” Suara seruan Wonho membuat Myungsoo langsung menatapnya dengan bingung, pria itu meringis kemudian bersiul pelan dia mengedipkan matanya pada Myungsoo.

“menolehlah—” Myungsoo yang masih dengan alis terangkatnya tak mengerti dengan perkataan Wonho tapi dia tetap menoleh mengikuti keinginan pria itu.

Dan saat itu seakan waktu terhenti saat dia menatap gadis yang berjalan tepat disamping Soojung. Menatap mata hazel kesukaannya, tatapannya melembut saat menyadari gadis itu juga membalasnya. Tidak ada yang berubah dari wajah gadisnya, masih tetap sama dan mungkin saat ini terlihat lebih cantik dan dewasa. Jantung Myungsoo bergemuruh dengan hebat, gadis yang dicintainya akhirnya menampakkan diri selama 3 tahun menghilang.

“oppa!” Myungsoo mendesah kecewa saat mata itu beralih darinya, namun dia tidak melepaskan pandangannya. Terus menatap wajah wanita yang sudah menghancurkannya selama ini.

“oppa, ini Suzy—sepupu yang aku ceritakan, dan Suzy ini suamiku—” Soojung mengacuhkan Myungsoo yang masih asyik memandangi wajah Suzy, sementara Wonho sudah terkekeh tanpa suara saat melihat pria itu sama sekali tidak bergerak ditempatnya.

“jadi ini gadis yang bernama Suzy?” Sahut Wonho sembari tersenyum, dia melihat gadis itu menoleh padanya dengan pandangan yang terkejut membuatnya melepaskan kekehan yang sedari tadi dia tahan. Dia jelas tau alasan gadis itu terkejut melihatnya, bahkan Suzy tidak berkedip saat ini.

Wonho melirik pada Myungsoo yang untuk pertama kalinya dia melepaskan pandangan dari Suzy dan membalas menatapnya, kerlingan jahil tercipta dari mata sipit Wonho untuk Myungsoo membuat pria itu menggeram pelan.

“kau terlihat lebih cantik daripada yang di foto, kenalkan aku Shin Wonho—suami tercinta sepupumu” Wonho tersenyum lebar sama seperti senyum Soojung yang sedang berada disamping gadis itu, dia mengulurkan tangannya dan dengan gugup dibalas oleh Suzy.

“Ba—Bae Suzy”

Myungsoo mengambil langkah mundur dan meninggalkan kerumunan itu begitu saja membuat Soojung dan Wonho tercengang. Sementara Suzy hanya mendesah pelan dengan kepala tertunduk menyadari Myungsoo meninggalkan tempat itu.

“ah, oppa ini kenalkan teman Suzy. Mereka datang bersama” Soojung berseru memecahkan keheningan yang ada membuat Wonho yang tadinya menatap punggung Myungsoo langsung menoleh pada pria yang sekarang telah berdiri di samping Suzy.

“Mark Tuan, selamat atas pernikahanmu” Ujar Mark, Wonho tersenyum dan mengangguk menyalami pria itu.

“Shin Wonho, terima kasih atas kedatanganmu—aku berharap kau menikmati acara kami” Balas Wonho, dia kemudian melirik Soojung sekilas membuat gadis itu menganggukan kepalanya mengerti.

“Mark—eum bisakah aku membawa Suzy sebentar? Kau bisa di sini bersama suamiku” Mark hanya mengangguk menyetujui mendengar pemintaan Soojung. Setelahnya gadis itu langsung membawa Suzy meninggalkan Wonho dan Mark bersama.

#

“Suzy! Astaga! Kau anak nakal” Suzy tersenyum kecil saat mendapatkan pelukan erat dari pria yang seumur hidupnya dia cintai itu, dia menepuk bahu ayahnya dan tertawa pelan.

“aku merindukanmu” Bisik Suzy, tuan Bae menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan kelakuan anak semata wayangnya ini.

“kau ingin membunuh ayahmu hoh? Tiga tahun tanpa memberi kabar dan tiba-tiba muncul di sini” Omel tuan Bae, Suzy tersenyum mendengarkannya. Sudah terlalu lama dia tidak mendengar omelan ayahya, dan mendengarnya lagi malam ini membuatnya merasakan kehangatan yang selama ini dia tinggalkan.

