VENGEANCES – Begin [1]

-Begin-
[Bagian Satu]

vengeances

“Good. Nothing’s changed.”

Pria itu menatap sekitarnya, bibir tipisnya melengkung keatas melihat keadaan bandara Incheon, hampir duapuluh tahun ia tidak menginjakkan kaki di negara kelahirannya. Dan kali ini karena satu dan lain hal akhirnya ia kembali.

Matanya terus menelisik mencari wajah yang mungkin dikenalinya namun tidak ada satupun yang ia kenali, ia mendesah panjang lalu senyumnya terukir ketika melihat seorang pria dengan setelan jas yang rapi memegang sebuah kertas berukuran A3 dengan tulisan namanya disana.

“Oho, there you are,” menggumam pelan sembari mendorong troli yang berisi beberapa koper miliknya sementara tas ransel ia kaitkan disalah satu pundaknya, “hai, kupikir akulah orang yang kau tunggu.” Sapanya tepat ketika ia berdiri dihadapan pria itu, sang pria menatap wajahnya seolah sedang memindai lalu kemudian mengangguk kaku.

“Selamat datang Tuan. Mari ikut bersama saya,” ucapnya dengan nada formal, pria itu berdecak tapi tetap mengikuti langkahnya dengan malas.

“Apa nona muda itu yang menyuruhmu menjemputku? Kenapa dia tidak menjemputku sendiri?” Tanyanya sementara mereka berjalan menuju parkiran, sang supir hanya diam tidak menanggapi pertanyaannya karena merasa itu tidak perlu, “hmm baiklah, aku tau bosmu orang yang sangat sibuk. Tapi seharusnya dia melayaniku dengan benar. Dia yang memanggilku kemari.”

“Silahkan masuk Tuan. Saya akan meletakkan barang-barang anda di bagasi.”

Pria itu berdecak melihat supir kaku itu sudah membuka pintu mobil untuknya, ia segera masuk ke dalam mobil dan mengamati interior mobil tersebut.

“Dia orang kaya tapi menjemputku dengan mobil sedan biasa seperti ini?” Gerutunya dengan wajah tertekuk karena telah membayangkan akan dijemput dengan mobil mewah, “ckck, kalau tau aku tidak akan menuruti permintaannya.”

Dia menatap supir yang duduk didepannya dengan wajah penasaran, sesekali matanya memandang keluar jendela, mungkin perkiraannya sedikit salah. Kota kelahirannya sudah banyak berubah, dulu ketika meninggalkan Korea keadaannya tidak seramai ini. Sekarang, dia bisa melihat kendaraan berlalu lalang memenuhi jalanan serta gedung-gedung tinggi yang telah memenuhi kota ini.

“Jadi aku akan dibawa kemana?” Tanyanya setelah beberapa jam meninggalkan bandara, sudah lama tidak pulang ke Seoul jadi ia tidak hapal dengan jalanannya.

“Apartemen yang akan anda tinggali disini.”

“Hmm, bukannya aku harus bertemu bosmu dulu?”

Ahgassi mengatakan anda perlu istirahat terlebih dahulu.”

Pria itu mengangguk sembari tertawa kecil, “masih punya sisi kemanusiaan ya? Kupikir dia sudah kehilangan hal itu semenjak menjadi orang kaya.” Decaknya, “bangunkan aku jika sudah tiba. Seperti katamu tadi, aku memang butuh istirahat.” Lanjutnya lagi sebelum memejamkan mata untuk tidur, jetlag membuat kepalanya sedikit pusing.

***

“Ini milik berkas milik Kim Seunghwan,” Krystal memberikan Sooji dua map berbeda warna pada Sooji yang sudah menantinya sejak tadi.

“Jadi apa yang kau dapatkan darinya?”

Krystal duduk dihadapan Sooji lalu membuka salah satu map yang berwarna merah, ia menunjuk sebuah tabel yang terlihat seperti data transaksi, “aku tidak tau dari mana Ny. Woohee mendapatkan ini, tapi ini adalah kunci untuk menjerat Kim Seunghwan.”

Sooji membaca data-data tersebut dengan alis berkerut, “ini–”

“Yap, transaksi ekspor impor muatan berat tanpa melalui proses bea cukai.” Krystal menjentikkan jemarinya menatap Sooji yang terlihat kaget, “anda tau jika nilai jual alat-alat konstruksi akan lebih rendah jika dilakukan tanpa bea cukai.”

