Move On – Cheesecake

move-on-copy

-CHEESECAKE-

“Uncle!”

Myungsoo tersenyum saat baru saja turun dari mobil, bocah itu langsung meninggalkan Ibunya yang sedang berdiri didepan pintu butik lalu menerjang Myungsoo.

“Zen, yindu.”

Myungsoo tertawa kecil lalu meraih tubuh Arzen untuk masuk ke dalam pelukannya, ia menciumi pipi anak itu.

“Sama, Uncle juga rindu Zen.” Bisik Myungsoo pelan membuat Arzen melingkarkan tangan dilehernya dan tersenyum lebar.

“Hai” Sooji melirik Myungsoo yang mendekat padanya.

“Hai, langsung jalan?” Myungsoo mengangguk lalu mempersilahkan Sooji untuk masuk ke dalam mobilnya.

“Zen, itu Unclenya dilepas dulu. Kita mau jalan,” tegur Sooji saat melihat Arzen masih memeluk Myungsoo.

“Tidak mau.” Rajuknya membuat Myungsoo tersenyum.

It’s okay, aku akan memangkunya.”

“Tapi itu kebiasaan buruk dan tidak aman,” Sooji menolak, Myungsoo mendesah akhirnya mencoba membujuk Arzen tapi anak itu masih kukuh tidak mau melepaskannya.

“Hanya sekali ya? Kasihan Arzen,” Myungsoo memandang Sooji memohon membuat wanita itu mendengus lalu membiarkan Myungsoo masuk ke dalam mobil dengan Arzen dipangkuannya.

“Aku hanya tidak ingin membuat Arzen terbiasa digendong–dia akan ketergantungan. Lagipula kamu akan menyetir,” ucap Sooji, mobil Myungsoo melaju dengan kecepatan pelan mengingat ia membawa seorang wanita bersama anaknya di dalam mobil ini.

“Aku mengerti. Tidak apa-apa hanya sekali ini saja,” sahut Myungsoo yang sedang membelai rambut pirang Arzen dengan satu tangannya sementara tangan yang lain memegang kemudi membuat mata anak itu menjadi sedikit sayu. Sooji hanya menatap waspada kedua laki-laki itu, takut Arzen mengganggu kenyamanan Myungsoo berkendara.

“Jadi, kita akan makan dimana?”

“Kamu yang pilih,” Myungsoo terlihat berpikir sejenak, “for your information Arzen suka lasagna.”

Pria itu tersenyum geli lalu mengangguk mengerti setelah tau dimana akan makan malam ini, “aku tau tempat yang tepat.”

*

“Ya ampun Zen, makannya pelan-pelan dong nak,” Sooji menegur dengan suara rendah melihat putranya makan dengan tergesa-gesa, tadi setelah pesanan mereka datang Arzen langsung memekik histeris saat melihat semangkuk lasagna untuknya.

“Wajar anak-anak makan berantakan, tidak usah ditegur,” ucap Myungsoo, ia tersenyum sembari menyeka beberapa daging yang menempel dipipi gembil Arzen.

“Anak ini daridulu selalu saja semangat kalau makan,” decak Sooji akhirnya membiarkan Arzen menikmati makanannya sendiri.

“Ini enyak Mom,” gumam Arzen dengan mulut penuh, Sooji hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putranya.

“Iya enak kan? Ada kepitingnya di dalam loh,” mata Arzen langsung bersinar saat mendengar kepiting, bocah itu langsung menelan makanan dimulutnya lalu menyuapnya lagi dengan porsi banyak. Myungsoo tertawa melihat reaksi Arzen.

“Kamu suka kepiting ya? Nanti kita pergi menangkap kepiting, mau ya?” Ajak Myungsoo yang langsung diangguki oleh Arzen.

Selang mereka makan, Sooji dan Myungsoo berbincang mengenai beberapa hal. Semisal keadaan butik Sooji disini dan di Venesia, lalu Sooji juga bercerita akan melakukan fashion show untuk musim panas tahun ini di Milan. Sementara Myungsoo bercerita tentang beberapa anak-anak yang menjadi pasiennya sekarang, membuat Sooji sedikit tertarik karena dia sangat jarang bertemu pria yang bisa akrab dengan anak dalam waktu singkat seperti Myungsoo.

Setelah menghabiskan makan malam mereka, kini waktunya untuk dessert dan sekali lagi yang lebih antusias disini adalah Arzen.

“Arzen sangat suka makan ya?” Tanya Myungsoo, Sooji yang sedang menyendokkan cheesecake untuk Arzen menoleh dan mengangguk.

