My Lovely Mr. Gay Part 2

MY LOVELY MR. GAY

Author : elship_L || Cast : Bae Sooji, Kim Myungsoo, others.|| Genre : Romance || Rating : PG-19+ || Type : Chapter

“Gay or not, however their condition even if they have hundreds flaws, they still Human, like us”

Sooji berlari kecil menaiki tangga untuk menuju keruangannya, jangan berpikir dia sedang telat seperti biasanya lagi. Khusus hari ini Sooji datang ke kantor tepat waktu karena hari ini dia akan mengadakan meeting kepada timnya untuk mulai memproduksi desaignnya untuk proyek Summer Time dan dia sangat bersemangat untuk itu. Sebentar lagi karyanya akan diproduksi untuk kesekian kalinya sejak dia bekerja di tempat ini.

“omo! kau benar Sooji?” Mendengar itu Sooji terkekeh pelan lalu memasuki ruangannya, dia tertawa mendengar rekan seruangannya sesama desaigner terkejut melihat kedatangannya yang bisa dikatakan terlalu awal untuk kemunculan seorang Bae Sooji di kantor ini.

“aku terlalu bersemangat untuk rapat hari ini” Seru Sooji meletakkan mantel dan tasnya di tempat biasa lalu duduk dikursinya, dia menatap berbinar yeoja yang duduk dikursinya sendiri tak jauh dari meja kerja Sooji.

“kau selalu seperti ini kalau rancanganmu akan segera diproduksi” Decak gadis itu membuat Sooji mengangguk antusias.

“bagaimana proyekmu dengan tuan Han? Apa mereka menyetujui ajuanmu?” Tanya Sooji lagi, gadis itu tersenyum dan menganggukan kepalanya santai.

“jangan meragukan bakatku Sooji—ssi, kita sama-sama tau hal itu” Sahutnya dengan sombong.

“astaga! aku tidak pernah berniat untuk meragukan bakatmu Soojung—ssi. Kaulah yang terbaik!” Seru Sooji mengacungkan jempolnya, Soojung bekerja di tahun yang sama dengan Sooji, jadi tidak salah jika sekarang memiliki ruangan yang sama dan lebih sering menghabiskan waktu bersama.

“Sooji, setelah ini apa kau punya acara?” Tanya Soojung, Sooji tampak berfikir sebentar kemudian menggelengkan kepalanya.

“aku hanya punya jadwal meeting ini, selebihnya tidak ada pekerjaan yang berarti” Jawab Sooji membuat Soojung mengangguk mengerti, “memangnya ada apa?” Tanya Sooji penasaran, Soojung terkekeh dan tersenyum malu pada Sooji.

“aku ingin bercerita padamu, sudah lama kita tidak bergosip ala gadis-gadis remaja” Sahutnya, Sooji tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya melihat Soojung.

“tempatmu atau tempatku?” Ujar Sooji menyetujui membuat Soojung memekik senang.

“tempatmu! Malam ini kau harus mendengar semua ceritaku” Seru Soojung, Sooji tersenyum dan menganggukkan kepalanya mengerti.

Beberapa menit setelahnya, asisten Haeri sudah memanggilnya untuk memulai rapat, “Soojung—ah, aku ke ruang meeting dulu. Tunggu aku, kita akan makan siang bersama oke?” Ucap Sooji merapikan bahan-bahannya untuk rapat kali ini.

“baiklah, jangan terlalu gugup sayang!” Sooji tertawa pelan lalu mengacungkan tinjunya pada Soojung sebelum keluar dari ruangan itu.

###

Mata gadis itu masih saja melotot dengan binar tidak percaya sejak 5 menit yang lalu, sementara gadis lainnya masih terus berceloteh dengan suara yang begitu jelas terdengar sehingga membuatnya semakin tercengang dengan setiap kata yang terucap oleh gadis itu.

“—jadi seperti itu” Soojung mengakhiri ceritanya dengan senyuman yang lebar dan Sooji masih terdiam ditempatnya karena terlalu shock dengan informasi yang didapatkannya.

“hei, Bae Sooji? kau melamun? Yak! Jadi daritadi kau tidak mendengarku eoh?” Omel Soojung kesal saat melihat Sooji hanya mematung dengan diam di hadapannya. Karena tidak mendapatkan respon Soojung akhirnya mengangkat tangannya dan menyentil dahi Sooji sehingga membuat gadis itu meringis pelan.

“aissh, yak appo!” Desis Sooji mengusap dahinya, Soojung berdecak lalu memukul kepala Sooji dengan bantal dipangkuannya.

“makanya siapa suruh tidak mendengarkanku” Omel Soojung.

“eiishh, kau ini. Aku mendengarmu, lantaran terlalu jelasnya mendengar sampai-sampai aku tidak bisa berkata apa-apa” Ucap Sooji terperangah, mendengarnya Soojung tersenyum dengan lebar.

“jadi menurutmu bagaimana? Dia pria yang baik bukan?” Soojung menepuk tangannya sekali dan menatap Sooji dengan berbinar, sebaliknya Sooji malah menatapnya dengan sedikit bingung bercampur dengan tatapan ngeri.