“maafkan aku” Hanya itu yang sanggup dikatakannya, dia masih tidak berani mengatakan pada ayahnya alasan mengapa dia harus merahasiakan tempat di mana dia berada selama ini.

“Minho oppa di mana?”

“anak nakal! Punya nyali sebesar apa kau berani menunjukkan wajahmu di sini?” Desisan itu membuat Suzy melepaskan pelukan ayahnya dan berbalik, melihat Minho dengan mata bulatnya tengah menatap dirinya tajam.

“oppa! Aku merindukanmu sungguh” Seru Suzy langsung menghambur kepelukan Minho, pria itu melingkarkan tangannya di bahu Suzy dan menghela nafas panjang.

“kau tau kekacauan apa yang kau buat selama ini?” Tanya Minho pelan, Suzy menganggukan kepalanya tanpa suara.

“maaf—maafkan aku” Minho mendesah panjang, matanya kemudian melirik Soojung yang hanya berdiri diam disampingnya.

“bisakah acara penyambutannya di selesaikan di rumah oppa? Masih ada satu orang yang harus menyambut Suzy” Gerutu Soojung. Dia sudah membawa Suzy untuk bertemu kedua orang tuanya yang kebetulan sedang bersama orang tua Wonho kemudian membawanya pada ayahnya dan saat ini Suzy masih dalam pelukan Minho.

Minho melepaskan Suzy dan membiarkan gadis itu kembali pada ayahnya, menceritakan bagaimana dia bisa berada di acara ini.

“bukankah seharusnya kau bersama suamimu Soojung?” Minho menaikkan alisnya memandang bingung pada Soojung, gadis itu hanya tertawa canggung menampilkan deretan gigi putihnya.

“aku harus membalas budi seseorang oppa” Minho mengangguk mengerti, dia bergerak untuk melepaskan Suzy dari ayahnya dan memberikan gadis itu pada Soojung. Membiarkan keduanya berjalan menjauhinya untuk menemui seseorang yang dikatakan oleh Soojung.

“yak! Aku belum selesai melepas rindu dengan anakku” Tuan Bae berseru kesal melihat tindakan Minho yang seenaknya itu, Minho tertawa lalu merangkul pundak tuan Bae.

“mereka punya urusan lain. Sebaiknya kita mencari makan, aku lapar paman” Minho memasang wajah memelasnya membuat ayah Suzy mendengus. Mengapa juga dia harus terjebak bersama pemuda itu di acara ini.

###

“yak! Bodoh!” Soojung memekik saat menemukan Myungsoo disudut ruangan sedang menikmati sepotong cake ditangannya. Pria itu menoleh padanya dan tersenyum kecil.

“aku lapar” Ucap Myungsoo mengangkat piring cakenya lalu menunjukan pada Soojung. Gadis itu mengeluh lalu menggelengkan kepalanya.

“3 tahun yang lalu kau bahkan bisa tidak makan selama dua hari demi mencari Suzy! Sekarang dia sudah berada dihadapanmu dan kau malah sibuk makan di sini?” Telinga Myungsoo mendengung saat Soojung berteriak tepat disamping telinganya. Beruntung mereka di sudut ruangan yang sedikit tertutupi jadi tidak akan ada yang mendengarkan teriakan gadis itu.

“maaf—aku hanya—”

“stop your bullshit reason Myungsoo!” Myungsoo menatap Soojung kesal, tidak bisakah dia melihat situasi saat ini?

“kau tidak lihat dia sudah bersama pria itu? Aku hanya tidak ingin mengacau Soojung” Gumam Myungsoo pelan membuat Soojung tercengang. Betul dugaannya, Myungsoo jelas cemburu melihat kebeberadaan Mark disana.

Dengan cepat tangan Soojung terangkat untuk menjitak kepala Myungsoo membuat pria itu meringis kesakitan.