“Dia tipe anak pemakan segala, aku senang karena dia tidak pilih-pilih makanan. Tapi kadang aku khawatir, jika dia makan bermacam-macam kesehatannya akan terganggu.” Jelas Sooji.

“Itu tidak masalah, asal kamu mengimbangi makanannya dengan nutrisi yang sehat seperti sayur dan buah,” nasehat Myungsoo membuat Sooji tersenyum.

“Aku tidak salah mengenal seorang dokter anak. Setidaknya Arzen memiliki pakar gizinya sendiri,” kekehnya dengan suara rendah. Myungsoo ikut tersenyum dan menatap Sooji.

“Zen kenyang,” ucap Arzen dengan wajah sayu, dia mendorong sendok didepan mulutnya lalu mengusap perut gembulnya.

“Ya sudah, Mom yang habiskan ya?” Arzen mengangguk lalu dia beralih pada Myungsoo, mengulurkan kedua tangannya pada pria itu yang langsung ditanggapi sigap olehnya. Myungsoo mengeluarkan Arzen dari baby chairnya lalu memangku bocah itu, membiarkannya menyandar dibahunya untuk tidur.

“Arzen sangat manja,” bisik Myungsoo pelan, Sooji yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Ia kemudian mencoba cheesecake yang sejak tadi ingin dicicipinya namun terhalang karena Arzen minta disuapi.

“Ehmm, ugh ini sangat nikmat,” Myungsoo langsung mengangkat wajahnya menatap ekspresi Sooji yang begitu menakjubkan saat mencoba cheesecake, ia menelan ludah saat sekali lagi mendengar desahan Sooji dengan mata yang terpejam saat menyuapi potongan kue itu kedalam mulutnya.

“Aku bisa membuat yang lebih enak dari itu,” ucapnya tiba-tiba, Sooji yang sedang menikmati dessertnya langsung menoleh menatap Myungsoo.

“Kamu bisa memasak?”

“Lebih tepatnya membuat kue, aku cukup jago.” Sooji melongo tidak percaya, seberapa banyak bakat yang dimiliki oleh pria itu, “jadi apa kamu ingin merasakan cheesecake buatanku?”

Sooji terdiam, sejak masa remaja cheesecake adalah favoritnya, ketika tinggal di Jerman untuk melanjutkan kuliahnya ia sudah menyusuri segala macam toko kue dinegara itu demi mencari cheesecake yang enak. Dan saat ini mendapatkan tawaran untuk dibuatkan kue itu, tidak mungkin akan ditolaknya.

“Kuharap rasanya tidak mengecewakan,” Sooji menggerling menatap Myungsoo, membuat pria itu mengerjap lalu berdiri dari kursi. Dia meninggalkan beberapa lembar uang untuk membayar makanan mereka serta tips untuk pelayan lalu berjalan keluar dari restoran dengan cepat.

Sooji hanya tersenyum mengikuti pria itu, “kemarikan Arzen, aku yang akan menggendongnya,” ujar Sooji. Myungsoo berbalik memberikan Arzen pada Sooji lalu membuka pintu mobil untuk wanita itu.

“Aku tidak akan pernah mengecewakanmu,” gumamnya pelan lalu menutup pintu, dan segera menyebrang untuk masuk ke dalam mobil.

“Sorry?” Myungsoo menoleh saat Sooji menatapnya heran, ia tersenyum kecil.

Cheesecake, buatanku adalah yang terbaik.”

“Oh, percaya diri Tuan?” Sooji mengangkat alisnya membuat Myungsoo mengedikkan bahu lalu mengangguk sekali menyatakan bahwa ia sangat percaya diri dengan kue buatannya sendiri.

***

“Aku baru pindah satu tahun disini,” Sooji langsung menoleh pada Myungsoo ketika mereka memasuki apartemen pria itu, “aku berencana membeli rumah, itu masih dalam proses pengerjaan.” Lanjut pria itu lagi.

“Jadi sebelumnya kamu tinggal dimana?”

“Busan, aku praktek disana selama empat tahun. Baru kembali ke Seoul lagi tahun lalu,” jawab Myungsoo, “sini tidurkan Arzen dikamarku,” Myungsoo mengambil alih Arzen dan membawa bocah itu masuk kedalam kamarnya. Sooji hanya menunggu diruang tengah sembari melihat-lihat keadaan apartemn itu.

“Kamu bisa menunggu disini, aku akan kedapur,” Sooji terlonjak saat Myungoo tiba-tiba muncul disampingnya, ia menggeleng lalu mengikuti langkah pria itu.