“seriously Jung Soojung?” Sooji mengangkat alisnya saat bertanya kepada Soojung dengan meringis pelan membuat gadis itu menatapnya dengan bingung.

“apa?” Sooji memutar kedua bola matanya kemudian mencebik ke arah Soojung dengan pandangan yang tidak bersahabat.

“married with a gay? Oh really! gay? Jung Soojung he’s a real gay!” Pekik Sooji mengangkat kedua tangannya ke udara seolah-olah sedang memegang udara, dia sama sekali tidak percaya dengan pemikiran sahabatnya yang ingin menikahi seorang gay. Oh, pria itu adalah seorang gay. Pecinta sesama jenis.

“bukankah sudah kukatakan dengan jelas kalau dia berniat untuk berubah? Dia bahkan memintaku untuk membantunya untuk menjadi normal. Bukankah itu sudah cukup?”

“Soojung, tapi dia—hei, bagaimana jika dia tidak dapat normal kembali? Oh aku tidak bisa membayangkan jika kalian berada di altar dan tiba-tiba saja pasangan gaynya datang untuk menggagalkan pernikahan kalian dan—dan calon suamimu melarikan diri bersama pacaranya—a—ku tidak bisa membayangkannya, benar-benar ti—”

Sooji melotot saat tiba-tiba saja Soojung mengatupkan kedua bibirnya dengan kelima jari tangan kanannnya.

“imajinasimu terlalu liar nona Bae, tidak ada yang seperti itu terjadi di dunia nyata. Eisshh, ini akibatnya kalau kau terlalu sering nonton drama, pikiranmu jadi berlebihan seperti ini” Omel Soojung.

“bagaimana aku mau tidak berimajinasi seperti itu, yang kita bicarakan saat ini adalah seorang gay Jung Soojung! demi tuhan, kau sepertinya sudah tidak waras”

“gay ataupun bukan, bagaimanapun keadaannya dan sebanyak apapun kekurangannya mereka tetaplah seorang manusia seperti kita. Kita seharusnya punya sikap toleransi antar sesama. Seaneh apapun gaya hidup mereka itu adalah pilihan mereka, dan kita sama sekali tidak berhak menghakimi bahkan sampai mengucilkan mereka padahal kita sama sekali tidak tahu tentang hal tersebut. Itu perbuatan yang sangat rendah Sooji. Kau mengerti maksudku kan?”

Sooji terdiam mendengar ucapan bijak yang keluar dari bibir Soojung, bertahun-tahun saling mengenal ini adalah pertama kalinya dia mendengar Soojung mengeluarkan kalimat yang sampai bisa membuatnya sampai terdiam seperti saat ini.

“wah, aku tidak percaya kau bisa berbicara seserius ini. Kau tau, aku adalah orang yang menentang penyimpangan moral seperti itu. Menyukai sesama jenis jelas adalah perbuatan yang merusak moral dan menyalahi aturan negara serta agama kita” Soojung berdecak, berpikir bahwa mungkin hari ini adalah percakapan terberat yang pernah mereka lakukan. Kalau sebelumnya mereka hanya akan membicarakan beberapa hal seputar makanan, gosip dan fashion, kali ini pertama kalinya mereka memiliki topik yang sampai membuat mereka harus berdebat seperti ini.

“kau mengatakan penyimpangan moral? Sekarang aku bertanya, dengan tidak menghargai kehidupan orang lain dan bersikap menyudutkan seolah-olah apa yang kita perbuat adalah kebenaran dan yang mereka lakukan adalah kesalahan, apakah itu tidak termasuk dalam penyimpangan moral? Aku rasa itu adalah penyimpangan moral yang terburuk Sooji”

Kali ini Sooji benar-benar tertohok dengan kalimat Soojung, kata-kata yang sudah dia persiapkan untuk melawan Soojung tertahan di tenggorokannya sehingga membuatnya tercekat. Dia telah kalah telak dari Soojung!

“Mereka sudah cukup terluka dengan hidup berbeda dari kita, jadi sebagai manusia bermoral kita tidak seharusnya menambah luka mereka dengan menghakimi secara subjektif. Kita sama-sama tidak akan pernah tahu seberapa besar rasa sakit dan malu yang mereka tanggung, karena kita tidak pernah berada di posisi mereka. Kita tidak berhak Sooji, tidak berhak untuk mengucilkan mereka”

Nafas Sooji terasa sesak mendengarnya, dia merasa menciut saat menyadari bahwa kalimat Soojung benar-benar diperuntukkan untuk menampar dirinya dan hati nuraninya. Dia yang sebelumnya tidak pernah peduli dengan perasaan orang lain sekarang merasa menyesal atas kalimat-kalimat Soojung, dia telah meremehkan kaum gay yang juga seorang manusia seperti dirinya dan itu sangat membuatnya terhempas jauh saat menyadari bahwa secara tidak langsung dia merendahkan dirinya sendiri dengan menghakimi seperti itu.

“aku—aku tidak akan mengucilkan mereka lagi” Gumam Sooji tertahan, entah mengapa air matanya mengalir setetes demi setetes. Kalimat Soojung berhasil mempengaruhi emosinya.