“bodoh! Dia tunangan orang lain dan jelas itu bukan Suzy”

Soojung mendengus, Myungsoo benar-benar laki-laki yang sungguh bodoh. Dia mendelik saat melihat raut terkejut pria itu.

“jangan membuatku harus mengulitimu di acara pernikahanku sendiri Myungsoo! Be a man!” Desis Soojung pelan, sungguh saat ini dia ingin memutilasi Myungsoo akibat kebodohannya.

“di mana?” Mata Myungsoo berbinar penuh harapan menatap Soojung, mengabaikan tatapan membunuh gadis itu, “dimana Soojung?”

“usaha sendiri untuk mendapatkannya!” Setelah itu Soojung berderap meninggalkannya, Myungsoo menggeram pelan lalu meletakkan asal piring yang sedari tadi dipegangnya. Melangkahkan kakinya menyusuri ballroom hotel demi mencari keberadaan Suzy.

“bodoh” Myungsoo tersenyum miris, mengakui dirinya sungguh pria yang sangat bodoh.

“mencari seseorang?” Myungsoo terhenti dan melirik pria berambut blonde yang menghadang jalannya, pria itu tersenyum padanya dan mengulurkan tangan.

“kita tidak sempat berkenalan—aku Mark, kau pasti Kim Myungsoo?” Ujarnya tanpa peduli tatapan Myungsoo yang begitu tajam kepadanya, Mark tersenyum kikuk saat Myungsoo tidak membalas tangannya.

“dia sedang di balkon—menghirup udara segar katanya” Mark tertawa kecil saat Myungsoo langsung melesat melewatinya tanpa mengatakan apapun kepadanya. Bahkan ucapan terima kasihpun tidak.

“seriously that stupid guy?”

#

Suzy memejamkan matanya saat semilir angin menerpa tubuhnya, Soojung meninggalkannya disini begitu saja dan mengatakan akan mencari seseorang. Pikirannya melayang saat tadi menyapa suami Soojung—yang entah mengapa perasaan bahagia melingkupinya saat mengetahui pria itu adalah pria yang berbeda.

Namun kebahagiaannya sirna saat melihat punggung pria itu menjauh, Suzy tersenyum miris. Dia bahkan belum sempat untuk menyapanya—disaat dia telah memantapkan hati untuk menyapa. Pria itu bahkan tak mau repot-repot untuk menoleh sedikit padanya, harapan yang selama ini Suzy rasakan seakan menguap begitu saja ketika melihat pria itu pergi.

Suzy tersentak kaget saat sesuatu yang hangat melingkupi bahu dan punggungnya, menunduk untuk melihat sebuah jas berwarna hitam telah membungkus dirinya sehingga membuatnya cukup terlindungi dari angin malam yang cukup dingin—Hei, ingatkan dia bahwa saat ini sedang musim dingin.

“kau akan kedinginan jika terlalu lama di sini” Suzy menoleh saat mendengarnya, tubuhnya menegang seketika saat pria itu telah berdiri disampingnya dengan pandangan lurus ke depan.

“it’s been a long time right?” Gadis itu masih membeku ditempatnya, benar-benar tidak menyangka bahwa pria itu akan menghampirinya saat ini, saat Myungsoo menoleh untuk melihatnya Suzy menunduk, hanya sanggup mengangguk kecil menjawab pernyataan pria itu.

Myungsoo tersenyum kecil, setelah bertahun-tahun akhirnya dia bisa berdiri dihadapan gadisnya. Menatap wajahnya dan menghirup aroma yang begitu memabukkannya. Dia kembali menatap ke depan menghela nafasnya panjang.

“bagaimana kabarmu?” Tanya Myungsoo memecah keheningan mereka, dia tertawa kecil menyadari nada suaranya yang terdengar canggung.

“mengapa kita begitu canggung, Suzy?” Suzy menatap Myungsoo yang tertawa tanpa melihat kearahnya, dia menghela nafas dan tersenyum kecil.

“aku baik” Jawab Suzy membuat tawa Myungsoo terhenti, pria itu menoleh padanya dengan wajah yang serius.