“Dan Kim Seunghwan mengumpulkan pundi-pundi uangnya dengan mendistribusikan alat-alat itu sama dengan harga pasaran?”

“Betul sekali.” Krystal mengangguk setuju, ia kemudian membuka lembar berikutnya, “dan coba tebak siapa pemasok terbesarnya?”

“Taeyang?” Sooji menatap ngeri lembaran yang mencantumkan surat perjanjian yang dibuat lima belas tahun lalu antara Kim Seunghwan dan Kim Minsuk dalam proses jual beli alat-alat tersebut. Ia kemudian menatap Krystal yang tersenyum kecil.

“Sebenarnya ini sudah cukup untuk melaporkannya, tapi kita masih membutuhkan bukti yang lebih banyak lagi agar dia tidak lolos. Anda tau jika Jaksa Agung salah satu anggota mereka bukan?”

Sooji mengangguk mengerti, “aku tau, makadari itu aku meminta temanku untuk membantu kita.” Gumamnya, Krystal mengerutkan kening bingung.

“Dia seorang sahabat dari London. Percayalah dia akan sangat membantu.”

“Asal dia berada di pihak kita, saya tidak masalah. Bukankah lebih banyak bantuan lebih baik?”

Sooji mengangguk puas, sejak awal ia memang sudah memikirkan hal ini. Jika hanya dirinya dan Jinhyuk saja, mereka jelas tidak akan bisa memenangkan pertarugan tak kasat mata ini. Bahkan dengan bantuan Krystal maupun Song Biseo, posisi mereka masih bisa di goyahkan. Makanya meminta bantuan pada orang-orang ysng dipercayainya adalah tindakan yang tepat saat ini.

“Jadi kita akan fokus pada Kim Seunghwan saat ini?”

“Benar, seperti kehendak anda. Kita akan memberantas mereka satu persatu hingga tuntas.”

“Kim Seunghwan mentri luar negri dan perdagangan kan?” Tanya Sooji meyakinkan dan Krystal mengangguk, “kita perlu memeriksa beberapa propertinya juga, aku yakin jika salah satu dari sekian propertinya dimilikinya secara ilegal.” Lanjutnya kemudian.

“Saya baru saja akan mengusulkan hal itu,” Krystal tersenyum kecil, “jadi kita akan mulai dari mana?”

“Mulai dari rekening Bank yang dimilikinya.”

*

“Sudah kau istirahat saja, kita akan bertemu besok,” Sooji berbicara pada ponsel yang ia letakkan di atas counter dapur dengan mode loudspeaker sementara kedua tangannya sibuk mengaduk sup ikannya.

“Aku bosan tingal didalam apartemen ini.”

“Astaga, bahkan belum setengah hari kau sudah bosan? Mana komputer-komputermu?”

“Kau tau karena permintaan mendadakmu aku harus mengirim anak-anakku melalui jasa pengiriman dan sialnya aku yang lebih dulu tiba disini!”

Sooji tersenyum mendengarnya, ia jelas tau seberapa besar kecintaan pria itu terhadap barang-barangnya. Terutama pada koleksi komputer kesayangannya, dia bahkan tidak mengizinkan siapapun untuk menyentuhnya.

“Tapi masih ada laptop kan? Mainkan itu saja dulu.”

“Sooji, kenapa sih kita harus tinggal terpisah? Ditempatmu pasti ada kamar kosong kan?”

“Kau pikir ini London? Kita tidak bisa seenaknya tinggal bersama seperti di London, bodoh. Apa kau mau digrebek dan kita dinikahkan paksa hah?”

“Ugh that’s a really bad idea!”

“Makanya tenanglah ditempatmu saat ini, dan besok kita akan bertemu dikantorku.”

“Ck, dasar Presdir amatiran. Orang kaya baru saja sudah sombong.”

“Terserah bodoh. Sudah kututup!”

Sooji mendesis menekan tombol merah pada ponselnya lalu menggerutu kesal, jika bukan karena kemampuannya yang luar biasa Sooji pasti tidak akan memanggil pria itu kesini. Tapi sejauh ini, hanya dia satu-satunya yang Sooji ketahui hebat dalam mengoperasikan jaringan komputer serta membajaknya. Ia akan memerlukan pria itu.