“terima kasih” Balas Soojung tersenyum lebar.

“tapi aku tetap menentang hubungan sesama jenis”

“yeah, same here Miss Bae” Sooji menarik nafasnya panjang.

“aku tidak percaya kita bisa membahas hal seberat ini” Ucap Sooji membuat Soojung terkekeh pelan.

“aku hanya ingin memberitahu agar jangan selalu menilai seseorang dari kekurangannya melainkan dari kebaikannya” Sooji menganggukan kepalanya mengerti, setidaknya satu pelajaran lagi yang dia dapat hari ini. Menghakimi seseorang tanpa memahami keadaan yang dialaminya adalah perbuatan yang rendah sebagai seorang manusia.

“lalu apa yang akan kau lakukan untuk membuat ‘calon suamimu’ itu menjadi normal kembali?” Tanya Sooji dan sedikit bergidik saat mengatakan calon suami. Bagaimanapun juga dia masih sedikit risih dengan kenyataan pria yang akan menikah dengan sahabatnya masih berstatus gay saat ini.

“hmm, entahlah. Aku hanya berpikir akan menghabiskan waktu dengannya dan membuatnya melakukan hal-hal romantis denganku” Jawab Soojung tersenyum lebar membuat Sooji berdecih.

“i don’t think so!” Sergah Sooji sembari memutar bola matanya merasa ide Soojung benar-benar tidak bermutu.

“just see, kau adalah orang pertama yang akan melihat kemesraanku dengannya” Janji Soojung dengan tegas membuat Sooji menatapnya dengan malas. Kemesraan? Sooji bahkan merinding saat mengeja kata tersebut.

###

Kangjoon mendengus panjang melihat sahabatnya terbaring di atas sofa dengan kaki yang terselonjor ke atas meja kayu di depan sofa dan dengan santainya dia memainkan remot tv LED yang berukuran cukup besar yang tergantung di salah satu sisi dinding apartemen itu.

“Kim Myungsoo, kapan kau akan dewasa?” Desah Kangjoon frustasi, sudah sejak 2 tahun yang lalu dia berusaha untuk membuat Myungsoo meninggalkan kebiasaan buruknya dan memulai untuk masuk ke dalam perusahaan tapi semua usahanya sia-sia. Pria itu terus saja berkelit dan membuat masalah.

“Myungsoo, please—sampai kapan kau mau seperti ini?” Kangjoon beranjak duduk di samping Myungsoo, tapi tetap saja pria itu tidak bergeming. Dia seolah-olah sedang menikmati acara reality yang sedang tayang di tv.

“forever, maybe?” Sahut Myungsoo acuh membuat Kangjoon sedikit berang, dengan paksa dia merampas remot tv di tangan Myungsoo dan mematikan tv.

“yak Seo Kangjoon! Kembalikan!” Pekik Myungsoo kaget saat menyadari gerakan Kangjoon sangat cepat, matanya melotot menatap Kangjoon berusaha untuk menekannya namun Kangjoon sama sekali tidak terpengaruh.

“berhentilah sekarang eoh. Kau sudah dewasa, sudah bukan waktu yang tepat untuk memberontak. Sekarang waktunya kau membantu ayahmu. Berhenti melakukan hal yang tidak berguna Myungsoo, jangan membuang waktumu!”

Myungsoo memutar bola matanya mendengar ceramahan Kangjoon, terkadang sahabatnya itu bisa menjadi seorang yang cerewet disaat yang sangat tidak tepat. Seperti malam ini contohnya.

“Kangjoon—ah, kau tau aku akan terus seperti ini. Jadi jangan repot-repot mengurusiku, sekarang lebih baik kau pulang” Myungsoo beranjak dari sofa dan berjalan meninggalkan Kangjoon, namun langkah kaki pria itu terhenti saat mendengar seruan yang keluar dari Kangjoon.

“apa sampai ibumu kembali baru kau akan berubah?” Kangjoon menatap punggung Myungsoo yang menegang, senyum lirihnya tercipta saat melihat tangan Myungsoo mengepal di kedua sisi tubuhnya.

“kita semua tau, ibumu tidak akan kembali meskipun kau membunuh dirimu sendiri”

Dengan gerakan yang sangat cepat Myungsoo berbalik menghampiri Kangjoon, bahkan belum sempat pria itu mengedipkan matanya sebuah tinjuan kini melayang mengenai pelipisnya membuat Kangjoon meringis dengan tubuh yang terhempas tak jauh dari Myungsoo yang berdiri menjulang dengan nafas terengah-engah.

“kau tidak tau!” Pekik Myungsoo marah, bukannya takut Kangjoon malah tertawa kecil kemudian mengusap pelipisnya yang dia yakin sebentar lagi akan lebam akibat tinjuan keras dari Myungsoo.

“berhenti jadi pengecut untuk mengakui semuanya Kim Myungsoo! Kau yang lebih tau dari siapapun” Desis Kangjoon sembari mengerang, rasa perih akibat tinjuan Myungsoo kini sudah menjalar ke hampir seluruh wajahnya.