Dapurnya sederhana tapi peralatan disana sangat lengkap, sepertinya benar bahwa Myungsoo pandai memasak.

“Apa kamu keberatan jika aku melihatmu?” Myungsoo menoleh padanya lalu menggeleng.

“Asal kamu tidak mencuri lihat resep rahasiaku,” keduanya tertawa bersamaan, Sooji duduk dikursi pantri sementara diseberangnya Myungsoo sibuk dengan adonan kuenya.

“Kenapa tidak menjadi koki saja?”

“Ini hanya sekedar hobi. Menjadi dokter adalah cita-citaku.” Sooji mengangguk mengerti, “kamu sendiri kenapa tidak menjadi dokter? Kudengar dari Jingoo jika dulu kamu juga sekolah kedokteran.”

Sooji terdiam mendengar pertanyaan itu membuat Myungsoo mendongak untuk menatapnya, ia langsung tersenyum kecil, “manusia bisa berubah pikiran bukan? Aku hanya lebih senang menjadi pembuat baju,” jawabnya santai.

Myungsoo mengangguk mengerti lalu meneruskan pekerjaannya, setelah selesai ia meletakkan adonan kedalam talang lalu memasukannya kedalam oven.

“Nah, kita hanya perlu menunggu duapuluh menit lagi.” Desah Myungsoo menepuk tangannya lalu mendekati Sooji, “mau coklat panas?” Tawarnya, Sooji tersenyum dan mengangguk.

Setelah membuat coklat panas untuk mereka, Myungsoo kembali kesisi Sooji dan duduk disamping wanita itu, menyodorkan segelas coklat panas untuknya.

“Hmm jadi, kamu tidak tinggal disini?” Tanya Myungsoo memulai.

“Aku tinggal di Venesia sejak Arzen lahir. Baru tiga tahun aku sering ke Seoul, karena butikku disini harus ada yang kontrol,” jelas Sooji menyesap coklat panasnya dengan hati-hati lalu mendesah panjang, “ini nikmat.”

Myungsoo menatap Sooji dalam diam, entah mengapa ia merasa panas tiba-tiba saat mendengar Sooji mengatakan kata nikmat dengan mata tertutup seperti itu. Tiba-tiba saja ia membayangkan bagaimana jika Sooji terbaring telanjang dibawahnya sambil mendesahkan kata itu dan dia menghujam tubuhnya dengan keras dan cepat.

“Oh ini nikmat Myungsoo.” Sekali lagi desahan itu terdengar dan dengan gerakan cepat Myungsoo menarik kepala Sooji lalu mencium bibir wanita itu, rasanya seperti coklat. Sooji terlonjak kaget mendapatkan serangan tiba-tiba, kedua tangannya secara otomatis melepaskan tangannya dari gelas yang berada diatas meja. Merasakan ciuman Myungsoo yang menuntut dan penuh gairah membuatnya ikut terpancing membalas ciuman itu dengan gairah yang sama.

Myungsoo merasakan gairahnya langsung naik saat mendapatkan balasan dari Sooji, ia turun dari kursi lalu semakin mendekatkan tubuh mereka. Kedua tangan Sooji sudah melingkar di lehernya dan meremas rambut hitamnya dengan erat, ia berdiri diantara kaki Sooji memeluk pinggang wanita itu sementara satu tangannya menekan tengkuk Sooji agar ciuman mereka semakin dalam.

Semakin lama gairah yang mereka rasakan semakin tak terpendam, Myungsoo sudah ancang-ancang untuk mengangkat tubuh Sooji namun bunyi alarm oven menyadarkannya. Tiba-tiba keduanya saling melepaskan diri dengan nafas terputus-putus.

“Hhh, itu–kuenya–” Sooji berbisik pelan, Myungsoo menjauh lalu mendekati oven untuk mengeluarkan cheesecake yang telah selesai. Memotong sedikit untuk diberikan pada Sooji.

Myungsoo berdiri didepan Sooji dengan meja pantri yang memisahkan keduanya, ia mengawasi wanita itu saat menerima piring darinya dan hendak mencicipi cheesecake itu. Sooji memasukan satu potongan kecil kedalam mulutnya, mengunyahnya dengan pelan lalu memejamkan mata dan kembali desahan itu keluar membuat Myungsoo mengepalkan tangannya.

“Kamu benar, ini yang terbaik,” ucap Sooji dengan suara rendah, saat membuka mata ia mendapati Myungsoo sedang menatapnya dengan pandangan aneh.