Mata mereka kembali bertatapan dengan begitu dalam, Myungsoo menyelami hazel terindah yang pernah ditemui selama hidupnya itu. Mencoba mencari sesuatu yang bisa meyakinkannya untuk menarik gadis itu kedalam pelukannya. Dan ketika menemukan apa yang dicarinya dari tatapan Suzy padanya, singgungan tipis tercipta dibibirnya.

“oh Suzy—” Gadis itu menegang saat tiba-tiba tubuhnya tertarik kedepan dan menabrak tubuh Myungsoo, kedua tangan pria itu melingkar dipundaknya dan kepalanya tertanam dirambutnya.

“Can’t you just say that you truly—deeply miss me?” Bisik Myungsoo ditelinganya membuat Suzy semakin membeku, dia bahkan tidak mampu untuk bernafas saat ini.

“Because I do, Suzy. I do miss you so bad—I do miss till it hurts” Bisikan penuh kerinduan yang terdengar ditelinganya itu seolah lantunan lullaby untuknya, Suzy hanya mampu memejamkan matanya meresapi setiap kata yang keluar dari bibir Myungsoo. Menyelami kehangatan yang melingkupinya akibat pelukan erat pria itu.

Darahnya berdesir saat merasakan kecupan ringan mendarat dipelipisnya. Masih dengan mata terpejam Suzy melingkarkan tangannya di pinggang Myungsoo dan berbisik lirih. Benar-benar lirih namun sanggup membuat Myungsoo tersenyum begitu lebar.

“I miss you too”

-TBC-

STILL ONE OR TWO PART FOR REACH THE END.

Aku mau lurusin beberapa hal dulu di sini, kemarin banyak aku baca komentar yang menanyakan mengapa Myungsoo dan Wonho berbeda marga padahal mereka bersaudara? Seingat aku, di spesial chapter kemarin aku memberikan penjelasan mengenai hubungan mereka.

“jepang tidak kalah indahnya dengan Korea Shin! Jangan berlebihan—lalu bagaimana kabar paman dan bibi? Mereka sehatkan?” Seru Myungsoo tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan, saat ini dia sedang mengemudi untuk ke rumah ayahnya membiarkan saudara sepupunya—yang sedang duduk disampingnya itu beristirahat disana.

Nah itu sepenggal kalimat yang menjelaskan mereka adalah sepupu, mungkin kalian membacanya dengan terburu-buru makanya sampai melewatkan hal itu. Jadi Myungsoo dan Shin berbeda marga itu karena mereka beda orang tua, hanya ibu Shin dan Myung yang bersaudara.

Oke—back to story.

Pertama, maaf jika disini sangat mengecewakan kalian. Berharap bahwa momen Myung dan Suzy bisa banyak, tapi aku tidak memasukannya. Mungkin di part selanjutnya—aku sadar kalau chapter ini begitu membosankan, pertemuan Suzy dan Myungsoo mungkin tidak se-wow yang kalian harapkan. Maaf, aku hanya bisa melakukannya seperti ini.

Kedua, aku sungguh ingin ff ini benar-benar selesai dengan cepat. Jadi aku berharap kalian bisa memberikan suntikan penyemangat untukku biar bisa menyelesaikannya sesuai keinginan kalian. Jujur, komentar serta like dari kalian benar-benar membantuku untuk mengetik. Terutama reader yang selalu memberikan komentarnya dengan mengoceh panjang lebar disana, aku senang, sangat senang mendapatkan komentar yang panjang. Kadang ada beberapa yang meminta maaf karena komentarnya kepanjangan tapi bagiku itu tidak masalah. Malah aku menyukai—sangat menyukainya. Jadi jangan ragu untuk memberikan komentar yang panjang, silahkan berceloteh sesuka kalian dikolom komentar—memberi masukan ataupun kritik—because I will read it with very big smile and blessing heart.

Terakhir, terima kasih buat kak widya yang rajin menagih FF ini di chatgrup—aku jadi bersemangat untuk mengetik karena desakannya.

Comment with your pleasure heart please~

Thank you, xoxo

NOTES: STILL PRAY FOR “THIS WON’T BE MY LAST POST BEFORE I HIATUS FOR 2 MONTHS