“terima saja kenyataannya, jangan menyia-nyiakan hidupmu untuk sesuatu yang kau sudah tau akhirnya akan seperti apa dan lagi, hargailah ayahmu yang sudah ikhlas membesarkanmu selama ini. Aku hanya ingin kau membalas budi pada kebaikan ayahmu yang masih mau merawatmu meskipun kau setiap hari selalu saja membuatnya hampir jantungan dengan segala tindakan bodohmu itu!” Myungsoo hanya diam menatap wajah Kangjoon, dia mengetatkan rahangnya pertanda bahwa dia sangat marah saat ini namun dia tidak berani mengambil tindakan untuk menghajar Kangjoon untuk yang kedua kalinya karena sekarang saja perasaan menyesal telah merambat ke dirinya saat melihat Kangjoon terus-terusan meringis kesakitan.

“aku berharap kau mau mempertimbangkan ucapanku dan aku tidak akan menemuimu sebelum kau benar-benar bisa berpikiran dewasa” Ucap Kangjoon mengakhiri pertemuannya dengan Myungsoo, dengan angkuh dia berjalan meninggalkan apartemen Myungsoo, meninggalkan pria itu yang masih berdiri mematung ditempatnya. Bahkan setelah lama Kangjoon meninggalkannya dia tetap berdiri di sana menatap kosong ke depan dengan otak yang terus mereka ulang kalimat demi kalimat yang dikeluarkan Kangjoon untuknya.

###

“Sooji!” Gadis yang sedang asik berjalan dengan memegang kopi starbucks yang baru saja dibelinya tadi menghentikan langkah kakinya yang akan menaiki tangga menuju ke lantai dua. Alisnya terangkat menatap Haeri yang seolah tergesa-gesa untuk menghampirinya.

“ada apa ma’am?” Tanya Sooji, Haeri mengatur nafasnya panjang. Dia sudah mencari gadis ini dimana-mana sejak 20 menit yang lalu dan puji tuhan! Akhirnya bisa menemukan gadis tersebut saat ini.

“bisa membantuku?” Sooji mengernyit, tidak biasanya Haeri meminta bantuannya. Selama ini hanya dia yang selalu menawarkan diri untuk membantu Haeri, karena wanita itu sudah terbiasa hidup mandiri sejak remaja jadi meminta bantuan orang lain adalah bukan kebiasaan yang dimilikinya. Kecuali dia dalam keadaan yang benar-benar terdesak.

“ini pertama kalinya kau meminta bantuanku ma’am, dan ya—aku akan membantumu” Sahut Sooji seolah mengingatkan tentang kebiasaan Haeri, namun wanita itu tidak menggubrisnya dia malah mengangguk mantap dan menarik lengan Sooji untuk mengikutinya.

“memangnya ada apa? Apakah sangat penting?” Tanya Sooji lagi saat mereka sudah berada di dalam ruangan Haeri, wanita itu mendesah dan wajahnya terlihat cukup gusar.

“kau tau 3 hari lagi ulang tahun Jongsuk—” Sooji menganggukkan kepalanya sembari menatap waspada pada Haeri, jika ini mengenai Jongsuk. Tidak lain tidak bukan topiknya pasti berujung pada pernikahan mereka, dan sialan anak Jongsuk yang mati-matian menolak agar Jongsuk bisa menikah dengan Haeri. Sooji berjanji jika bertemu dengan pria itu dia akan memakinya dengan segala macam kosakata yang telah dia pupuk dikepalanya untuk pria tersebut.

“heh, dia ingin aku memberikan jawaban atas lamarannya di hari itu” Desah Haeri membuat Sooji tercekat. Dia tau semua sepak terjang hubungan Haeri—Jongsuk, mendengar Jongsuk meminta Haeri menjawab lamarannya berarti pria itu sudah benar-benar ingin menikah dengan Haeri. Karena selama 2 tahun terakhir semenjak lamaran pertamanya, Jongsuk sama sekali tidak pernah menuntut jawaban dari Haeri.

“katakan ya jika kau mencintainya, aku hanya bisa memberi saran seperti itu” Ungkap Sooji membuat Haeri menatapnya putus asa.

“kau tau sendiri, anak Jongsuk tidak menyukaiku. Lantas, bagaimana aku bisa menikah dengannya jika aku tidak diterima oleh anaknya?”

“Haeri—oh, disaat seperti ini haruskah aku memanggilmu bibi? Atau ibu—ah apapun itu, yang terpenting disini kau mencintainya dan dia mencintaimu. Menikahlah dan tunjukan pada anak sialan itu bahwa kau tidaklah buruk untuk menjadi ibunya” Cerca Sooji, dalam hati dia mengutuk siapapun yang menjadi anak Jongsuk. Bagaimana bisa wanita keibuan dan penuh perhatian seperti Haeri tidak sanggup membuatnya untuk menerima pernikahan ayahnya lagi? Astaga! Sooji bisa ikut stress jika memikirkan ini.

“makadari itu aku meminta bantuanmu—” Sooji menaikkan alisnya, dalam hal ini bantuan seperti apa yang bisa dilakukannya? “—aku berniat untuk menerimanya Sooji” Sambung Haeri seketika membuat Sooji melebarkan matanya tak percaya.