“Dasar menyebalkan! Dia tidak berubah sama sekali.” Dengusnya lagi, lalu membawa hasil masakannya keatas meja makan.

Sooji makan dalam diam, ia sudah terbiasa dengan keadaan sunyi seperti ini sejak bertahun-tahun silam jadi tidak ada masalah berarti saat ia harus menghabiskan makanannya sendiri. Kepalanya tanpa sadar bergerak kesamping dan matanya langsung menangkap tower 1 melalui kaca jendela dibalik keremangan cahaya bulan.

Ingatannya langsung tertuju pada pria itu, dari sini ia bisa melihat unit apartemennya yang tepat saling berhadapan dengan miliknya. Bersyukur karena kaca yang digunakan dalam apartemennya adalah kaca satu arah jadi tidak akan ada yang bisa melihatnya dari luar, tapi sialnya tidak dengan apartemen pria itu.

Dari kejauhan dia bisa melihat pria itu duduk didepan meja kopi yang berhadapan langsung dengan kaca jendela, ia ingat pernah bercumbu diatas sana.

“Oh astaga Bae Sooji!”

Sooji langsung memalingkan wajahnya saat pikirannya susah berkelana jauh, ia kembali menanamkan dipikirannya jika pria itu adalah putra dari orang yang telah merencanakan pembunuhan ayahnya. Ia tidak akan memaafkan siapapun yang terlibat dalam hal tersebut.

Termasuk Kim Myungsoo.

Nafsu makannya langsung hilang saat menyebut nama pria itu lagi dalam hatinya, perasaanya masih marah akan kenyataan yang baru saja didapatinya saat itu. Meskipun semenjak malam itu hatinya selalu merasa tercubit saat dirinya melakukan sesuatu yang bisa mengingatkannya pada pria itu, tapi sekuat tenaga Sooji mengontrol dirinya. Ia membenci pria itu dan selamanya akan seperti itu.

***

“Apa anda yakin?”

Sooji memutar bola matanya melihat Krystal sudah berdiri didepan pintu apartemennya tepat ketika ia berencana untuk pergi, “Krystal aku bisa membawa mobilku sendiri. Pulanglah dan istirahat, jam kerjamu telah habis.” Ucapnya membuat wajah Krystal memberengut tidak senang.

“Tapi tugas saya untuk memastikam anda aman.”

“Aku bisa menjaga diriku, jangan khawatir.” Tolak Sooji lagi, “dan kumohon berhentilah bersikap formal padaku. Kita sudah mengenal lama.”

“Baru empat bulan nona.”

“Itu sudah lama menurutku. Jadi berhenti menggunakan kata-kata formal oke? Khususnya saat kita hanya berdua seperti sekarang.” Sergah Sooji, Krystal hanya diam dan mengangguk menyetujui keinginan Sooji.

“Tapi saya tetap akan mengantar anda.”

“Krystal–” Krystal meringis lalu menggaruk pelipisnya kikuk.

“A–aku akan mengantar–mu,” ulangnya dengan kaku membuat senyum Sooji terkembang sempurna.

“Nah begini lebih baik dan jawabannya tidak. Aku hanya pergi mengunjungi sahabatku, lagipula ini baru jam 7 malam. Keadaan jalanan masih ramai.”

“Kita tidak tau apa yang akan terjadi pada anda–padamu.” Krystal langsung mengubah katanya saat melihat pelototan Sooji.

“Tidak akan ada yang berniat membunuhku di tempat umum Krystal. Sudah lah, semakin lama kau menahanku akan semakin lama aku pergi.”

Mendengar penuturan keras kepala Sooji, Krystal akhirnya menyerah dan membiarkan wanita itu pergi sesuai keinginannya. Tapi bukan berarti ia tidak akan mengawasi Sooji, ia setuju untuk membiarkan Sooji menyetir sendiri ketempat tujuannya tapi ia akan tetap mengikutinya. Secara diam-diam tentunya.

Saat ini keselamatan Sooji adalah prioritas utamanya.

*

Sooji mendengus menatap kaca spion diatas kepalanya, tepat dibelakang mobilnya terdapat mobil Krystal, meskipun jaraknya cukup jauh tapi ia bukan orang bodoh dengan tidak mengenali mobil wanita itu. Tapi ia membiarkan saja, percuma menentang Krystal. Wanita itu sangat keras kepala sama seperti dirinya, Krystal akan tetap membuntutinya meskipun ia sudah melarang.