“Aku mau kamu,” desis Myungsoo tiba-tiba, membuat Sooji mengerutkan alisnya bingung, “aku mau kamu Sooji. Dikamarku. Sekarang.”

“Oh.”

Sooji tidak tau kapan Myungsoo berpindah tempat, yang diketahuinya saat ini adalah tubuhnya sudah berada dalam gendongan pria itu sementara langkah Myungsoo sangat tergesa membawanya entah kemana.

“Myungsoo,” bisiknya pelan namun Myungsoo tidak mengindahkan, ia sama sekali tidak akan menolak keinginan Myungsoo karena sejujurnya dia juga menginginkan hal itu. Terlebih setelah ciuman panas mereka barusan, jelas pelepasan itu harus dilakukan.

*

Keputusasaan akibat sudah terlalu lama tidak bercinta karena suaminya telah meninggal membuat Sooji menjerit nikmat ketika Myungsoo menciumi seluruh tubuhnya, ia sudah lupa jika melakukan seks sehebat ini. Myungsoo tau dimana ia harus menyentuh agar Sooji terangsang.

“Myung–ugh–”

Myungsoo bergumam puas melihat keadaan Sooji dibawahnya, tubuh mereka berdua telah polos sementara ia mengatur posisi untuk memasuki Sooji. Tubuhnya tidak bisa menunggu lebih lama lagi hingga dengan sekali gerakan keduanya telah menyatu.

Sooji mengenryit sekilas lalu desahannya langsung keluar saat Myungsoo menggerakkan tubuhnya, “oh Myungsoo, ya–yah–” erangnya merasa nikmat. Myungsoo terus menhujam tubuh Sooji dengan cepat sementara bibirnya sudah bergerilya di dada wanita itu.

Ia mengulum puncaknya membuat Sooji melengkungkan punggung karena kenikmatan tersebut, kedua tangan Sooji juga tidak tinggal diam. Ia meraba, mengusap dan merasakan otot-otot tubuh Myungsoo didada serta lengannya, sesekali ia meremas bahu liat itu saat Myungsoo menghujamnya dalam-dalam.

Myungsoo mengerang merasakan miliknya berkedut didalam milik Sooji yang lembab dan hangat, “ugh, Soo–ji,”

“Ya, ya, disitu Myungsoo, ahh–Myung–aku—”

Myungsoo naik untuk mencium bibir Sooji, mereka saling melumat sementara tubuh bawah mereka bergerak secara beriringan demi mencapai kepuasan bersama.

“Oh, oh–oh, oooh,” Sooji merintih saat mendapatkan puncaknya, ia masih mencium Myungsoo sementara tangannya memeluk erat leher pria itu. Myungsoo yang merasakan jepitan kuat dari Sooji membuatnya meraung.

“Oh Sooji, ya ya–uhmm, ya–uggh, ugh, ugh,” Myungsoo menyentak tubuh Sooji beberapa kali hingga cairannya keluar semua, tubuhnya langsung melemas. Ia menjatuhkan diri diatas Sooji meredakan gairah yang baru saja mencapai klimaksnya.

“Tadi luar biasa Myungsoo,” bisik Sooji mengusap rambut Myungsoo yang telah basah karena keringat. Myungsoo tersenyum membelai lengan wanita itu lalu mendaratkan ciuman didadanya.

Setelah mengistirahatkan diri, Sooji langsung bangkit membuat Myungsoo menahannya, “mau kemana?”

“Zen.”

“Biarkan dia tidur. Aku sudah memberi bantal disekelilingnya agar tidak jatuh,” ucapnya dengan suara serak, “tidurlah. Kamu pasti lelah.” Setelahnya keduanya tertidur pulas setelah kelelahan.

*

Esok paginya Myungsoo terbangun dan terkejut melihat keadaannya sendiri, sementara saat menoleh ia menemukan Sooji tertidur disampingnya. Seketika bayangan seks semalam yang mereka lakukan terlintas.

“Oh tidak,” gumamnya pelan mentup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

“Ben–” Myungsoo kembali menoleh pada Sooji dengan alis terangkat, “Ben.” Wanita itu mengigau, ia mendekat lalu menepuk pipinya pelan.

“Sooji? Hei bangunlah,” bisiknya namun Sooji masih memejamkan mata, sekali lagi ia menepuk pipi wanita itu, “Sooji?”

Sooji langsung membuka mata dan menemukan wajah Myungsoo didekatnya, ia berjengkit dan meringsut menjauh. Sejenak mencoba untuk mencerna apa yang sedang terjadi lalu ketika kesadarannya kembali ia hanya mendesah.