“benarkah? Kau akan melakukannya?” Tanya Sooji dengan seruan yang cukup keras, matanya berbinar antusias saat menatap Haeri. Wanita itu tersenyum dan menganggukan kepalanya meskipun dia mengukir senyumnya selebar mungkin, tapi dia sama sekali tidak dapat menutup raut kegusaran dari wajahnya.

“hei, tenanglah. Ini pilihan yang tepat. Aku akan selalu mendukungmu, jadi kau butuh bantuan seperti apa?” Ucap Sooji mendekati Haeri dan memeluk tubuh wanita itu sejenak, dia tersenyum bahagia. Sejujurnya bukan Jongsuk saja yang menanti jawaban dari Haeri, tetapi dia juga menunggu saat-saat seperti ini. Bagaimanapun juga Haeri sudah seperti orang tua keduanya dan dia ingin Haeri meraih kebahagiaannya.

“ikutlah denganku di acara Jongsuk, bantu kami meyakinkan anak Jongsuk” Ucap Haeri menatap Sooji penuh harap, gadis itu berpikir sejenak kemudian dia menggelengkan kepalanya.

“tunggu, aku sama sekali tidak mengenal putra paman Jongsuk. Lalu mengapa aku harus andil dalam hal ini?” Tanya Sooji, Haeri tersenyum cerah kemudian menggerling terhadap Sooji yang membuat gadis itu semakin bingung di tempatnya.

“kau tau kau adalah favorit Jongsuk—dan jika itu tentang anaknya, mungkin saja dia punya selera yang sama dengan ayahnya” Sooji melongo mendengar penjelasan Haeri, demi tuhan! Dia bahkan sempat melihat Haeri mengedipkan mata kepadanya, oh! I smell something fishy ini here.

“oh, tidak tidak! Tidak ada acara perjodohan, kau tau aku! Dan jawabannya akan selalu tidak” Tolak Sooji dengan kedua tangannya yang mengibas berulang-ulang, pemikiran Haeri dan Jongsuk kali ini tidak sejalan dengannya. Oh, dijodohkan dengan pria menyebalkan dan pembuat onar seperti anak Jongsuk? Bahkan dalam mimpi burukpun dia tidak pernah berniat untuk merasakan hal tersebut.

“Sooji, kumohon”

“please, aku akan membantumu apapun tapi tidak dengan hal ini” Balas Sooji, keduanya saling melempar tatapan memelas berharap bahwa tatapan tersebut bisa meluluhkan hati salah satu dari mereka.

“Sooji—ya, ibumu telah menyetujuinya” Ucapan Haeri sontak membuat Sooji berjingkat karena terlalu terkejut, dia mengumpat pelan namun umpatannya masih sanggup di dengar oleh Haeri.

“astaga! Dan kalian bahkan membicarakan ini dibelakangku? Sekali tidak tetap tidak! Aku bisa mencari pasanganku sendiri” Seru Sooji tak suka, ibunya dan Haeri benar-benar keterlaluan. Mereka berdua jelas tau Sooji seperti apa dan masalah perjodohan ini adalah salah satu hal yang paling dihindari oleh Sooji, tetapi keduanya malah secara terang-terangan berniat untuk melakukan itu kepadanya.

“Sooji, ayolah—”

“tidak!”

“Sooji—”

“aku tidak ingin dijodohkan dengan siapapun!”

Haeri menghela nafasnya panjang, Sooji telah menetapkan pilihannya dan sangat susah untuk mengubah prinsip gadis itu. Tidak ada yang bisa Haeri lakukan selain mengikuti keinginan Sooji, gadis itu tidak ingin dijodohkan, padahal dia sudah membayangkan bagaimana jika dirinya menikah dengan Jongsuk dan Sooji bersama anak Jongsuk. Dia akan sangat bahagia karena secara hukum Sooji telah menjadi anaknya juga.

“tapi ikutlah denganku nanti, eoh?” Pinta Haeri, mendengar itu Sooji menyipitkan matanya masih tidak percaya, “tidak ada perjodohan Sooji! Hanya membawamu sebagai kerabatku, lagipula Jongsuk menginginkan kau datang dihari jadinya” Jelas Haeri atas tatapan penuh tuduh dari mata Sooji.

“baiklah, asal kau bisa berjanji tidak ada yang namanya jodoh menjodohkan” Haeri mengangguk yakin, setidaknya dia sudah bisa memastikan Sooji akan ikut bersamanya nanti. Masalah rencana mereka, itu akan dibicarakan lain waktu.

###

Sooji mendengus dengan kesal, Soojung malam ini berniat untuk mengenalkannya kepada calon suami gadis itu namun bukan hal tersebut yang membuatnya kesal, pasalnya Soojung memaksanya untuk datang ke tempat sialan ini. Seumur hidup dia hanya ingin memasuki tempat ini selama sekali dan itu dulu—sangat dulu sekali, tetapi karena Soojung yang sialan tukang paksa itu dia akhirnya datang ketempat ini untuk yang pertama kalinya sejak beberapa tahun lalu.