Biarkan saja Krystal melakukan pekerjaan untuk melindunginya, selama dia masih tetap dalam mode sembunyi-sembunyinya. Ia hanya perlu berpura-pura tidak tau.

Dan setelah setengah jam berkendara akhirnya ia sampai ketempat tujuannya, menatap dibalik kaca cafe itu terlihat ramai membuat Sooji tiba-tiba merindukan suasana menjadi penjaga kasir disana.

Ya, seperti janjinya dahulu. Jika semuanya telah selesai ia akan datang dan mengakui identitasnya pada Yoobi, setidaknya sebelum wanita itu tau dari orang lain. Yoobi satu-satunya sahabat yang dimilikinya selama dua tahun tinggal disini jadi tidak mungkin ia bisa melupakan wanita itu begitu saja.

Sooji tersenyum kecil saat membuka pintu cafe, dari tempatnya berdiri ia bisa melihat beberapa kawannya selama masih bekerja disini sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Saat menatap kasir, disana Jaehyun berdiri menggantikan posisinya yang akan selalu berjaga dimalam hari pada hari libur seperti ini.

Ia terus menelusuri keadaan cafe yang begitu dirindukannya hingga sebuah pekikan membuatnya terlonjak lalu menatap kesumber keributan.

“Mari Noona!” Sooji tersenyum menatap Taehyung yang kelihatan terkejut karena kehadirannya, pemuda itu langsung menyimpan nampan yang berisi piring dan gelas bekas pelanggan lalu berlari mendekatinya, “Noona! Astaga sudah berapa lama kau tidak mengunjungi kami!” Taehyung masih berteriak didepannya sehingga membuat beberapa pengunjung menatap mereka penasaran.

Sooji tersenyum menyesal lalu menarik lengan pemuda itu untuk menjauh dari meja pelanggan, “kau ini ribut sekali,” desisnya pelan.

Noona, kau datang?” Jaehyun langsung menyapa saat menyadari kehadirannya akibat keributan yang diciptakan oleh Taehyung tadi, “kau tau aku kewalahan mengurus kasir sendirian,” keluhnya lagi membuat Sooji mau tak mau tersenyum kecil.

“Aku hanya berkunjung. Itu bagus untukmu Jaehyun, setidaknya gajimu lebih banyak dan kau bisa tetap membiayai kuliahmu dan sekolah adikmu kan?” Jaehyun tersenyum ceria dan mengangguk menyetujuinya.

“Oh ya dimana Yoobi?” Tanyanya kemudian beralih menarap Taehyung disampingnya.

“Semenjak kepergian Noona, dia memilih membantu Hyung didapur. Katanya tidak adalagi yang bisa diajaknya cerita disini.” Jelas Taehyung dengan wajah menekuk, Sooji tau dengan Yoobi yang memilih pindah ke dapur sudah pasti membuat pekerjaan Taehyung diluar sini semakin bertambah karena sepertinya Kangjoon tidak menerima karyawan baru lagi.

“Ya sudah, aku langsung ke dapur ya.” Ucapnya menepuk pundak Taehyung yang tiba-tiba tidak rela.

“Kita bahkan belum bercerita banyak.” Rengeknya seketika membuat Sooji tertawa.

“Eih astaga dasar! Aku ada perlu dengan Yoobi. Lain kali aku akan mengajakmu jalan-jalan, oke?”

Mendengar itu membuat mata Taehyung berbinar antusias, seperti anak kecil yang dijanjikan setumpuk permen untuknya. Ia kemudian mengangguk semanga lalu membiarkan Sooji masuk ke dalam dapur.

“Yoo–”

Suara Sooji menghilang saat membuka pintu yang memisahkan dapur, matanya langsung menangkap postur dua orang yang sangat dikenalinya dengan posisi yang tidak normal.

“Ehm!” Memilih untuk memutus jalinan yang sedang kedua orang itu tautkan, ia berdehem keras dengan mode berkacak pinggang. Sooji menahan kedut geli dikedua sudut bibirnya ketika dua orang itu tersentak lalu memisahkan diri dan menoleh kearahnya dengan wajah shock.

“Jadi, apa aku mengganggu?” Tanyanya dengan nada godaan membuat wajah keduanya bersemu secara bersamaan. “Baiklah sepertinya aku mengganggu. Lanjutkan ciuman kalian,” serunya lagi dengan frontal membuat Yoobi merengsek menjauh dari pria yang baru saja mencumbunya.