“Aku mengagetkanmu?” Tanya Myungsoo bingung, Sooji tersenyum kecil dan menggeleng.

“Aku harus pulang. Ibu pasti mencariku,” ucapnya kemudian beranjak dari ranjang, mengabaikan keadaannya yang sedang tidak memakai apapun. Myungsoo menelan ludah melihat tubuh Sooji dengan pencahayaan yang lebih jelas.

“Myungsoo?” Pria itu mengerjapkan mata lalu tanpa sadar Sooji telah berpakaian rapi, “aku akan membangunkan Arzen.”

“Biar aku mengantar kalian pulang,” tahan Myungsoo tapi Sooji menggelengkan kepalanya.

“Aku akan memesan taksi. Kamu akan terlambat ke rumah sakit,” tolak Sooji, Myungsoo ingin berbicara lagi namun Sooji mendahuluinya, “terima kasih sudah mengizinkanku menginap. Selamat tinggal.”

Myungsoo hanya menatap kepergian Sooji, hingga lama ia terdiam ketika memikirkan perkataan Sooji. Selamat tinggal?

“Eh?” Myungsoo langsung menyambar baju kaos serta celana pendeknya, ia segera keluar dari kamar mencari keberadaan wanita itu namun tidak menemukan siapa-siapa. Ia hanya mendesah panjang lalu kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya.

Padahal hari ini dia tidak memiliki jadwal apapun di rumah sakit.

***

Hayo yang mesum siapa nih??

Sengaja di cut ya adegannya 😂😂😂 ntar kalau aku khilaf bakal aku kasih full shot deh…tapi gak janji ya ✌✌✌

Siapa yang nebak Myungsoo sama Sooji udah ada rasa nih? Masa sih?

Kok aku ngerasa mereka cuma nafsu doang ya? Kalau main perasaan terlalu cepat untuk mereka soalnya 😅

See you next part ya 🙆🙆🙆🙆

[27/02/17]

16 responses to “Move On – Cheesecake

  1. hubungan myungzy cepet bgt udh sjauh ini, tp myung bahkan blm mnyatakan cinta, entah dia jatuh cinta sm sooji/ ngga, tp pasti myung harus brtanggung jwb atas apa yg sudh dilkukannya, moga myung cpt mau bertanggung jwb sblum sooji pergi ke venesia,😥😥
    next part ditunggu😘

    Liked by 1 person

  2. hubungan myungzy cepet bgt udh sjauh ini, tp myung bahkan blm mnyatakan cinta, entah dia jatuh cinta sm sooji/ ngga, tp pasti myung harus brtanggung jwb atas apa yg sudh dilkukannya, moga myung cpt mau bertanggung jwb sblum sooji pergi ke venesia,😥😥
    next part ditunggu😘

    Liked by 1 person

  3. Stagaaaa KZL lohh wattpad error ngga bisa komen 😥😥

    Ok back to story 😂😂
    Waahhhh jadi berasa baca ff nc 😂
    Eh eh eh itu sooji kenapa bilang selamat tinggal ? Knapa ngga bilang sampai jumpa ?

    Next eonn fighting 💪✊✊

    Liked by 1 person

    • Iya nih 😫😫😫😫 gondok banget sama wattpad 😭😭😭 errornya gk blg” kalau tau aku gk update hari ini *eh 😅

      Iya ffnya emang semi nc kok 😂 sengaja biar pada bahagia yg baca 😆😆😆😆

      Like

  4. Suzy nya lama ga disentuh, jadi gampang bergairah kalo disentuh sedikit 😂😂😂😂😂
    Nah kalo Myungsoo nya laki laki, kapan aja bisa bergairah. Cocok deh nafsunya bedua kalo ketemu 😁😁😁😁
    Eh moga moga entaran Ogi nya khilaf yaa biar dikasi full shot wkwkwk ✌✌✌

    파이팅 오기 !! 😉

    Liked by 1 person

  5. Wew aku ketinggalan jauh ternyata uda banyak kelanjutan nya . Duh dapet setan dari mana tuh mereka sampe kaya gitu hehe.
    Aku lonpat ke cerita berikutnya ya,

    Liked by 1 person

  6. wah, mereka bisa keleapasan gitu yaaa. berasabarat banget. aku sih pikirnya itu cuma nafsu belum ada rasa apa2 ngga mungkin secepet itu kan? lagian ngga ada kesan love at the first sight nyaa

    Liked by 1 person

Give Your Feedback Please