Dengan helaan nafas yang dipaksakan Sooji memasuki tempat yang begitu bising tersebut, yah—club. Mustahil jika kau bisa menemukan satu saja club malam yang tidak bising seperti sekarang ini. Sooji bahkan harus meringis beberapa kali akibat sentakan-sentakan bass yang mungkin bisa memecahkan gendang telinganya.

Dia melakukan ini hanya demi Soojung. Gadis itu satu-satunya temannya saat ini, dengan menolak permintaan Soojung akan membuat gadis itu sedih dan dia tidak ingin melakukannya. Matanya terus mencari keberadaan Soojung, meskipun dia sadar selama berjalan memasuki club tersebut banyak mata yang meliriknya bahkan ada pula yang tidak segan-segan mendekatinya tetapi bukan Sooji namanya jika dia mau meladeni laki-laki brengsek seperti itu. Hanya dengan memberikan tatapan tajamnya saja, mereka sudah menciut dan menjauhi Sooji. Gadis itu bersyukur karena sifat ketus yang dimilikinya, setidaknya itu bisa menyelamatkannya dari pria hidung belang.

“astaga! Soojung!” Sooji berseru kesal saat kakinya sudah sampai ke meja Soojung, gadis itu tertawa kecil lalu menyuruh Sooji untuk bergabung bersamanya.

“kau gila menyuruhku ke tempat ini, benar-benar kacau” Gerutu Sooji masih dengan wajah yang ditekuk.

“Sooji, santai saja. Jangan terlalu kaku seperti ini, tidak akan ada yang berani macam-macam denganmu” Kelakar Soojung, dia cukup terhibur melihat Sooji ditempat ini. Karena setaunya gadis itu sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya di tempat haram ini, berniatpun tidak. Dan perasaan bangga menyelimuti dirinya saat dia berhasil membujuk gadis itu untuk masuk ke tempat ini.

“ayolah jangan cemberut terus, pesan minumanmu. Dia sedang di toilet” Sahut Soojung memberi kode pada salah satu pelayan yang berada di sekeliling bar.

“huh, cukup pesankan aku minuman yang tidak beralkohol” Gumam Sooji menyandarkan tubuhnya di sofa, meskipun dia tidak merasa nyaman tapi setidaknya dia bersama Soojung di sini dan dia tidak perlu resah.

“ck, suci seperti biasa, Bae Sooji?” Sindir Soojung yang dihadiahi pelototan dari gadis itu, Soojung terkekeh kemudian menyebut nama sebuah minuman kepada pelayan. Yang tentunya tidak mengandung alcohol.

“sudah kubilang aku tidak ingin yang beralkohol”

“astaga! Itu hanya cocktail biasa dengan soda! Bebas alcohol Bae Sooji” Geram Soojung, Sooji yang memang tidak tau minuman apa yang dipesan oleh Soojung itu hanya membulatkan mulutnya saja kemudian kembali bersandar.

“pacarmu mana? Kenapa lama sekali?” Gerutu Sooji, sudah lebih dari 10 menit dia tiba tapi pria yang ingin dikenalkan Soojung kepadanya belum muncul juga, padahal untuk ke toilet bagi seorang pria tidak akan menggunakan waktu sebanyak ini.

“masih ditoilet sepertinya, tunggu saja” Jawab Soojung acuh, Sooji menaikkan alisnya melihat gadis tersebut.

“kau tidak curiga jika dia bertemu dengan wanita yang lebih menggoda dibelakang sana?” Tanya Sooji memancing, Soojung meliriknya sejenak kemudian terbahak.

“aku rasa kau lupa, dia seorang gay Sooji. Jikapun ada wanita yang bertelanjang di hadapannya aku yakin dia akan segera muntah saat itu juga” Sahut Soojung dengan nada sarkasme membuat Sooji hanya bisa menggeleng miris meratapi nasib percintaan sahabatnya itu. Terjebak bersama gay? Oh Tuhan! Adakah kisah yang lebih buruk dari itu? Sooji menggeleng tidak ingin memikirkannya.

“nona, ini minumnya” Seorang pelayan menyela mereka membuat Sooji menoleh namun karena gerakan cerobohnya dia menyenggol gelas yang baru saja akan mendarat di atas mejanya, ahasil cairan yang berada dalam gelas tersebut tertumpah di atas roknya.

“astaga!” Seru Sooji terkejut, pelayan yang membawa minuman tersebut gelagapan dan segera menunduk meminta maaf.

“maafkan saya nona, saya akan menggantikan minuman anda” Sooji mendengus, bukan masalah minumannya yang tak tersisa, tapi masalah roknya yang basah. Dia mengangguk malas kemudian membiarkan pelayan itu kembali untuk membawa minuman baru untuknya.

“ckck, kau sangat tidak beruntung. Sana, keringkan rokmu di toilet” Sahut Soojung menggelengkan kepalanya, Sooji hanya mencebik kemudian beranjak menuju toilet.