“Ma–Mari! Kau disini.” Seru Yoobu gugup, Sooji hanya menyeringai geli.

“Terlambat untuk kaget Yoobi,” sahutnya santai, “aku tidak tau kalian memiliki affair disini. Pantas saja kau pindah ke dapur, ckck.”

Wajah Yoobi semakin merah lalu menundukan kepalanya, ia tidak menyangka jika akan kepergok sedang bermesraan dengan pria didalam dapur dan parahnya yang memergokinya adalah Sooji.

“Jangan menggodanya lagi,” tegur Kangjoon membuat Sooji tertawa.

“Kalian pasangan serasi. Aku setuju tapi tolong jangan berbuat mesum disini, bahaya jika Taehyung masuk! Itu tidak baik untuk pertumbuhannya.”

“Apa yang tidak baik untukku?” Sooji terlonjak kaget saat suara bocah tengik yang sedang dibicarakannya langsung terdengar dari arah belakangnya, ia berbalik dan menatap pemuda itu tajam, “jangan mengagetkanku Kim Taehyung!”

Taehyung hanya menyengir tak berdosa lalu mengintip kebalik bahu Sooji, mendapati Kangjoon dan Yoobi sedang berdiri canggung.

“Aih sudah kukatakan Hyung, tahan diri. Bagaimana bisa kalian kepergok lagi sih!” Gerutunya membuat Sooji melotot tidak percaya lalu kembali menatap sepasang manusia didalam sana.

“Kalian benar-benar–” Sooji mendesah lalu menggelengkan kepalanya tidak percaya, “aku tau cinta kalian mungkin sedang menggelora tapi tolong lihat keadaan dan tempat juga! Ugh menjijikkan!”

Dengusnya kemudian berjalan keluar dari dapur, selepas kepergian Sooji, Taehyung tertawa geli melihat Kangjoon menatapnya marah lalu Yoobi hanya menggerutu mengomeli Kangjoon.

*

Setelah beberapa menit kemudian, Sooji sudah duduk didepan tiga orang itu, Kangjoon, Yoobi dan Taehyung yang saat ini menatapnya dengan wajah penasaran. Ia memang meminta waktu mereka bertiga karena ada sesuatu yang ingin disampaikannya, sehingga Kangjoon membawa mereka kedalam ruang kerjanya yang cukup privat.

“Ada apa? Kau tiba-tiba muncul setelah tidak memberi kabar selama ini huh?” Yoobi memecah keheningan menatap Sooji sedikit kesal, wanita itu pernah mengatakan akan tetap menghubunginya tapi kenyataannya hampir empat bulan ini ia tidak mendapatkan telepon maupun pesan dari Sooji.

“Maaf, aku memiliki alasan untuk itu.” Jelas Sooji dengan perasaan bersalah.

“Jadi apa yang ingin kau sampaikan Noona? Sepertinya sangat penting,” tanya Taehyung membuat Sooji menganggukan kepalanya.

Ia menatap ketiga orang itu, menghembuskan nafas sebelum berbicara, “namaku bukan Jang Mari.”

Sooji dapat melihat raut terkejut disana, namun anehnya Kangjoon sama sekali tidak terkejut, seperti sudah tau jika namanya bukan Mari. Mengabaikan reaksi pria itu, akhirnya ia mulai menceritakan semuanya tanpa dipotong sedikitpun. Mereka terlampau terkejut mendengar kebenaran akan identitasnya saat ini sehingga tidak sanggup berkata-kata.

“Maaf, aku telah berbohong selama ini,” ujarnya kemudian setelah membeberkan semuanya. Mulai dari pengasingannya hingga ketika ia diangkat menjadi Presdir Shinhan.

“Astaga–” Yoobi bergumam tidak kentara dengan wajah shock, sementara Sooji menatapnya was-was, “kau putri Bae Yongjoon?” Gumamnya sedikit tercekat, saat melihat Sooji mengangguk dengan wajah memelas, Yoobi langsung memekik histeris.

“Ya tuhan! Kau anak pengusaha kaya itu? Astaga astaga! Mari–ugh tunggu, jadi siapa namamu?”