Ah, pantas saja pacar Soojung lama karena nyatanya dia bisa melihat antrian yang cukup panjang di depan toilet tersebut. Sepertinya malam ini banyak orang yang berniat untuk membuang hajat mereka. Sooji terus melangkah mendekati toilet, namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat matanya sekilas menangkap pemandangan yang sanggup membuat bulu kuduknya merinding.

Di sana, di ujung lorong menuju toilet dia melihat sepasang—entahlah dia tidak tau harus menamakan mereka apa, tapi yang jelasnya dua orang pria dewasa yang dilihatnya saat ini sedang berpelukan—oh tidak, mungkin lebih tepatnya salah satunya mencoba untuk memeluk dan yang satunya lagi mencoba untuk melepaskan diri. Demi tuhan! Dalam sejarah perjalanan hidupnya baru kali ini dia menyaksikan secara live adegan yang melibatkan pasangan yang memiliki kelainan orientasi seksual.

Matanya terus menatap kepada pria yang terlihat cukup memaksa untuk memeluk pria lainnya itu, dia bergidik ngeri. Mereka sepertinya sedang bermasalah. Seketika rasa mual menyerangnya saat dia bertemu mata dengan pria itu, astaga! Matanya begitu tajam dan Sooji jelas melihat kilatan emosi di sana namun dia tidak tau jika kemarahan pria itu ditujukan kepadanya atau kepada pria yang berada dalam pelukannya.

“oh tuhan—” Sooji benar-benar tercekat tak sanggup melihat itu lebih lama lagi, dia berlari kecil melewati pasangan gay tersebut. Mencoba mengabaikan mereka karena dia jelas tau bahwa mata tajam itu terus mengikutinya sampai dia masuk ke dalam toilet.

Dengan gerakan cepat Sooji berlari menuju wastafel dan mengeluarkan isi perutnya, sungguh adegan yang begitu menjijikkan! Dia bahkan hanya melihat kedua pria itu saling berpelukan, bagaimana reaksi tubuhnya jika melihat mereka melakukan hal yang lebih? Demi tuhan! Sooji tidak ingin mengalaminya lagi.

Setelah mengeringkan roknya dia bergegas keluar dari toilet dan segala puji syukur dia panjatkan dalam hatinya karena penyebabnya mual malam ini sudah tidak nampak. Kaki jenjangnya kembali menyusuri club tersebut dan menghampir meja Soojung. Di sana sudah ada seorang pria yang duduk disamping gadis tersebut, namun alisnya berkerut melihat penampakan pria itu dari belakang.

“maaf, aku lama” Ucap Sooji membuat dua orang yang sedang berbincang serius itu mendongak dan menatapnya.

“oh tidak apa-apa” Soojung tersenyum lebar pada Sooji kemudian melirik pria disampingnya, saat Sooji duduk di hadapan mereka berdua, pria itu menatap Soojung dengan tatapan penuh Tanya.

“ini sahabat yang aku ceritakan, kita bekerja ditempat yang sama oppa—Bae Sooji” Ucap Soojung mengenalkan Sooji pada pria itu, “Sooji ini calon suami yang kukatakan—Shin Wonho” Lanjutnya menatap kepada Sooji, Sooji meneliti penampilan pria itu sebentar kemudian terkesiap.

Astaga! Demi flying Dutchman dan kapal hantunya yang kotor—dia salah satu pria yang tadi kulihat, gay! Oh My God!

Soojung berdehem pelan membuat Sooji mengerjapkan matanya, dia sadar bahwa telah menatap pria itu dengan mata yang melebar terkejut dan itu disalah artikan oleh Soojung. Sooji terkekeh kecil kemudian menyambut uluran tangan Wonho.

“Bae Sooji, cukup panggil Sooji” Ucap Sooji, pria itu tersenyum manis lalu menganggukan kepalanya.

“Wonho” Gumamnya pelan, Sooji melepaskan tangannya kemudian menatap sepasang calon pengantin dihadapannya dengan bergantian.

“hmm, jadi Sooji—ssi aku rasa Soojung telah memberitahumu tentangku, benarkan?” Wonho bertanya tiba-tiba membuat Sooji gelagapan, dia kemudian menatap Soojung yang hanya mengangkat bahunya acuh.

“ah, i—iya—dia memberitahuku” Jawab Sooji gelagapan, melihat kegugupan Sooji, Wonho tersenyum kecil menatap Sooji dengan geli.

“kau terlihat takut padaku, aku bukan seorang kriminal Sooji—ssi. Hanya seorang gay” Ungkap Wonho tanpa malu membuat Sooji tertohok. Pria itu bahkan tidak malu dengan keadaannya saat ini dan Sooji dengan gamblangnya memperlihatkan sikap antipati pada pria tersebut.

“eh—aku, hmm maaf. Aku tidak bermaksud—” Sooji menggantung ucapannya, dia sama sekali tidak tau harus mengatakan apa sehingga mendesah panjang, “heh, maafkan aku. Aku hanya terkejut. Aku harap kau bisa mengerti” Ucap Sooji dengan wajah penuh penyesalan, Soojung tersenyum melihatnya. Setidaknya Sooji sudah berusaha mau menerima keadaan Wonho.

“tidak apa-apa, Soojung juga bereaksi seperti dirimu diawal, jadi aku mengerti” Sooji tersenyum, dia merutuki kebodohannya selama ini. Ya, dia mengakui kalau selama ini selalu menilai seseorang dari penampilan luarnya saja. Dan hari ini dia sadar bahwa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan, karena nyatanya dari penglihatannya saat ini Wonho adalah seorang pria yang baik, terlepas dari keadaannya yang berstatus gay tersebut.

“oh ya, jadi kapan pernikahan kalian? Kau tau, selama ini Soojung selalu tidak sabar untuk merancang gaun pernikahannya sendiri” Wonho tertawa kecil kemudian melirik geli pada Soojung yang sudah merona ditempatnya, sementara Sooji tersenyum puas. Ya, Wonho pria yang baik.

“rencana awalnya adalah 3 bulan ke depan, tapi kau tau sendiri masalahku sekarang seperti apa. Dan kami sedang berusaha agar pernikahan itu benar-benar terlaksana” Jawab Wonho membuat Sooji tersenyum ragu padanya.

“tapi, apakah kalian yakin? Umm, kau tau—eh maaf jika aku menyinggungmu tapi kita tau kau sudah lama mengalami kelainan orientasi seksual, apa hal itu bisa diubah dalam kurun waktu secepat itu?” Sooji memasang wajah tak enaknya pada Wonho dan menatap minta maaf pada Soojung karena menanyakan hal yang sensitive tersebut, tapi Wonho sama sekali tidak merasa tersinggung akan pertanyaan Sooji, yang ada dia malah tertawa kecil.

“kau tau dimana ada niat disitu ada jalan. Aku sangat berniat ingin menikahi Soojung jadi aku yakin bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencana” Jawab Wonho, Soojung tersenyum malu kemudian memukul pundak Wonho pelan.

“eishh, kau membuatku malu saja” Gumam Soojung.

“kenyataannya memang seperti itu sayang” Sooji tersenyum geli melihat interaksi sepasang kekasih dihadapannya, melihat perilaku Wonho dia jadi melupakan kejadian menjijikkan yang sempat ditontonnya tadi.

“kalian terlihat serasi” Sahut Sooji yang diangguki oleh Wonho.

“jangan ikut-ikutan menggodaku” Seru Soojung berusaha menutupi wajahnya yang memerah, oh betapa manisnya wajah Soojung saat ini, dan selama tiga tahun terakhir Sooji sama sekali tidak pernah melihat Soojung bisa merona seperti saat ini.

“kenyataannya memang seperti itu sayang” Ucap Sooji meniru Wonho yang sontak membuat dirinya dan Wonho langsung tergelak sementara Soojung semakin menyembunyikan wajahnya. Sialan! Dia menyesal harus mempertemukan mereka berdua malam ini, seharusnya dia tidak mengenalkan Sooji pada Wonho jika dia tau akhirnya kedua orang itu sangat cocok jika bekerja sama untuk menggodanya.

“eh, aku harus segera pulang. Kau tau, gambarku masih belum selesai” Ucap Sooji saat matanya melirik jam tangannya, Soojung menatapnya memelas.

“secepat ini?”

“maaf Soojung, deadline gambarku minggu depan. Kau tau seperti apa bos kita, aku pergi ok!” Sooji beranjak dari kursinya dan mengambil tasnya, “Wonho, lain kali kita akan bertemu lagi, ya?” Sooji menatap Wonho dengan binar antusias, sepertinya dia akan menjalin pertemanan yang sangat baik dengan pria itu kedepannya. Wonho mengangguk pada Sooji.

“ya, kita bisa makan siang bersama”

“sure, dan tanpa Soojung tentunya” Sooji menggerling pada Wonho yang terkikik kemudian gadis itu melenggang pergi tanpa berniat melihat reaksi Soojung yang pasti akan marah-marah padanya. Dan nyatanya dugaannya benar, dia melirik kembali ke meja itu dan melihat Soojung tengah menggerutu pada Wonho.

“pasangan yang unik” Gumam Sooji melangkah keluar dari bangunan sialan tersebut.

###

TBC

Yosh Part 2 DONE!

I dedicated this part for AnyaKurniadiputri anyone kwon about her? Yeah, sejak part 1 kemarin di publish si anya emang paling gencar terror aku buat posting part 2 nya. Semoga anya bahagia dengan part 2 ini hahaha. Special For you~

Nah untuk part selanjutnya kita main gimana? Siapapun memberi komentar yang paling bijak akan aku dedikasiin part selanjutnya untuk dia. Jadi jangan ragu untuk komentar dan berikan tanggapan kalian, siapa tau aja beruntung hihi.

Oke, back to story. Kemarin banyak yang berpikiran kalau pria yang sama Soojung itu Myungsoo—dan banyak spekulasi hihi, aku senang baca komentar kalian yang menebak-nebak tentang cerita ini. Disini udah terkuak pria itu siapa jadi merasa aja yang tebakannya benar siapa dan tebakannya salah siapa hihi.

Time For Comment~

Thank You. xoxo.

Best Regards,

elship_L

-13Jan’16–