Seketika keadaan tegang yang tadi tercipta diruangan itu mendadak melunak saat Yoobi bertanya dengan wajah polosnya, Kangjoon dan Sooji tertawa sementara Taehyung masih belum pulih dari keterkejutannya.

“Namaku Bae Sooji. Maaf baru memberitau kalian saat ini,” ujar Sooji setelah tawanya mereda. Yoobi menarik nafas lalu mengangguk tegas, ia beranjak dan duduk disamping Sooji untuk menepuk pundak wanita itu.

“Kau memiliki alasan yang kuat untuk itu jadi tidak perlu minta maaf,” ujarnya dengan bijak, “aku senang karena kau sudah mau jujur pada kami. Lagipula aku cukup beruntung bersahabat dengan wanita kaya sepertimu,” lanjutnya dengan mata menggerling membuat Sooji tersenyum lalu memeluk Yoobi dari samping.

“Aku sudah berjanji untuk mengatakan semuanya padamu saat waktunya tepat Yoobi. Jadi tidak mungkin aku mengingkari janjiku, terima kasih karena telah mengerti.” Ucap Sooji merasa terharu, Yoobi mengangguk dan mengusap lengannya.

“Noona, jadi kau anak pengusaha?” Tiga pasang mata diruangan itu langsung menatap Taehyung yang kelihatan masih bingung, “kau orang kaya ya?” Tanyanya lagi, Sooji tersenyum geli dengan pertanyaan itu namun tetap menganggukan kepalanya.

“Kalau begitu ayo kita menikah!”

“Hei! Dasar bodoh!”

Taehyung langsung meringis kesakitan saat Kangjoon langsung menghantam kepalanya tanpa belas kasihan, ia menatap sengit kakak sepupunya sembari mengusap kepalanya.

“Menikah pantatmu!” Bentak Kangjoon lagi membuat Sooji dan Yoobi tertawa sementara Taehyung hanya menggerutu kesal.

Sooji kemudian menghabiskan waktunya untuk berbincang-bincang pada Yoobi, sedangkan Kangjoon dan Taehyung kembali untuk bekerja. Ia juga tidak lupa menanyakan mengenai hubungan Yoobi dan Kangjoon yang cukup panas itu hanya dengan melihat ciuman mereka tadi, dengan senyum malu-malu akhirnya Yoobi menceritakan bahwa tiga bulan lalu tiba-tiba Kangjoon mengajaknya berkencan dan berakhir dengan pernyataan cinta pria itu. Setelah malam itu mereka akhirnya menjalin hubungan spesial.

Yoobi juga menanyakan banyak hal pada Sooji, mengenai dimana ia tinggal sekarang dan apa yang dikerjakannya. Ia juga sempat mengucapkan belangsukawa karena kematian ayah Sooji, meskipun sudah telat tapi ia tetap ingin menyampaikannya.

“Astaga sudah hampir jam 9, aku harus pulang.” Ucap Sooji saat tanpa sengaja melirik jam didinding saat Yoobi sedang menceritakan pengalaman barunya saat pindah kedapur, ia menjadi asisten Kangjoon untuk menyiapkan makanan.

“Kau akan pulang? Menginaplah dirumahku ya?” Bujuk Yoobi, ia masih belum rela berpisah dengan Sooji.

“Tidak bisa. Besok aku harus bekerja,” ucap Sooji menyesal, “maafkan aku tapi aku janji jika pekerjaanku tidak banyak aku akan mengunjungimu dengan sering,” Yoobi masih menekuk wajahnya namun akhirnya ia mengangguk, mereka kemudian beranjak dari ruangan Kangjoon.

Sooji tersenyum pada ketiga orang yang sudah menemaninya selama dua tahun disini. Ia tidak bisa membayangkan akan hidup seperti apa jika tidak bertemu dengan mereka dulu.

“Aku pulang ya,” pamitnya.

“Sering-seringlah kemari Noona. Aku sudah pandai membuat steak kesukaanmu.” Tukas Taehyung ia mengangguk pada pemuda itu.

“Ayo kuantar sampai mobilmu,” ujar Kangjoon, setelah berpamitan sama teman-temannya yang lain lalu berpelukan dengan Yoobi akhirnya Sooji berjalan bersama Kangjoon menuju mobilnya.

Oppa, kau dibayar ayahku ya?” Tanya Sooji langsung membuat Kangjoon tersenyum tipis, “seharusnya aku sudah bisa menebak saat kau mengantarku ke rumah sakit pernah.” Gerutunya lagi.

“Tuan Bae tidak mungkin membiarkanmu tanpa pengawalan sedikitpun,” ujar Kangjoon pelan.

“Heisshh, kalian memang para mata-mata yang handal,” cibir Sooji, “jadi apa cafe ini palsu juga.” Tanyanya lagi, Kangjoon menggelengkan kepalanya.

“Tidak, cafe ini dulunya milik orangtuaku. Semenjak mereka meninggal tiga tahun yang lalu aku yang mengelolanya.”

“Jadi kau berhenti menjadi pengawal ayahku karena cafe ini?”

“Tidak bisa dikatakan berhenti. Sesekali aku masih mendapatkan pekerjaan, tapi tidak serutin dulu karena mereka tau aku memiliki tanggung jawab lain.”

Sooji menggelengkan kepalanya tidak percaya, Kangjoon yang selama ini diketahuinya sebagai pemuda biasa pemilik cafe ternyata salah satu orang yang bekerja dengan ayahnya.

“Aku berharap kau bisa bahagia dengan Yoobi, Oppa. Jangan membahayakan dirimu ya.” Pesannya, Kangjoon tersenyum dan menganggukan kepalanya.

Mereka telah sampai didepan mobil Sooji dan wanita itu hendak mengucapkan terima kasih namun tiba-tiba seseorang muncul dan menarik tasnya hingga ia limbung. Kangjoon dengan sigap menahan lengan Sooji sementara wanita itu masih mencerna apa yang terjadi hingga saat tersadar ia terpekik.

“Krystal! Kejar pencopet itu!” Teriaknya refleks dan dengan gerakan secepat kilat Krystal sudah keluar dari mobilnya yang berada tak jauh dari sana untuk mengejar sang pencopet.

Sooji menahan nafasnya.

“Sooji, kau tidak apa-apa?” Tanya Kangjoon cemas, Sooji menatapnya dan menggeleng.

“Ini buruk. Astaga kenapa pencopet itu harus mengambil tasku!” Teriaknya frustasi, ia tidak jago berlari jadi akan menyerahkan tugas itu pada Krystal.

“Isi tasmu sangat penting bukan? Aku akan membanu Krystal mengejarnya!” Setelah itu Kangjoon sudah melesat meninggalkannya.

“Astaga kau bahkan kenal Krystal juga?” Rutuknya tidak percaya. Sesaat kemudian wajahnya berubah cemas. Bagaimana jika pencopet itu tidak terkejar?

Sebenarnya ia tidak akan permasalahkan pencopet itu jika saja tasnya tidak berisi barang yang sangat penting. Bukan dompet atau ponsel karena dia bisa membelinya lagi, barang itu lebih penting dari nyawanya.

“Astaga dasar bodoh! Kenapa juga kau harus membawa video itu didalam tasmu Bae Sooji?”

CONTINUED.

Nah, ada rahasia lagi yang muncul 😁😁😁

Tebak-tebakan lagi gih 😆

Yang rindu momen Myungzy, maaf ya harus menunggu sedikit lebih lama lagi 😂 tapi tenang aja kok aku bakal buat mereka menempel terus kayak prangko kalau udah baikan 😈😈😈😈

Thank.xoxo
elship_L
.
.
February, 28th 2017 | 18:48 (WITA)

4 responses to “VENGEANCES – Begin [1]

  1. Astaga, jadi dlem tas itu ada video’ya..
    Semoga krystal dapetin kembali tas itu lagi, beserta isi”nya termasuk video itu….
    Aku seneng aja sih sooji jujur sma temen”ny , tapi kok berasa ngeganjel ya..
    Aku takut nx nanti salah satu temen2 sooji itu ad yng berkhianat..
    Semoga tidak kejadian..
    Jangan buat temen2 sooji ada yng berkhianat ya kak..
    Tapi terserah dirimu aja sih gmana nanti kelanjutan’y..hehe

    Liked by 1 person

  2. Weh… myungsoo nya cuma penampakan di jendela apartment 😂😂😂
    Semoga kebencian di hati sooji ga bikin dia jadi wanita dingin..
    Semogaaa sifat lembut nya mari selalu hidup di hati nya sooji,

    파이팅 오기 ! 😉

    Liked by 1 person

Give Your Feedback Please